CakNun.com

Agar Tak Salah di 2024, Dengarkan Pesan Maulana Iradat

Waktu baca ± 9 menit

Maulana Iradat menyatakan kepada cucunya Sabdo dan Noyo yang bersumpah akan menagih janji, tetapi salah sasaran. 500 tahun sesudah berakhirnya Majapahit, Sabdopalon Noyogenggong akan datang kembali untuk menagih janji dan melakukan pembalasan sejarah.

Foto: Adin (Dok. Progress)

500 tahun sesudah sumpah mereka, yakni 1978, sudah berlalu dan tidak terjadi apa-apa karena salah memperkirakan siapa musuh yang akan menghancurkan bangsa Nusantara. Salah memusuhi energi dan gelombang sejarah yang justru merupakan tenaga perlindungan bangsa Nusantara hingga masa-masa jauh di depan.

Maulana Iradat juga mengkritik Walianom yang lalai mengumumkan kepada bangsa Nusantara bahwa kita adalah bangsa yang menonjol gen manusia Adam-nya. Sedangkan bangsa-bangsa Eropa lebih dominan gen manusia Banujan-nya. Jangan salah paham menilai Adam adalah manusia Banujan. Adam adalah manusia Banujan yang oleh Allah sudah dianugerahi akal budi dan hati nurani, sehingga tidak lagi berwatak buas sebagaimana tonjolan manusia Banujan. Adam adalah Banujan-plus.

Ibu Pertiwi mengungkapkan keprihatinannya yang menyesali bahwa ketika bangsa Nusantara berangkat mandiri dan membangun negara Nusantara. Anak cucu hamba para pendiri negara Nusantara itu tidak bertanya dan belajar dulu kepada para pendahulunya. Mereka kehilangan rasa penghormatan kepada nenek moyangnya. Bahkan mereka mendirikan negara Nusantara dengan menganut alam pikiran para penjajahnya, yang sudah merajalela hampir 4 abad melakukan penaklukan kekuasaan serta tipudaya ilmu dan kebudayaan.

Maulana Iradat memerintahkan kepada cucu Sabdo, Noyo, serta cicit Sahid Walianom untuk turun ke Marcapada Bumi Nusantara. Mengamati dengan teliti situasi jiwa dan akal pikiran masyarakat. Agar tidak melakukan kekhilafan lagi dalam hajat besar mereka dua tahun lagi.

Rakyat berpantun yang menggambarkan kondisi pemilu yang sebelumnya, patut kita cermati dan agar tidak kita ulangi lagi pada 2024.

Asal ada uang di balik taplak meja
Urusan dijamin pasti beres
Di media saling ejek dan menista
Ujungnya tokoh mereka nyapres dan nyawapres

Menjelang ending pementasan, Maulana Iradat menyampaikan dawuh kepada semua yang hadir. Bahwa hajat bangsa Nusantara dua tahun lagi, yakni pemilu serentak 2024, pelaku utamanya adalah kita para rakyat. Rakyat adalah pemilik dan penguasa demokrasi yang otentik. Maka kita harus menang, harus belajar, bikin forum-forum diskusi rakyat di seluruh Nusantara. Intinya, menjelang 2024 nanti kita jangan GR, kecuali kita sungguh-sungguh belajar bagaimana bernegara dan berdemokrasi.

Foto: Adin (Dok. Progress)

Ayo! Cucu-cucu, cicit-cicitku, pemuda-pemudi Nusantara! Satukan masa sekarang dengan masa silam. Jumbuhkan hari ini dengan kemarin. Agar kalian mencapai esok hari dan masa depan yang berbinar-binar cahaya. Bangbang Wetan telah mulai membayang di cakrawala timur!

Maulana Iradat juga sudah menegaskan bahwa yang dibutuhkan bangsa ini bukanlah Rajawali, melainkan WaliRaja. Ialah pemimpin yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan. WaliRaja adalah pemimpin yang dasarnya adalah Wali sehingga kekuasaannya sebagai akan dipenuhi oleh keindahan, cinta, dan kearifan. WaliRaja adalah Pandita-Raja Sinisihan Wahyu. Ia adalah Brahmana-Raja yang dikawal oleh firman Tuhan dan dibimbing oleh para Malaikat.

Maulana Iradat kemudian mengajak semua penonton berdoa “Bangbang Wetan”. KiaiKanjeng memuncaki pementasan dengan nomor “Bangbang Wetan”. Rakyat dan penari Kuda Lumping menari bersama dengan gagah perkasa. Disambut tepuk tangan meriah oleh seluruh audiens yang hadir. Para pejabat juga diajak berjoget bersama di depan oleh para penari Jatilan.

***

Lainnya

Topik