Silaturahmi Dengan Sahabat-Sahabat Wartawan Surabaya
Di tengah rangkaian perjalanan tujuh acara Sinau Bareng di Jawa Tengah dan Jawa Timur, siang ini (Minggu, 31/3/2019) bertempat di Rollaas Cafe yang berada di Jalan Raya Kertajaya Surabaya, Mbah Nun bersilaturahmi dengan sahabat-sahabat wartawan Surabaya. Sama seperti yang berlangsung di Rumah Maiyah Kadipiro kemarin lusa, silaturahmi ini juga didorong oleh keinginan untuk terciptanya persambungan antara yang “senior” dengan para “junior”.
Karena Mbah Nun tidak hanya pernah mengalami bekerja sebagai jurnalis di beberapa desk, tapi juga posisinya yang kemudian berkembang sebagai kolumnis istimewa, serta sejak awal tahun 2000 menjadi inisiator Maiyah (baca: kebersamaan) di mana-mana, dan kini telah menjadi Mbah bagi “anak-cucu” yang tersebar di banyak tempat, dalam silaturahmi siang ini sejumlah hal muncul dari para sahabat wartawan sebagai topik obrolan. Salah satu yang disampaikan Mbah Nun adalah mengajak semuanya untuk menyadari betapa pentingnya berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai Indonesia, khususnya dalam konteks menjelang Pilpres 2019.
Seorang sahabat wartawan bertanya ihwal sistem demokrasi pemilihan presiden. Merespons hal ini, Mbah Nun mengemukakan tiga catatan. Pertama, pencalonan dan pemilihan kandidat masih didominasi oleh atmosfer selebritas dan infotainment. Itulah kenapa hampir seluruh kandidat, sejak presiden hingga caleg, sangat mengedepankan popularitas. Kedua, seharusnya sistem yang sudah berjalan sudah mampu menghadirkan kualitas kandidat yang terpilih, asalkan kita memiliki kesungguh-sungguhan menjalankan sistem tersebut, tidak setengah-setengah seperti yang berjalan saat ini. Ketiga, kesungguh-sungguhan tadi perlu diperdalam dengan menggali kembali panduan nilai-nilai dari sumber yang sudah kita miliki, misalnya Pancasila.
Beralih ke masalah pers dan jurnalisme saat ini, Mbah Nun menyebut bahwa perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, dikombinasi dengan motif politik dan ekonomi, telah mendisrupsi pola pers dan jurnalisme konvensional. Itu sebabnya, Mbah Nun melontarkan ide agar adik-adik jurnalis generasi millenial ini bisa meluangkan waktu untuk berkumpul dan diskusi bersama untuk membedah pola jurnalisme sekaligus merumuskan pola jurnalisme millenial yang berbeda dengan jurnalisme konvensional.
Sebagaimana silaturahmi sebelumnya di Rumah Maiyah Kadipiro, pada kesempatan ini Mbah Nun juga membagikan tulisan berjudul “2019-2024 MENIMBANG ULANG NKRI” kepada semua sahabat-sahabat wartawan yang hadir. ()