CakNun.com

Tiba di Philadelphia

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Alhamdulillah setelah menempuh penerbangan cukup lama, pada 19 September 2015 pukul 09.00 waktu setempat, Cak Nun dan Ibu Via mendarat di Philadelphia International Airport. Teman-teman Indonesia di sana, sudah menunggu di Bandara. Tampak di antara mereka mengenakan peci Maiyah. Mereka bersyukur, orang yang ditunggu-tunggu sudah tampak di depan mata.

Dari Bandara, Cak Nun dan Ibu Via diajak mendatangi Rumah Makan Indonesia yang berada di kampung Jawa, di Philadelphia Selatan, yang biasa mereka sebut dengan Philly Kidul. Di hari pertama ini, Cak Nun dan Ibu Via lebih beramah-tamah, berbincang-bincang dan berkenalan dengan teman-teman Indonesia di sana. Rupanya ada juga alumnus Padhangmbulan di sana. Jamal namanya. Juga Junaidi yang asli Madura. Cak Nun menyebut keduanya Preman Maiyah di Philadelphia.

Komunitas Kristen yang mempunyai 14 gereja
Komunitas Kristen yang mempunyai 14 gereja

Cak Nun dan Ibu Via juga sempat diundang makan siang oleh komunitas Kristiani di sana yang memiliki empat belas gereja. Mereka senang dapat bertemu dengan Cak Nun dan Ibu Via, dan seperti biasa, meminta foto bersama.

Selebihnya, dalam suasana keakraban Cak Nun menyerap informasi dari panitia untuk memiliki bahan dalam menjajagi tentang peta-peta kaum Muslimin di Philadelphia dan USA secara keseluruhan. Acara yang terjadwal ada yang dengan para pekerja, ada yang dengan kaum terpelajar, dan lain-lainnya.

Tahap peta pemikiran Islam di USA kurang lebih sama dengan awal-awal dulu ketika Maiyah mengurusi khilafiyah-khilafiyah di lapisan grass root ummat Islam oleh adanya kelompok-kelompok Islam yang ektrem dan sempit. Tantangan-tantangan atau gangguan atau intervensi dan lain sebagainya terhadap Masjid Al-Falah mulai dirumuskan.

Mengasikkan keragaman di Amerika ini. Ada kelompok-kelompok yang eksklusif dan menolak Cak Nun karena takut diadzab oleh Allah. Mereka diundang sama panitia, dan merespons, “Terimakasih atas undangannya. Tapi sayang, beliau ini terkenal dengan kebiasaannya mengolok-olok agama dengan balutan guyonan dan seni. Kami takut akan ancaman Allah yang sangat jelas bagi pengolok-olok agama, yaitu dikeluarkan dari bingkai Islam.”

Beramah tamah dengan warga Indonesia di Amerika
Beramah tamah dengan warga Indonesia di Amerika

Sementara itu, masih di hari pertama, mas Aditya sudah ngobrol-ngobrol menjajagi kemungkinan KiaiKanjeng ke Philadelphia.

Lainnya

Rekrutlah Semua Pekerjaan Menjadi Ibadah

Rekrutlah Semua Pekerjaan Menjadi Ibadah

Mengikuti perjalanan Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam banyak hal berarti keharusan untuk siap melihat dan mengalami luasnya spektrum tema yang menghampiri Cak Nun.

Redaksi
Redaksi
Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta