CakNun.com

Tiba di Frankfurt Dijemput Aditya dan Imam

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Sesuai yang dijadwalkan, pukul 6.30 pagi roda pesawat mendarat di landasan Frankfurt International Airport setelah menempuh 12 jam perjalanan dari Ho Chi Minh, Vietnam. Sepanjang perjalanan, cuaca cukup bersahabat menemani penerbangan. Udara dingin nol derajat menyambut kedatangan Cak Nun dan Ibu Novia.

Cak Nun dan Ibu Novia tiba di Frankfurt International Airport
Cak Nun dan Ibu Novia tiba di Frankfurt International Airport

Di luar tampak masih gelap, sedangkan jam sudah menuju pukul 7. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Frankfurt sekitar 6 jam. Frankfurt Airport adalah bandara tersibuk kedua di Eropa setelah Heathrow. Terdapat 2 terminal yang terhubungkan oleh sky line (seperti sky-train di Changi Airport Singapore). Tidak ada yang istimewa di airport yang menjadi basis Lufthansa Airline ini. Hanya ada sejumlah toko yang menjual barang-barang last minute.

Sampai di Airport, mengambil bagasi, dan melewati imigrasi, semuanya berjalan lancar. Di pintu kedatangan sudah tampak Aditya Wijaya mahasiswa yang sedang mengambil program Master di Hannover dan Imam yang sedang mengambil studi S1 di Frankfurt, baru menginjak semestar awal. Merekalah yang menjemput Cak Nun dan Ibu Novia, dan turut menemani selama di sini. Tak lama kemudian, adik sepupu Ibu Novia, yang biasa dipanggil Mbak Hana datang. Ia ikut menemani kami menuju tempat transit.

Cak Nun dan Ibu Novia dijemput Aditya dan Imam.
Cak Nun dan Ibu Novia dijemput Aditya dan Imam.

Segera rombongan pindah ke terminal 2 menuju terminal 1 menggunakan sky line untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan stasiun bawah tanah, dari Stasiun Flughafen menuju Stasiun Sentral Frankfurt di Hauptbahnhof, yang merupakan stasiun utama di Frankfurt, stasiun tersibuk di Jerman dan Eropa.

Keadaannya tentu sudah berbeda, tatkala sekitar tahun 1985 setahun menggelandang di Eropa, pasca setahun sebelumnya Cak Nun menghadiri International Writing Program di Universitas Iowa, AS. Selama di Eropa itu Cak Nun bersentuhan dengan pergaulan antar agama, bersapa dengan pastur-pastur Kristen, Rabi Yahudi, hingga menyambangi para eksil indonesia di Belanda dan Jerman, sampai berinteraksi dengan sekte-sekte spiritual di Belanda.

Khususnya Aditya, ia sangat senang, lega, dan puas tatkala menjumpai Cak Nun dan Ibu Novia benar-benar sudah tiba di Frankfurt. Artinya, rangkaian jadwal, sudah di depan mata akan terealisasi dan berjalan. Beberapa bulan lalu, tatkala pulang ke tanah air, Aditya-lah yang mengomunikasikan permohonan Sinau Bareng di Jerman ini ke Kadipiro kepada Mas Zakki.

Dari Stasiun Flughafen menuju Stasiun Sentral Frankfurt di Hauptbahnhof
Dari Stasiun Flughafen menuju Stasiun Sentral Frankfurt di Hauptbahnhof

Aditya sendiri adalah seorang yang belajar dan menikmati Maiyahan. Ia pembelajar dan pemetik yang baik. Ia menyerap banyak ilmu dan inspirasi dari Cak Nun. Belum lama ini, dalam salah satu waktu senggangnya, ia mencoba menuangkan struktur dan pola pemahaman Cak Nun mengenai ayat 35 surat an-Nur, tentang misykat, mishbah, dan zujajah, menjadi pola desain kain batik. Suatu olah ide yang menarik dan kreatif. Desain batik itu ia kasih nama “kawung sanggan”, yang mengandung pengingat bahwa manusia itu punya tugas menyangga dan memangku yaitu hamemayu hayuning bawono. (gd/hm)

Lainnya

Rekrutlah Semua Pekerjaan Menjadi Ibadah

Rekrutlah Semua Pekerjaan Menjadi Ibadah

Mengikuti perjalanan Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam banyak hal berarti keharusan untuk siap melihat dan mengalami luasnya spektrum tema yang menghampiri Cak Nun.

Redaksi
Redaksi
Duka Cinta Indonesia

Duka Cinta Indonesia

Sejak siang hujan cukup deras mengguyur kota Pati hingga dimulainya Maiyahan Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta