Pentas Hari Kedua Sengkuni2019 Surabaya
Teater Perdikan Sengkuni2019 di Kota Surabaya pada akhirnya tuntas dipentaskan sesuai yang diagendakan, 7-8 Maret 2019. Semua ini tercapai tentu berkat restu, ridho, rahmat dan berkah dari Sang Maha Merencanakan dan Memastikan.
Penonton pementasan Teater Perdikan Sengkuni2019 hari kedua, Jumat (8/3), mulai merapatkan diri di kompleks Balai Pemuda, Surabaya dua jam sebelum pementasan dimulai. Meja screening tiket mulai dipadati oleh penonton. Namun bedanya pada hari kedua panitia menambah jumlah space desk untuk mengurangi intensitas antrean dan meringkas waktu agar memberikan jeda kepada penonton untuk lebih santai memasuki area gedung pementasan. Mereka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan tidak menyia-nyiakan photobooth yang terletak di rongga mulut gate pementasan Sengkuni2019.
Hendra, salah satu penonton dari Kalimantan Utara, bercerita jika ia sengaja datang seorang diri ke Surabaya untuk menyaksikan pementasan Sengkuni2019 di hari kedua. Ia mengetahui informasi ini dari YouTube ketika Mbah Nun mengatakan ingin membuat teater, lalu ia mengikuti instagram BangBang Wetan hal poster dan tiket. “Belum tahu, cuman ya sekilas aja yang sempat diterangkan sama Cak Nun sendiri yang tentang darah-darah kotor, sifat relatif, buruk-buruknya Sengkuni, masa lalu Sengkuni kenapa bisa kayak gitu. Ya itu sekilas aja dari Cak Nun, ya itu dari video singkat,” tutur Mas Hendra ketika ditanya mengenai sosok Sengkuni.
Mbah Nun menghadiri pementasan Sengkuni2019 hari kedua. Namun kali ini beliau tidak sendiri. Ibu Novia Kolopaking beserta putra-putrinya tampak menduduki baris ketiga deret tengah dari gedung Balai Budaya, Surabaya. Tamu undangan juga hadir di antara penonton, termasuk Cak Kartolo beserta istrinya yang duduk nyaman di baris kedua.
Pementasan Dimulai
Setengah jam sebelum pementasan dimulai penonton hampir memenuhi ruangan gedung Balai Budaya sembari menunggu waktu tiba. Hingga pada akhirnya tepat pukul 20.08 WIB pementasan Sengkuni2019 dilaksanakan. Dimulai dari pembukaan dan sekaligus menyampaikan pedoman-pedoman, Katib memasuki panggung dengan menenteng naskah Narator Sengkuni dengan sedikit memberikan penjelasan kepada penonton perihal posisinya dan titik berat cerita dalam pementasan Sengkuni2019. Pengantar dari Katib, asisten Tokoh Narator, mampu membujuk seluruh audiens pada gelombang kekhusyukan yang sama untuk berayun-ayun dalam setiap fragmen yang menggelinding.
Sosok Sengkuni yang sekaligus memerankan Tokoh Narator Sengkuni2019 menjadi salah satu daya tarik dalam pengaplikasian pementasan. Mainstream belakangan Sengkuni diinformasikan sebagai sesosok yang memiliki kelicikan. Namun dalam pementasan kali ini, panggung memberikan kesempatan kepada Sengkuni untuk membela diri, mengungkapkan sebab musababnya mengapa ia melakukan apa yang disebut dengan kelicikan dan penghasutan sehingga timbul perang Bharatayudha. Satu dua scene menampakkan ‘kekejaman’ karena Sengkuni harus membunuh, memutilasi, dan memakan kesembilan puluh sembilan saudaranya beserta ibu dan bapaknya.
Pada segmen lain pada tahap berikutnya, beberapa kali penonton dibuat gerrr oleh dialog-dialog yang memunculkan kejenakaan dengan tidak menanggalkan nilai-nilai peristiwa yang dipersembahkan. Ditambah kerancakan para pemeran wayang dan reaksi penonton yang responsif menambah nuansa pementasan, mampu meningkatkan energi para lakon untuk memaksimalkan kemampuannya. Hal lain yang menumbuhkan kekaguman adalah saat Tokoh Sengkuni yang diperankan Pak Joko Kamto ini mampu bermonolog selama 37 menit lamanya dengan adegan, mimik, gestur dan penjiwaan yang total. Ketika salah satu penonton di hari pertama menanyakan ke Pak Jokam bab tips menghafal naskah monolog sebanyak lima belas lembar itu, Pak Jokam mengaku bahwa ia tidak memiliki metode khusus dalam menghafalkannya. “Teknisnya ya gampang aja. Di baca aja tiap hari. Kayak semacam wiridan terus,” imbuhnya yang kemudian disambut oleh tepuk tangan penonton.
Diskusi Bersama Penulis Naskah
Pementasan Sengkuni2019 yang selesai pada pukul 22.53 WIB tersebut disambung dengan diskusi bersama Mbah Nun selaku penulis naskah, Pak Jujuk selaku sutradara dan Pak Toto Rahardjo yang turut hadir di Balai Budaya. Diskusi yang dimoderatori oleh Cak Rahmad dimulai dengan pengantar dari Mbah Nun mengenai teater Sengkuni2019 itu sendiri. Beliau juga menyampaikan bagaimana kedudukan teater dalam kehidupan manusia. “Teater itu tidak penting, Cuma gak boleh gak ada,” ungkap beliau.
Dalam kesempatan itu, Pak Jujuk menyampaikan tentang bagaimana interpretasi masalah Sengkuni. Beliau menyampaikan bahwa interpretasi itu bebas bisa apa saja, termasuk dalam menginterpretasikan tokoh Sengkuni ini. “Sekarang kita tinggal pilih dalam diri kita itu, pilih Sengkuni elek opo Sengkuni apik.” Tutupnya.
Cak Maemura dari Dewan Kesenian Jawa Timur yang hadir berpendapat jika pementasan Sengkuni2019 ini berangkat dari ide yang unik karena Sengkuni dalam dunia pewayangan seringkali di-frame-kan sebagai tokoh yang merugikan. Beliau menambahkan, “Cak Nun menawarkan fenomena Sengkuni itu berada dalam jiwa manusia. Sifat buruk itu ada pada manusia. Sebagai orang teater, beliau tertantang untuk melihat secara makro dalam konteks bernegara dan berbangsa.”
Pada satu momen, Cak Kartolo, ikon ludruk Jawa Timur, yang sedang menikmati acara di tengah-tengah penonton tiba-tiba diberikan kesempatan untuk naik ke atas panggung. Suasana menjadi pecah dengan spontanitas guyonan khas Suroboyoan Cak Kartolo yang gayung bersambut dengan Mbah Nun melengkapi warna dalam pementasan Sengkuni2019 di Surabaya.
Hingga pukul 00.02 WIB Cak Rahmad sebagai moderator diskusi memungkasi acara dengan rasa syukur dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua elemen yang membantu proses pelaksanaan Teater Perdikan Sengkuni2019 selama dua hari di Surabaya dari persiapan hingga pasca pementasan. Setelah teknis acara selesai para penonton merapat ke area panggung untuk bersalaman dan berfoto bersama Mbah Nun. (Rahma dan Rifi)