Mensyukuri Sengkuni yang Mempertautkan Hati
Sengkuni2019. Baik yang dipentaskan di Yogyakarta maupun yang di Surabaya telah rampung dilaksanakan.
Sengkuni2019. Baik yang dipentaskan di Yogyakarta maupun yang di Surabaya telah rampung dilaksanakan.
“Kalau ada yang tidak terima, saya usir gedung ini dari diri saya sendiri!” Dialog Narator yang juga adalah Sengkuni ini belum begitu bisa saya maknai apa-apa sampai ketika Sengkuni2019 dipentaskan di gedung Balai Pemuda, Surabaya.
Teater Perdikan Sengkuni2019 di Kota Surabaya pada akhirnya tuntas dipentaskan sesuai yang diagendakan, 7-8 Maret 2019.
“Semua membutuhkan segalanya, karena hidup ini bulat utuh,” begitu kira-kira isi dialog Mas Timsuk kepada Mas Bagus, dalam Pentas Sengkuni2019.
Dengan khidmat rasa syukur terpanjat kepada Sang Maha Sutradara Kehidupan, akhirnya pementasan Sengkuni2019 hari pertama, Kamis (7/3), dapat dilaksanakan selaras dengan rencana.
Mana yang Sengkuni
Yang paling kau benci
Berkacalah di cermin sunyi
Apa bukan wajahmu sendiri
Selepas Maghrib (7/4), para penonton Teater Perdikan Sengkuni2019 berduyun-duyun memusati komplek Balai Pemuda, Surabaya.
Sebuah naskah teater telah lahir dari tangan Mbah Nun. Sengkuni2019, judulnya.
Setelah kurang lebih tujuh jam perjalanan dari Yogyakarta, Rabu (6/3) dini hari rombongan pemain sekaligus kru Sengkuni2019 telah tiba di Surabaya.
Siapa bisa menjamin bahwa wajah di balik cermin kita masing-masing atau bersama-sama itu ternyata ...
Sehabis nonton pentas Sengkuni, sejumlah penonton menggugat: “Apa solusi yang ditawarkannya?”
Satu pertanyaan itu dijawab oleh Sengkuni dengan tiga pertanyaan balik:
“Solusi untuk masalah apa?
Dan karena setiap manusia memiliki anasir psikologis ke-Sengkuni-an, maka secara naluriah ia ingin menyembunyi-kan ...
Rombongan pemain dan kru Sengkuni2019 telah bertolak dari Yogyakarta menuju Surabaya pada sore hari tanggal 5 Maret 2019 Masehi.
Menggelar satu pementasan dalam dua hari berturut-turut adalah tantangan tersendiri.
“Akhirnya nonton teater lagi. Terakhir Saya nonton sekitar 20 tahun yang lalu loh”, begitu ungkap seorang kawan baik saya dari Semarang saat bareng-bareng duduk ngleseh di selasar menunggu saat pementasan Sengkuni2019 dimulai.
Di antara penonton Sengkuni2019, terdapatlah dua orang bernama Rofiq dan Rian yang menonton pada malam pertama.
Walaupun kisah Sengkuni diangkat dari sejarah masa silam dan dihadirkan kepada kita melalui dunia pewayangan, pentas Sengkuni2019 ini adalah sebuah pembacaan kembali di masa kini, baik dari sisi cara yang baru dalam memahami sejarah Sengkuni seperti tercermin dalam gagasan yang ada pada naskah maupun komponen-komponen kekinian lain yang mendukung kualitas panggung.
Datang dari Pati, ditemani anak-anaknya, Habib Anis menonton Sengkuni2019 pada malam pertama, dan berikut komentarnya seusai menyaksikan Sengkuni2019:
“Saya melihat gambar besar.
Sebagaimana pada hari pertama, pementasan Sengkuni2019 hari kedua di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta berjalan lancar.
Ketika nama Sengkuni disebut, selalu saja yang muncul dalam benak kita: Sengkuni adalah tokoh antagonis dalam perang Baratayudha.
Salah seorang sahabat lama Mbah Nun, Pakde Herman dari Solo, yang juga sudah akrab di mata teman-teman Jamaah Maiyah terutama lewat suara tembang Jawa-nya, menonton pentas Sengkuni2019 pada malam pertama, dan punya komentar berikut ini:
“Ada sesuatu yang berbeda dari pementasan Sengkuni2019 malam ini jika dibandingkan dengan pementasan wayang kulit biasanya, tetapi yang terpenting adalah semoga pementasan malam ini menjadi pembelajaran kita bersama bahwa dalam khasanah wayang kulit Sengkuni adalah sesuatu yang buruk yang bersifat negatif.
Gong ketiga berbunyi. Tak lama, MC mengisi ruang panggung. Sorot lighting fokus.
Mula-mula susur galur berjuta kisah kehilangan arah adalah sejarah yang berdarah.
Rekan kita, Amien Subhan, dari Jakarta menyaksikan pementasan Sengkuni2019 pada malam pertama, dan berikut dia punya komentar setelah selesai menontonnya:
“Tidak mudah untuk menghadirkan Sengkuni di zaman now, apalagi sampai kehadirannya disambut baik oleh masyarakat.