CakNun.com
Catatan Sinau Bareng Cak Nun dan Ibu Novia Kolopaking, Korsel 28-30 Januari 2017

Cara Reog “Korea” Ponorogo Menyambut Cak Nun

Redaksi
Waktu baca ± 3 menit
Disambut dengan diangkat ke atas Reog Singo Mudo Korea. Foto: Gandhie.
Disambut dengan diangkat ke atas Reog Singo Mudo Korea. Foto: Gandhie.

Lima ribuan orang lebih sudah berada di Hanyang University Guest House Seoul Korsel untuk menghadiri Sinau Bareng Cak Nun dan Ibu Novia Kolopaking yang digelar oleh Forum Paguyuban se-Jawa Timur. Kapasitas gedung itu tak mampu menampung. Sebagian harus rela mengikuti dari luar. Sementara yang di dalam mesti berpadat-padat satu sama lain.

Ini momen yang telah lama mereka nantikan. Panitia pun menyiapkan acara dengan sebaik-baiknya. Untuk memperdalam dan memperkaya makna acara ini, pelbagai komunitas seni turut dilibatkan. Ada Karawitan, Jaranan, Grup Shalawat, dan Reog Ponorogo. Jadilah acara ini bukan sekadar pengajian, tetapi kebersamaan kultural yang memberi ruang ekspresi akan hangat dan hidupnya budaya Indonesia.

Kesenian itu sekaligus bahasa simbolik yang berbicara sangat banyak. Di antaranya untuk menyambut kedatangan seseorang yang dihormati. Cak Nun kerap menerima penyambutan dengan cara ini, termasuk saat hadir di Lapangan Gulun Madiun beberapa waktu lalu: disambut dengan pencak silat oleh perwakilan kelompok-kelompok perguruan silat di Madiun dan sekitarnya.

Tetapi di Hanyang University siang kemarin (29/1), sambutan yang diberikan kepada Cak Nun dan Ibu Novia berbeda dari yang pernah diterima. Sambutan oleh penampilan Reog Ponorogo Singo Mudho Korea dengan momen khusus untuk Cak Nun. Di tengah mereka tampil, Cak Nun diajak ke tengah untuk diangkat dan dinaikkan di atas kepala reog itu, dan kemudian kepala reog mengangkatnya lebih tinggi lagi. Suasana seketika menjelma agung. Semua yang hadir berseru, dan mengabadikan momen penghormatan kepada Cak Nun.

Di atas kepala reog itu, Cak Nun duduk dengan kedua kakinya menjuntai. Sempat Beliau ikut bergerak menarikan kedua tangannya sembari tersenyum. Setelah itu beliau acungkan kedua jempol pertanda ungkapan gembira dan berterima kasih tak mengira mendapat sambutan seperti itu. Kepada hadirin, Cak Nun juga melambaikan kedua tangan.

Di bawah, beberapa pria penari reog itu siaga untuk menurunkan Cak Nun, tetapi Beliau menolak dan memilih turun sendiri dari atas kepala reog itu. Beliau lompat dan posisi jatuh kedua kaki Beliau tepat memijak di lantai sehingga tidak mengakibatkan badannya oleng atau terjatuh. Siapapun pasti akan cemas melihat Cak Nun berani lompat dari ketinggian dua meteran lebih dalam usia Beliau saat ini. Tetapi semua melihat, Beliau masih sangat energik dan kuat. Peci yang dikenakan pun tak jatuh saat lompat.

Reog Singo Mudho Korea. Foto: Gandhie.
Reog Singo Mudho Korea. Foto: Gandhie.

Momen spesial itu diabadikan oleh Ibu Novia dan segera dikirim ke teman-teman Kadipiro melalui jalur WA sehingga bisa segera dilihat bersama-sama. Pun Bapak-bapak KiaiKanjeng turut menonton penggalan video tersebut. Emoticon Jempol pun bermunculan. Salut kepada teman-teman Jawa Timur di Korsel yang memainkan Reog dan menggendong Cak Nun. “Mbrambangi, haru…,” demikian komentar Pak Joko Kamto. Adapun Pak Bobiet punya pujian dan analisis tersendiri,“Berat rata-rata Dhadhag-Merak itu 60 kg plus berat badan Cak Nun plus tenaga dan konsentrasi pengendalian keseimbangan sang Reog….Itu baru si “Leher Beton”.”

Sementara itu, Mas Zakki mencatat dengan baik sambil “ngece” Mas Joko SP gitaris KiaiKanjeng, “Cara melompat Cak Nun juga pas dan penuh keseimbangan. Bayangkan kalau Joko SP yang melompat.” Untuk tahadduts binni’mah, Mas Zakki meminta agar potongan video ini juga dishare via akun IG Gamelan KiaiKanjeng agar para jamaah di tanah air atau di manapun bisa ikut menyaksikan.

Saat telah turun, Cak Nun memeluk pria yang telah menggendong dan mengangkat Cak Nun di atas kepala reog itu. Yang lain pun kemudian ikut menyalami Cak Nun sembari mengucap, “Maturnuwun Yai, maturnuwun Yai.” Cak Nun kembali duduk di tempat semula, dan acara menapak pada tahap berikutnya. (gd/hm)

Lainnya

Reog And Roll

Reog And Roll

Setelah hujan lebat pada Sabtu, 16 Januari 2016 siang hingga sore, malam harinya tidak hujan, namun sangat atis.

Maiyah Dusun Ambengan
Ambengan