Agar Tak Salah di 2024, Dengarkan Pesan Maulana Iradat
Setelah tarian Kuda Lumping, ada sekelompok pemuda yang berjoget dengan iringan lagu dangdut “Terajana”. Tak selang berapa lama, Pak Rajeg menghentikan alunan musik yang mengiringinya. Sebab Pak Rajeg menilai jogetan itu cengeng, pencilakan, dan biyayakan. Kontan disambut tawa penonton.
Pak Rajeg mendengarkan suara rakyat. “Indonesia mungkin terpuruk seperti kehilangan harga diri. Tetapi kami rakyat Nusantara siap membangkitkannya kembali,” begitu suara hati rakyat. Pak Rajeg menenangkan, “Mungkin bukan benar-benar saat lain kehilangan dirinya. Hanya saja kita ini kadang seperti Arab campur Cina, sering-seringnya malah Aurubba”.
Mas Mambang yang digandeng oleh Pak Rajeg, berkehendak mendirikan partai politik Maiyah. Bikin parpol tetapi tidak ikut pemilu. Rakyat menyatakan bahwa bikin parpol tujuannya untuk berkuasa, ikut berkuasa ikut bikin aturan supaya kaya.
Mas Mambang, mempunyai kesadaran politik bahwa rakyat jangan salah memilih pemimpin, keliru memilih wakil. Dan keliru memilih wakil yang ternyata tidak mewakili rakyat, melainkan malah mencari keuntungan untuk diri dan kelompok mereka sendiri.
Partai Mas Mambang ini, bahasa gamblangnya menurut Pak Rajeg tidak bertujuan mencari kekuasaan, melainkan mengupayakan keselamatan rakyat.
Kehadiran pementasan teater WaliRaja menurut Mas Mambang tidak untuk menceramahi saudara-saudara penonton, melainkan ingin belajar dengan mendengarkan isi hati rakyat.
Rakyat mewakili seluruh yang hadir berharap pemimpin Nusantara ini Rajawali. Yang gagah dan bermartabat di hadapan mata dunia. Bukan emprit atau cipret yang karakter utamanya meminta-minta atau hobi utang.
Maulana Iradat, mewakili Jagat Kasepuhan pepunden kita, ditemani Ibu Pertiwi, Wali Anom, Eyang Noyo, serta Eyang Sabdo, menuturkan serta menegaskan sesuatu yang sangat wingit dan serius. Beliau meminta kepada semua yang hadir, menyimak dengan saksama dan seteliti-telitinya, demi nasib anak cucu kalian Bangsa Nusantara.
Maulana Iradat menyatakan, kalau kita tidak membiasakan diri menyimak suara kehidupan, saya khawatir anak cucu kalian bangsa Nusantara kelak akan menjadi bangsa yang dulu dijumpai oleh Nabi Dzulqornain, Pendekar Dua Tanduk. Yang Allah sendiri menyebut bangsa itu sebagai “la yakaduna yafqohuna qoulan“.
Walianom menjelaskan “la yakaduna yafqohuna qoulan” berarti bangsa yang sudah tidak mengerti pembicaraan tentang hal apapun. Serba salah paham atau bahkan gagal paham, bahkan sering-seringnya memang tidak mau paham.
Eyang Noyo menambahkan bahwa bangsa ini otaknya tidak berisi apa-apa kecuali keuntungan dunia. Baik cendekiawan, pejabat, kiai, atau apapun saja, motivasinya cuma satu: keuntungan dunia. uang, laba materi, dan jabatan kekuasaan. Eyang Sabdo njangkepi bahwa bangsa ini hanya iseng memperlakukan nilai-nilai. Bangsa yang tidak benar-benar mengurusi kebenaran, kebaikan, apalagi hikmah dan kearifan. Tegasnya, bangsa yang iseng-iseng dan cengengesan.
Maulana Iradat mengatakan bangsa “la yakaduna yafqohuna qoulan“ itu dijajah oleh Ya’juj dan Ma’juj. Mestinya mereka minta tolong dan berkoalisi dengan Nabi Dzulqornain. Tetapi mereka malah mendaftarkan diri menjadi anggota koalisi politik Ya’juj dan persekutuan ekonomi Ma’juj. Mereka menabikan Dajjal dan menuhankan Iblis.
Eyang Sabdo dan Eyang Noyo sangat maksimal mempersiapkan perlindungan kepada anak-anak cucu di abad-abad yang kemudian datang. Hanya saja ada yang dilupakan.