Meraih Aura Bebrayan Pada Sengkuni2019
Pukul 19.00 WIB penonton pementasan Sengkuni2019 mulai memadati halaman depan Taman Budaya Yogyakarta. Bagian ticketing yang sudah standby sejak sore, mulai sibuk melayani penukaran tiket. Penonton tertib antre dalam barisan sesuai jumlah meja ticket box.
Ibu Fifit dari Bogor hadir bersama suami dan anaknya. “Hari ini saya datang ke Yogya khusus untuk menikmati sajian Sengkuni2019,” katanya.
Kerap hadir di Kenduri Cinta Jakarta, Ibu Fifit tidak ketinggalan informasi terkait jadwal acara Sengkuni2019. Selain karena sejak awal memang tertarik dengan pemikiran dan tulisan Cak Nun, Ibu Fifit penasaran dengan profil Sengkuni. Menurutnya, Sengkuni yang ditulis Cak Nun berbeda dengan “pakem” pewayangan.
“Saya benar-benar penasaran dengan lakon Sengkuni2019. Mudah-mudahan saya memperoleh keluasan cakrawala dari pementasan ini,” tuturnya.
Tidak berbeda dengan Ibu Fifit, Mas Fauzi juga hadir bersama istri dan kedua anaknya. Menempuh perjalanan dari Gresik ke Yogya, Mas Fauzi tidak memiliki agenda lain kecuali untuk menghadiri pementasan Sengkuni2019.
“Nama putri saya ini, saya ambil dari pewayangan. Saya berharap aura bebrayan pentas Sengkuni2019 nyambung dengan doa nama anak saya,” ungkap Mas Fauzi.
Rasa penasaran ayah dua anak ini dipicu oleh keinginannya menyimak lakon Sengkuni yang menurut penulisnya, Emha Ainun Nadjib, khazanah pewayangan dalam kebudayaan khususnya Jawa dan Sunda, memperoleh informasi tentang kelicikan dari figur Sengkuni.
Tidak heran, masih menurut Cak Nun, kata Sengkuni menjadi idiom populer untuk menggelari setiap laku curang. Sengkuni2019 menyajikan tadabbur antara pakem dan carangan pewayangan secara seimbang.
Tempat duduk di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta terisi penuh. Pukul 20.15 WIB pementasan Sengkuni telah dimulai.