
Sengkuni2019 Bongkar Imajinasi dan Logika
Ketika nama Sengkuni disebut, selalu saja yang muncul dalam benak kita: Sengkuni adalah tokoh antagonis dalam perang Baratayudha.
Ketika nama Sengkuni disebut, selalu saja yang muncul dalam benak kita: Sengkuni adalah tokoh antagonis dalam perang Baratayudha.
Salah seorang sahabat lama Mbah Nun, Pakde Herman dari Solo, yang juga sudah akrab di mata teman-teman Jamaah Maiyah terutama lewat suara tembang Jawa-nya, menonton pentas Sengkuni2019 pada malam pertama, dan punya komentar berikut ini:
“Ada sesuatu yang berbeda dari pementasan Sengkuni2019 malam ini jika dibandingkan dengan pementasan wayang kulit biasanya, tetapi yang terpenting adalah semoga pementasan malam ini menjadi pembelajaran kita bersama bahwa dalam khasanah wayang kulit Sengkuni adalah sesuatu yang buruk yang bersifat negatif.
Gong ketiga berbunyi. Tak lama, MC mengisi ruang panggung. Sorot lighting fokus.
Mula-mula susur galur berjuta kisah kehilangan arah adalah sejarah yang berdarah.
Rekan kita, Amien Subhan, dari Jakarta menyaksikan pementasan Sengkuni2019 pada malam pertama, dan berikut dia punya komentar setelah selesai menontonnya:
“Tidak mudah untuk menghadirkan Sengkuni di zaman now, apalagi sampai kehadirannya disambut baik oleh masyarakat.
Malam ini pementasan Sengkuni2019 hari kedua, 13 Januari 2019, tengah berlangsung, dan telah dimulai pada 20.00 WIB.
Usai turut menonton pementasan Sengkuni2019 tadi malam 12 Januari 2019, Marja’ Maiyah Syaikh Nursamad Kamba berkenan memberikan komentar, berikut ini:
“Saya sebagai penonton awam, hanya bisa menangkap struktur pesan secara keseluruhan.
Pukul 20.00 WIB saya memasuki Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.
Menonton teater Sengkuni2019 di Taman Budaya Yogyakarta menjadi harapnya. Mila, gadis 24 tahun asal Malang ini, sedang melakukan dinas luar pada hari tepat ketika pagelaran Sengkuni2019 akan berlangsung.
Para penonton Sengkuni2019 pada pementasan pertama malam tadi berasal dari berbagai macam daerah, dan beragam latar belakang pula.
Seluruh penonton telah memenuhi Concert Hall TBY. Kursi-kursi merah itu sudah ditempati si empunya masing-masing.
Pukul 19.00 WIB penonton pementasan Sengkuni2019 mulai memadati halaman depan Taman Budaya Yogyakarta.
Menjelang pukul 19.30 WIB, antrean penonton masih panjang di depan loket penukaran tiket.
Taman Budaya Yogyakarta sore ini, Sabtu, 12 Januari, ramai didatangi oleh sebagian besar anak muda dari berbagai kota.
Berbeda dengan sore hari kemarin saat menjelang gladi resik di mana kota Jogja diguyur hujan sangat lebat, sore ini, Sabtu 12 Januari 2019, suasana cukup cerah, meski mendung tadi tampak menggantung di langit seputaran TBY.
Malam tanggal 11 Januari 2019 M, segala perjalanan latihan Sengkuni2019 beberapa bulan terakhir ini menemui muara pertamanya.
Seorang sutradara bertugas menerjemahkan gagasan dan cerita yang ada di dalam naskah ke dalam simbolisasi yang akan dihadirkan di atas panggung pementasan.
“Panggung yang sesungguhnya adalah di hati manusia,” Mbah Nun menyatakan itu ketika memberi pengarahan kepada para pemain Sengkuni2019.
Tidak hanya berlaku sebagai penulis naskah yang lantas lepas tangan, Mbah Nun sering pula di sela kesibukan mengikuti secara langsung jalannya proses latihan Sengkuni2019.
Tahun 2019 telah tiba. Sengkuni juga akan datang. Tak berapa lama lagi.
Babak baru dalam proses latihan Sengkuni2019 telah bermula pada malam tanggal 27 Desember 2018 M.
“Latihan sudah jalan tiga minggu, beliau tiba-tiba datang dan ingin ikut latihan.
Seorang pria berusia enam puluh sembilan tahun, Pak Hadri Danuresno namanya, tampak sibuk menanyakan kondisi satu peserta yang tidak tampak karena sakit.
Perdikan teater atau teater perdikan?
Perdikan, tapi bagaianapun kata Perdikan akan selalu megingatkan kita pada status tanah khusus sejak zaman dahulu di pulau Jawa dan mungkin di keseluruhan Nusantara.