Sinau Membaca Masa Depan
Sebagai sahabat lama Cak Nun, sudah sangat lama Pak Franky Welirang ingin silaturahmi di desa kelahiran Cak Nun di Mentoro Sumobito Jombang. Desa yang selama ini hanya didengarnya dengan berbagai fenomenanya seperti Pengajian Padhangmbulan yang sudah 25 tahun digelar keluarga Cak Nun. Siang tadi, keinginan Pak Franky baru terlaksana untuk kali pertama. Ini pun malahan tanpa kehadiran Cak Nun sendiri. Tapi Pak Franky tetap ngotot ke Mentoro hari ini.
Pak Franky beserta rombongan tiba di Mentoro pada pukul 10.00 WIB. Setelah diterima dan bersilaturahmi beberapa saat di teras rumah keluarga Mentoro, beliau dan rombongan diajak berdoa sejenak di Makam Keluarga di Sentono Arum.
Dari makam, Franky melihat persiapan acara Menyorong Rembulan dan berfoto bersama di depan panggung. Setelah itu, beliau dipandu melihat unit-unit kegiatan pendidikan dan usaha di lingkungan Yayasan Al-Muhammady.
Dan bertempat di SMK Global, digelar dialog Pak Franky dengan siswa dan guru SMK Global, dengan tema Membaca Masa Depan. Pak Franky bersama Pak Sugiono didampingi Cak Fuad, Cak Nang, Cak Mif, dan Pak Abu.
Mengetahui adanya Jurusan Tata Boga di SMK Global Mentoro, Pak Franky yang notabene adalah direktur PT. Indofood Sukses Makmur TBk. (Bogasari) sangat tertarik berbagi wawasan mengenai usaha jasa boga ini. Pak Franky berpesan agar para siswa tidak hanya ingin bisa menjadi tenaga jasa boga, tetapi lebih jauh dari itu adalah berani bermimpi menjadi enterpreneur jasaboga.
Peluang usaha di bidang ini di masa depan sangat terbuka seiring kecenderungan perubahan yang akan berlangsung. Merespons pertanyaan para siswa dan guru, Pak Franky siap membantu kelengkapan peralatan produksi tata boga untuk SMK Global. Demi mengembangkan pendidikan dan usaha jasa boga di sekolah ini. Termasuk siap membantu siswa dan guru untuk kunjungan industri langsung di perusahaan jasa boga yang berada di lingkungan Bogasari.
Usai dialog dengan siswa dan guru SMK Global, di tempat yang sama, Pak Franky telah dinanti Penggiat Simpul-Simpul Maiyah untuk juga berdialog. Para penggiat datang dari beberapa simpul Nusantara yang sebagian besar sejak pagi telah tiba di sini.
Dalam sesi diskusi ini, Pak Franky menggambarkan dan menyarankan bahwa masing-masing individu Jamaah Maiyah harus mempunyai keterampilan atau usaha yang membuat mandiri kehidupannya. Masing-masing individu tersebut satu sama lain kalau bisa tersambung. Dan dalam koordinasi simpul Maiyah nusantara ini, harus terjalin networking antar individu sehingga akses kesempatan lebih banyak.
Dipantik oleh pertanyaan dari Penggiat, Pak Frangky mengurai mengenai pentingnya memilah misi sosial Maiyah dengan network ekonomi yang hendak dibangun sebagai ajang tumbuhnya masing-masing Penggiat.
Tampak nyaman Pak Franky dalam jalannya diskusi, durasi pun ditambah. Penggiat pun lugas menyampaikan sharing dan curhatnya, mulai dari mohon kiat mencari peluang bisnis yang menguntungkan sampai PR masih sulitnya mengkapitalisasi potensi strategis Penggiat.
Untuk mengakselerasi pergerakan simpul-simpul Maiyah, Pak Giono menantang, bisakah setiap simpul memastikan ajegnya rutinan Maiyahan. Sebab itu adalah salah satu modal sosial yang kita miliki bersama yang mesti kita jaga. Dengan bisa memastikan rutinan tersebut, tidak perlu lagi terdengar keluh kesah di seputar bagaimana menjalankan rutinan. Sehingga energi bisa didayagunakan untuk kebutuhan lainnya.
Pemahaman lainnya adalah perlu adanya pihak yang menjalankan fungsi menginisiasi lahirnya personal networking. Network yang tidak hanya sebatas silaturahmi. Melainkan yang berkait dengan produktivitas. Juga network bukan hanya sesama penggiat, tetapi antara penggiat dengan orang-orang yang lebih mumpuni pada bidangnya. Sehingga proses tumbuh tiap-tiap penggiat Maiyah terdukung.