Reuni Edy dengan Mbah Nun dan KiaiKanjeng
Di antara jutaan anak-anak manusia, ada sejumlah di antara mereka yang “diasuh” oleh Allah melalui para Malaikat-Nya. Kekuasaan manusia yang sombong dan menuhankan dirinya sehingga membuat aturan-aturan sendiri tanpa mempedulikan konsep penciptaan alam dan makhluk oleh Allah: tidak mampu memahami anak-anak itu. Meremehkannya dan membuangnya. Mereka akan menanggung risiko dari kesombongan itu.
Teman-teman tentu masih ingat Edy, anak yang tak disangka-sangka karena ternyata pandai memainkan drum bersama KiaiKanjeng pada Sinau Bareng di Masjid Agung Demak tiga tahun lalu. Semalam, ketika Mbah Nun dan KiaiKanjeng Ngaji Bareng lagi di Masjid Agung Demak, dia datang lagi. Menjelang acara berakhir, dia naik ke panggung tapi kali ini dari belakang. Langsung mendekat di belakang Pak Bobiet dan Pak Is. Tubuhnya terlihat lebih tinggi. Yang paling terasa adalah senyumnya yang ceria, senang, dan gembira. Dia senang, bisa bertemu dengan Pakde-Pakde KiaiKanjeng. “Pak, aku melu shalawatan Mbah Nun ya Pak,” katanya ke KiaiKanjeng. Itu menjelang ‘indal qiyam, dan dia pun mendekat ke Mas Blothong lalu ikut memukul terbang selama shalawat ‘indal qiyam berlangsung.
Kemudian selepas itu, saat KiaiKanjeng mengiringi proses salaman dengan beberapa nomor, Edy disodori mikrofon dan ikut melantunkan shalawat. Di sela-sela lagu itu, dia maju mendekat ke Cak Nun, dan menyalami beliau. “Lho kowe tho, Le,” kata Cak Nun sembari memeluknya penuh kasih sayang.
Sepanjang berada di panggung KiaiKanjeng itu, Edy bershalawat, bermanja ke Pak Bobiet dan Pak Is, berpose, tertawa, melet juga, dan bilang, “Aku reuni ketemu Mbah Nun meneh iki Pak.” Pak Bobiet tak habis pikir, anak seperti Edy kok punya kosakata reuni.
Edy tak sendirian. Ketika KiaiKanjeng baru datang di lokasi, dan baru memulai soundcheck, sudah disambut oleh “anak” yang lain yang diasuh langsung oleh Malaikat-Nya. Ia berjoget, setiap kali bunyi alat musik terdengar. Ia nempel ke panggung, memandangi orang-orang KiaiKanjeng. Dia bergembira. Karena KiaiKanjeng tak sedikit pun merasa terganggu, bahkan senang juga. Bahkan rokok pun disulutkan untuknya.