Sekilo Beras dan Sebiji Ilmu
Seorang kawan berkata: “Semakin banyak kita menuangkan ilmu, jumlah ilmu di dalam diri kita justru semakin banyak. Itulah bedanya dengan benda. Itulah beda antara roh dengan jisim”.
Saya memprotes: “Jangan terlalu banyak omong tentang rohani. Masyarakat kita masih belum terpenuhi problem jasmaninya: kelayakan hidup belum merata, lapangan kerja semakin timpang jumlahnya dibanding pencari kerja. Semua itu urusan benda. Kalau kamu terlalu banyak omong tentang kehebatan rohani, nanti orang makin mundur daya juangnya untuk memperadilkan perolehan benda, nafkah keluarga, biaya sekolah anak-anak dan lain-lain”.
Kawan kita tertawa: “Saya justru bicara tentang benda, tolol!”, katanya ketus, “Ilmu bisa melipatgandakan benda, tapi benda tidak begitu punya kecenderungan untuk memuaikan ilmu, melainkan mengkerdilkannya”.
“Itu juga masih terlalu filosofis!”, saya memotong, “Berbicaralah tentang sekilo beras, misalnya”.
“Benih sekilo beras adalah sebiji ilmu. Perjuangan membagi adil beras, dipanglimai oleh ilmu. Rasa malu untuk tidak menumpuk sendiri beras-beras kehidupan sementara banyak orang lain setengah mati mencarinya, adalah juga berkat panduan ilmu”.