Pentas WaliRaja RajaWali, Privilese Bagi Ribuan Penontonnya
Semalam, Sabtu 13 Agustus 2022, akhirnya tibalah waktu pementasan drama WaliRaja RajaWali digelar. Ribuan orang duduk lesehan memadati halaman Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat menyaksikan penampilan Teater Perdikan dan KiaiKanjeng yang mementaskan naskah terbaru Cak Nun ini.
Mereka tak hanya dimanjakan dengan keindahan suasana panggung yang berlatar arsitektur gedung Teater Besar Taman Ismail Marzuki, keindahan gerak koreografis dan kesahajaan kostum yang dikenakan para pemain yang selalu menjadi ciri khas kesutradaraan Jujuk Prabowo, oleh tata cahaya, oleh musik KiaiKanjeng. Mereka sesungguhnya sedang dimanjakan oleh spesialnya pementasan WaliRaja RajaWali dilihat dari berbagai sisi.
Salah satunya, penonton tidak perlu mengeluarkan uang untuk beli tiket, alias pementasan ini gratis buat mereka (Jarang-jarang kan di Ibukota ada yang gratis hehe). Selain itu, pementasan ini dilaksanakan di area terbuka, bukan di dalam gedung ekslusif. Kapasitas gedung tidak mungkin menampung ribuan orang sekaligus. Ribuan penonton yang hadir tadi malam pun kemudian menjadikan lanskap area terbuka di kompleks Taman Ismail Marzuki menjadi indah, unik, dan jarang terjadi suasana seperti itu.
Privilese lain yang dinikmati para penonton semalam tentu yang utama adalah pesan-pesan yang disampaikan Cak Nun melalui naskah WaliRaja RajaWali itu sendiri. Dengarkan pesan dari beliau, “Sebenarnya yang kalian butuhkan bukan Rajawali, melainkan WaliRaja. Kalau pemimpin kalian Rajawali, sementara rakyatnya adalah ayam-ayam, bebek-bebek dan menthog-menthog, dengan kuthuk, meri, minthi anak-anak mereka, maka rakyat Nusantara akan selalu disambar oleh cakar dan paruh RajaWali, dijadikan santapan sehari-hari.”
Yang demikian adalah suara khas Cak Nun yang sangat konsisten sejak dulu ketika berbicara tentang kriteria pemimpin yang dibutuhkan bagi sebuah bangsa, apalagi bangsa sebesar Indonesia ini. Dulu beliau menyebut Presiden yang Zahid atau pemimpin yang “sudah selesai hatinya”. Sekarang beliau mengingatkan lagi dengan tekanan yang lebih akurat: WaliRaja. Yakni Raja yang memiliki kualitas dan bobot wali. Bukan karakter Rajawali. Kriteria seperti ini tidak ada dalam khasanah ilmu politik moderen.
Tidak cuma itu, privilese pemikiran juga Cak Nun berikan kepada penonton dengan mengajak mereka punya bayangan yang barangkali belum terlintas dalam pemikiran mereka. Misalnya, mereka diantarkan untuk merasakan bahwa mereka sebagai bangsa Nusantara bukan sekadar keturunan Adam, melainkan keturunan Manusia-Adam. Apa beda antara keduanya? Tentu beda.
Ya sudah, mari kita nikmati foto-foto pementasan WaliRaja RajaWali tadi malam, kita nikmati dengan rasa syukur, salut, dan angkat topi kepada semua pemain Teater Perdikan, KiaiKanjeng, tim artistik, dan tentu saja teman-teman penggiat Kenduri Cinta yang telah bersedia menjadi tuan rumah bagi pementasan penuh suguhan privilese buat penonton ini. (caknun.com)