CakNun.com

Agar Tidak Kehilangan Keislaman dan Keindonesiaan

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit
Tiba di Atlanta
Cak Nun dan Ibu Via di Atalanta

Setiba di rumah Mas Teguh, Cak Nun dan Ibu via beramah-tamah dalam suasana santai. Gagasan mengundang Cak Nun dan Ibu Via di Atlanta ini tidak lepas dari harapan dan cita-cita yang dimiliki komunitas Muslim Indonesia Atlanta. Untuk itu, kepada Cak Nun, Mas Teguh bercerita tentang sejarah muslim Indonesia di Atlanta dan terbentuknya IKMIA.

“Beberapa tahun yang lalu di Atlanta tidak ada komunitas Muslimin Indonesia. Dari Arab Saudi saya pindah kerja di Atlanta tanpa kenal satu pun orang Indonesia, tidak ada perkumpulan apa pun terutama yang Muslim”, cerita Mas Teguh Yulianto.

“Para pekerja muslim Indonesia di sini seakan bersembunyi atau tiarap. Di samping merasa tertekan oleh situasi Islamophobia di masyarakat Amerika, juga karena mayoritas di antara sekitar 4.000 orang pendatang dari Indonesia adalah keturunan Tionghoa, yang kelas kerja dan sosialnya relatif lebih tinggi dibanding rata-rata mereka. Akhirnya saya cari ke sana kemari teman Indonesia. Pelan-pelan ketemu sejumlah orang, sampai kemudian kami dirikan IKMIA, Ikatan Keluarga Muslim Indonesia Atlanta”.

Lebih jauh, ia mengungkapkan, “Kumpulan ini sangat banyak manfaatnya. Misalnya kalau ada masalah yang menimpa mereka, segera kami bersama-sama bisa bantu-membantu mengatasi. Bisa masalah pekerjaan, rumah tangga, kematian, kecelakaan,  dan lain sebagainya”.

“Lebih penting lagi adalah kami bisa rutin memaintain peribadatan Islam. Mengupayakan bahwa anak-anak kami tidak kehilangan keislaman dan keindonesiaannya. Kalau tidak ada silaturahmi dan dialektika religi dan kultural, anak-anak kami bukan tidak mungkin akan suatu saat menjadi menjauh dari Islam dan Indonesia. Mungkin pindah Agama, murtad atau kehilangan Agama sama sekali — karena pengaruh lingkungan masyarakat Amerika”.

“Alhamdulillah kami semakin dekat kepada cita-cita untuk mendirikan IKMIA CENTER”, ungkap Mas Teguh penuh rasa syukur.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta