CakNun.com

Apa Besuk Pagi Kita Belum Mati?

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Secara harfiah, husnul khatimah berarti akhir atau kesudahan yang baik. Dalam istilah agama Islam berarti akhir hayat (kehidupan) yang baik. Kebalikannya adalah su’ul khatimah, artinya akhir hayat yang buruk. Akhir kehidupan yang dialami oleh manusia itu sering disebut sakaratul maut.

Apakah kita akan mati? Apakah kita akan segera sampai ke garis sakaratul maut?

Lebih rasional kalau pertanyaannya kita balik: apakah kita akan tidak mati? Siapakah yang bisa memastikan bahwa nanti sore atau besok pagi, atau bahkan lima menit yang akan datang, ia pasti akan masih hidup? Puncak ilmu orang hidup adalah mengenai maut. Yang paling masuk akal bagi segala perjalanan ilmu manusia adalah kesadaran bahwa sewaktu-waktu akan mati. Pengetahuan yang paling substansial dan primer adalah bahwa sekarang juga setiap manusia harus siap untuk berakhir hidupnya. Bahwa jisim (badan) manusia tidak hidup abadi.

Seorang pengusaha bisa menuliskan rancangan-rancangan bisnisnya pada skala jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, bahkan diproyeksikan sampai 50 tahun ke depan. Akan tetapi kalimat awal dari teks rancangannya sesungguhnya berisi kalimat: dengan catatan bahwa selama jangka waktu tersebut ia belum meninggal dunia.

Seorang politisi sepenuhnya berhak mentargetkan keinginannya untuk duduk di kursi kepresidenan. Seorang sarjana mutlak diperbolehkan meniti karirnya sampai sejauh-jauhnya dan setinggi-tingginya. Tetapi semua itu dengan catatan bahwa berlakunya hanya kalau mereka pasti masih hidup. Itu namanya ilmu orang tua.

Lainnya

Belajar Manusia Kepada Sastra

Belajar Manusia Kepada Sastra

Sastra Generasi Millenial

Sejak hampir dua dekade yang lalu lahir Generasi Millenial, juga dalam sastra.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Dimensi Keadilan dalam Perspektif Pembangunan Sosial Budaya

Dimensi Keadilan dalam Perspektif Pembangunan Sosial Budaya

Adil

Kata “adil” tidak bisa dijumpai dalam khasanah tradisi kebudayaan masyarakat kita, sekurang-kurangnya masyarakat Jawa tradisional yang “asli”; meskipun itu tidak otomatis berarti tak ada pula sebagai (fakta) nilai.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib