Sinau Bareng di 9 Titik Simpul Maiyah Bersamaan
Malam ini (14/8), sembilan Simpul Maiyah menyelenggarakan Maiyahan rutin. Mulai dari Maiyah Dusun Ambengan dai Lampung, Juguran Syafaat di Purwokerto, Kidung Syafaat di Salatiga, Warok Kaprawiran di Ponorogo, Jimat Tuban di Tuban, Maiyah Kahuripan di Gunugkidul, Semak Tadabburan di Kudus, Pasemuan Bebrayan di Cilacap, dan Jembaring Manah di Jember.
Geliat Simpul Maiyah yang secara rutin meyelenggarakan Maiyahan setiap bulan sejak awal diniati oleh setiap penggiat masing-masing Simpul Maiyah sebagai proses menanam benih-benih dari setiap nilai Maiyah. Anak-anak muda yang mayoritas menjadi motor penggerak di setiap titik Simpul Maiyah mengkreatifi potensi-potensi yang ada. Yang terlihat kasat mata mungkin hanya poster-poster yang tersebar di media sosial serta naskah mukadimah yang dipublikasikan melalui website masing-masing Simpul Maiyah maupun melalui website caknun.com ini sehingga gaung di dunia maya tampak begitu semarak dan ramai. Namun, persiapan secara offline di lapangan juga tak kalah menggembirakan. Mulai dari mempersiapkan lokasi acara, menggelar karpet, memasang poster, baliho serta backdrop, juga menyiapkan kopi, the serta kudapan-kudapan ringan untuk dinikmati oleh jamaah pada saat berlangsungnya Maiyahan.
Dan di setiap Simpul Maiyah memiliki ciri khas tersendiri dalam Maiyahan yang mereka laksanakan. Seperti Maiyah Dusun Ambengan, setiap bulan secara rutin yang terlibat bukan hanya anak-anak muda saja. Berlokasi di sebuah desa, nuansa bebrayan dan guyub terbangun dengan baik. Ibu-ibu selalu sibuk di dapur pada siang hari sebelum pelaksanaan Maiyahan di Desa Margototo, Metro Kibang, Lampung Timur ini. Maiyahan di Desa Margototo ini menjadi sebuah hajatan rutin, bagi mereka Maiyahan sebulan sekali sudah menjadi sebuah wadah pertemuan antar warga.
Selain itu, Maiyah Dusun Ambengan melalui penggiatnya juga banyak melakukan kegiatan sosial setiap bulannya secara rutin. Malam ini, dalam Maiyahan mereka melaporkan kegiatan donor darah dan juga aktivitas SSB Astama yang merupakan sebuah sekolah sepakbola bagi anak-anak di Desa Margototo yang juga dinaungi oleh penggiat Maiyah Dusun Ambengan.
Kegembiraan seperti ini dirasakan hampir di setiap Simpul Maiyah dengan kreatifitas potensi mereka masing-masing. Tidak ada penyeragaman apalagi perintah yang sifatnya instruksi, mereka secara mandiri menyelenggarakan Maiyahan secara swadaya, guyub dan bebrayan. Kegembiraan untuk Sinau Bareng yang malam ini diselenggarakan serempak di 9 titik Simpul Maiyah merupakan salah satu ikhtiar bersama dari jamaah maiyah dalam rangka setor kebaikan kepada Allah.
Seperti Maiyahan yang diselenggarakan di tempat-tempat lainnya, masing-masing Simpul Maiyah mengangkat satu tema untuk dibahas bersama. Dan tidak harus dalam sebuah Maiyahan mengupas satu tema saja sesuai dengan yang sudah disepakati, tidak jarang tema besar yang diangkat dalam suatu Maiyahan tidak selesai dibahas, dan ketika selesai Maiyahan, masing-masing jamaah membawa bekal ilmu untuk kemudian mereka selami sendiri di rumah. Justru lebih sering banyak ilmu dan nilai yang tidak berhubungan dengan tema yang diangkat justru mereka dapatkan dalam Maiyahan itu sendiri. Seakan merasa kurang untuk berdiskusi, seringkali pembahasan tema Maiyahan berlanjut dalam diskusi online di grup Whatsapp masing-masing Simpul Maiyah.
Seperti tema yang diangkat oleh Juguran Syafaat mala mini “Lahir Kembali”, jika kita melihat poster yang dipublikasikan, kita melihat tangan bayi yang baru lahir. Dari poster visual yang dipublikasikan itu saja kita sudah memiliki penafsiran masing-masing, teman-teman di Juguran Syafaat malam ini tentu juga memiliki dimensi tadabbur yang juga otentik dalam membahas tema tersebut.
Di Tuban, Maiyahan Jimat Tuban malam ini dihadiri oleh Kiai Muzammil dan Lek Ham. Mereka sedang mensyukuri 17 tahun berproses menjadi Simpul Maiyah. Selama 17 tahun dengan dinamika yang ada mereka berproses. Kegembiraan berproses selama ini mereka syukuri dalam Maiyahan malam ini bersama Kiai Muzammil dan Lek Ham.
Kita sebagai jamaah Maiyah tentu bersyukur, hampir setiap malam teman-teman di berbagai daerah berkumpul, duduk bersama, berdiskusi, mentadabburi ilmu-ilmu hidayah Allah dalam konsep Sinau Bareng. Dengan Sinau Bareng, terbangun sebauh kesadaran bahwa tidak ada yang unggul atas satu dengan yang lainnya. Semua berposisi sama, pada titik Al Faqir ‘Indallah.