Gambang Syafaat di Rumah Maiyah Kadipiro
Majelis ilmu Gambang Syafaat Semarang edisi 25 Juni 2020 digelar di Rumah Maiyah Kadipiro. Diikuti para penggiat dan jamaah GS dalam jumlah terbatas, acara berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.
Sejak siang para penggiat sudah mulai datang dan melakukan persiapan termasuk musik Wakijo lan Sedulur. Meski digelar di Rumah Maiyah Kadipiro Yogyakarta, teman-teman Gambang Syafaat tetap merupakan tuan rumah acara. Bonusnya adalah kehadiran Mbah Nun dan Kiai Muzammil. Dua narasumber setia Gambang Syafaat, Pak Ilyas, Habib Anis, dan Gus Aniq, sudah sejak sesi pertama duduk depan berbicara merespons tema yang diangkat yaitu Spirit Istiqomah. Acara dipandu oleh mas Hajir.
Satu di antara banyak hal yang disampaikan oleh Mbah Nun malam itu adalah new normal dapat kita maknai sebagai langkah kembali mensejatikan diri. Hal itu dikatakan Mbah Nun sesudah memberi pengantar untuk mengajak para jamaah mewiridkan Ya Hafidh Ihfadhna, Ya Haadi Ihdina, Ya Qadir Qaddirna. Malam itu selama durasi 10 menit, jamaah diajak mewiridkan tiga doa permohonan tersebut dengan didahului didahului membaca kalimat thayyibah sembari bersujud.
Sebelumnya, Mbah Nun menggambarkan tidak mudahnya situasi saat ini untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar di antaranya terkendala oleh ekosistem media sosial yang mudah meremehkan apa-apa saja yang baik. Teman-teman juga diperkenalkan pada kata-kata kunci seperti restart, deglobalisasi, ekosistem baru, menyalib di tikungan, dan pertanyaan mendasar seperti kita ini negara kota ataukah negara desa.
Dalam keadaan yang serba tidak mudah itu, Mbah Nun mengajak kepada jamaah untuk memohon ‘ditakdirkan’ (qaddirna) oleh Allah, meskipun Mbah Nun sendiri memiliki simulasi yang masih mungkin dilakukan walaupun tetap dipertimbangkannya berkali-kali.
Dalam kesempatan Gambang Syafaat di Kadipiro malam itu, Mbah Nun juga meminta Kyai Muzammil untuk menguraikan makna sejumlah terminologi yaitu ‘din’, ‘millah’, ‘qaum’, ‘jamaah’, dan ‘ummah’. Secara mendasar, Mbah Nun mengajak teman-teman merenung dengan perspektif keberangkatan bahwa di antara Covid-19 hingga dunia global terdapat Maiyah dan hidup kita. (Red/caknun.com)