CakNun.com

Strategi Guru Bawa Menghadirkan Islam

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Seperti dikatakan Cak Nun, walaupun Maiyah lebih kompleks, Jamaah Maiyah perlu belajar banyak kepada Guru Bawa, dari Philadelphia Mas Jamal membagikan wawasannya mengenai perjuangan Guru Bawa ini.

Guru Bawa dibawa ke Amerika pada 1971. Hingga  1980, Guru Bawa tidak membicarakan syariat Islam sama sekali. Inti yang diajarkannya saat itu adalah membangun kesadaran tingkatan manusia dari ‘manusia’ meningkat menjadi ‘hamba Allah’. Kesadaran bahwa ada Tuhan yang sangat berkuasa atas diri dan kehidupan manusia itulah yang dikuatkannya. Syariat diajarkan perlahan-lahan secara gradual. Dimulai bulan Ramadhan 1980, Guru Bawa mengajak murid-muridnya berpuasa.

Guru Bawa Philadelphia
Guru Bawa Philadelphia

Dalam kurun waktu 9 tahun tersebut, Guru Bawa membagi waktu berada di Amerika dan Srilangka selama beberapa bulan. Tahun 1981, saat Guru Bawa kembali dari Srilangka, beliau mengatakan kepada murid-muridnya bahwa saatnya dia akan mengajarkan sesuatu yang tingkatnya lebih tinggi. Maka, mulai saat itulah dia berbicara lebih banyak mengenai syariat-syariat Islam termasuk Sholat.

Bawa tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Maka beliau memiliki beberapa pendamping untuk menerjemahkan ceramah-ceramahnya. Menurut salah satu muridnya, Aisyah, Guru Bawa dan para pendampingnya saat melaksanakan sholat lima waktu tidak melaksanakannya di depan murid-muridnya. Mereka sholat di ruangan tertutup. Pada tahun-tahun ketika Guru Bawa banyak berbicara mengenai syariat itulah kemudian Guru Bawa sholat di hadapan murid-muridnya dan mengajak mereka sholat.

Masjid Bawa Muhaiyadeen dibangun mulai bulan November 1983. Guru Bawa memberitahu rencana pembangunan ini secara perlahan-lahan tidak kepada semua muridnya. Guru Bawa pun tidak mengatakan bahwa yang akan dibangun adalah masjid, melainkan rumah Tuhan. Kepada mereka Guru Bawa mengatakan bahwa Tuhan memerintahkan saatnya membangun rumah-Nya.

Walaupun Islam diajarkan perlahan-lahan dengan cara yang indah, ada juga resistensi dari beberapa muridnya yg tidak setuju dengan identitas Islam. Terutama ketika rumah Tuhan itu dikatakan Guru Bawa adalah masjid.

Menarik juga dicatat bahwa murid-murid Guru Bawa juga bercerita, salah satu karomah yang diizinkan Allah bisa melakukannya, yang banyak juga waliyullah di Nusantara memilikinya, adalah kemampuan berada di dua tempat dalam waktu bersamaan. Banyak sekali murid-muridnya yang menyaksikan ini. “Saya pribadi agak takjub bahwa murid-muridnya yang mayoritas berkulit putih, dengan alam pikir Barat yang mengedepankan rasionalitasnya bisa menerima peristiwa ini”, ujar Mas Jamal.

Dalam konteks Maiyah, Mas Jamal melihat dan mengamati bahwa Kesamaan cara dakwah Islam Guru Bawa dengan nilai Maiyah adalah menikmati berbuat baik dan tidak mengedepankan kesadaran identitas. Sementara itu bagi Cak Nun, beda utama Maiyah dengan Guru Bawa terutama terletak pada resonansinya ke Negara dan sistem sosial.

Lainnya

Topik