CakNun.com

Korek Jress di Bandara

Redaksi

Baharudin Lopa adalah idola para aktivis dalam hal penegakan hukum di masa hidupnya. Maka ke manapun ia pergi, selalu dikerubungi oleh banyak mahasiswa dan aktivis idealis. Mereka tidak hanya berdiskusi bersama, makan bersama, juga pada suatu siang mengantarkan Pak Barlop dari kampus Universitas Hasanudin ke Mandai, sebutan untuk Bandara Makassar.

Sampai menjelang boarding, para aktivis menemani beliau minum kopi. Tatkala Pak Barlop mendarat di Cengkareng, ia menelpon salah seorang aktivis yang tadi mengantarkannya ke bandara. “Eh”, kata beliau dengan logat Mandar yang sangat kental, “korep api kalian terbawa di sakuku. Kau kasih alamatmu, biar kukirim….”

Yang dimaksud dengan korek api itu bukan Zippo atau korek mahal lainnya, melainkan korek “Jres” yang berupa kotak kecil dengan batang-batang yang ada pentol asapnya untuk menyalakan api di sisi kotak itu.

Tentu saja hal itu membuat para aktivis bingung. Dengan terbata-bata yang ditelpon menjawab: “Anu Pak… Sudah dibawa saja… Itu korek tidak ada harganya….”

Pak Barlop menjawab, “eh ini bukan soal murah atau mahal, ini amanah dan tanggung jawab. Saya tidak berniat mencuri, jadi harus saya kembalikan….”

Para aktivis bersikeras dan akhirnya menyatakan merelakan korek api itu silahkan dipakai oleh Pak Barlop, sehingga beliau bebas dari dosa.

Almarhum ‘Jaksa Budiman’ Baharudin Lopa, adalah satu di antara sedikit manusia yang tingkat kejujurannya tak tertandingi. Di zaman Orba, ia dilemparkan kesana kemari oleh atasannya karena ketegasannya menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Ia adalah Jaksa Agung RI di tahun 2001. Kejujuran moral dan ketegasan tindakan hukumnya membuat berbagai kalangan menduga bahwa wafatnya beliau di Ryadh, Arab Saudi, adalah akibat dari suatu rekayasa politik.

Beliau lahir di Pambusuhang, Polewali Sulbar, dusun seorang Waliyullah terkenal Imam Ahmad Taher Lappeo. Pak Barlop sangat dekat dengan Mbah Nun, dan sangat mempercayai Mbah Nun adalah titisan Imam Lappeo. Sehingga setiap acara bersama Mbah Nun, termasuk di Mandar era 1990-an, Pak Barlop selalu menyebut dan meminta semua orang menyebut Mbah Nun sebagai Ulama Besar.

Lainnya