CakNun.com

Tanah Air Paradoks: Menemukan Nilai, Merawat Curiosity

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 16 menit
Dok. Kenduri Cinta

Tanah Air, Paradoks, dan Pencarian Makna

Istilah “tanah air” bukan sekadar konsep geografis, tetapi juga sebuah terminologi bahasa imajinasi yang sarat makna. Konsep tanah air hadir dalam karya-karya Muhammad Yamin, yang sampai hari ini memperkaya pemahaman kita tentang identitas kebangsaan. Istilah ini sering kita temukan dalam lagu-lagu nasional seperti Rayuan Pulau Kelapa dan Indonesia Pusaka, yang diciptakan oleh Ismail Marzuki, seorang tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama tempat di mana Kenduri Cinta rutin digelar setiap bulannya, Taman Ismail Marzuki. Tanah air menjadi suatu elemen emosional yang menghubungkan kita dengan sejarah dan cita-cita besar bangsa kita. Namun, di balik keindahan dan kekayaan alam yang kita miliki, tanah air kita juga diwarnai dengan ketimpangan sosial dan ekonomi yang tak jarang memunculkan paradoks dalam kehidupan sehari-hari.

Paradoks itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani, para yang berarti ‘berbeda dari’ dan doxa yang berarti ‘opini’ atau ‘argumen’, yang kemudian digabungkan menjadi paradoxa, ‘berbeda dari pendapat umum’ atau ‘berlawanan dengan argumen yang ada’. Dalam konteks Indonesia, kita melihat adanya jurang pemisah antara harapan dan kenyataan. Negeri yang kaya akan sumber daya alam dan budaya ini, pada kenyataannya, masih menyimpan ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik yang dalam. Kita bercita-cita untuk meraih kemakmuran bersama, tetapi banyak rakyat yang tetap terjebak dalam kemiskinan. Kita ingin menciptakan keadilan sosial, namun ketidakadilan terus terjadi.

Kenduri Cinta terus memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin berbicara tentang Indonesia. Dalam setiap pertemuannya, meskipun tidak ada imbalan materi, selalu ada semangat untuk mencari solusi dan menggali makna yang lebih dalam dari berbagai permasalahan yang ada. Hal ini menggambarkan betapa besar rasa cinta di Kenduri Cinta untuk Indonesia.

Di awal sesi, Amien menggambarkan Indonesia sebagai “sempalan surga”, sebuah tempat yang penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan, namun tidak semua bisa menikmatinya. “Indonesia merupakan negeri kaya, tetapi banyak rakyatnya yang tidak kaya,” ujarnya. Ini adalah paradoks yang sangat jelas, di mana kekayaan alam yang melimpah tidak diikuti kesejahteraan yang merata. Bagi sebagian besar masyarakat, kehidupan yang seharusnya penuh harapan justru diwarnai himpitan kemiskinan dan ketidakadilan.

Di sisi lain, Amien juga menyoroti arus informasi yang semakin deras, tetapi sangat sedikit yang memberikan dampak nyata. Masyarakat sering kali hanya menjadi penonton dalam urusan makro seperti politik dan ekonomi, tanpa memiliki kuasa apa pun. “Kita tidak bisa menolak datangnya informasi, tetapi kita bisa memilah mana informasi yang memiliki impact pada kita,” katanya. Dalam dunia yang penuh dengan informasi ini, penting bagi kita untuk bijak dalam memilih apa yang perlu diperhatikan dan apa yang harus diabaikan.

Kenduri Cinta menjadi ruang yang mempertemukan berbagai pemikiran tentang Indonesia, tanah air, dan segala paradoks yang ada. Salah satu hal menarik adalah bagaimana forum ini, meskipun tidak dibayar dan bukan menjadi kewajiban formal, kita terus membicarakan Indonesia dalam setiap edisi Kenduri Cinta. “Ini merupakan bukti kecintaan kita terhadap Indonesia,” ungkap Tri.

Dok. Kenduri Cinta

Di tengah diskusi, hujan deras turun tiba-tiba, menghentikan sejenak diskusi yang tengah berlangsung. Karim mengajak jamaah melantunkan Hasbunallah untuk menyambut datangnya hujan. Ia melanjutkan dengan doa, “InsyaAllah hujan ini membawa berkah, yang sakit diangkat sakitnya, yang hutang dihilangkan, yang sesak hatinya dilapangkan, yang dengki diringankan, yang bermusuhan didamaikan, dan yang jauh dari jodoh didekatkan.” Hujan yang semakin deras mengiringi setiap doa yang dipanjatkan dengan penuh harapan.

Tri melanjutkan paparannya dengan mengutip surat At-Thalaq ayat 2-3 yang berbunyi, “Barang siapa bertakwa, Allah akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan rezeki serta pencerahan dari arah yang tidak terduga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” Ayat ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi paradoks kehidupan dengan situasi yang sulit atau membingungkan, ketakwaan dan tawakal kepada Allah dapat membuka jalan keluar yang tak terduga.

Di balik setiap paradoks, selalu ada peluang untuk memperbaiki dan mencerahkan kehidupan, baik secara pribadi maupun kolektif. Paradoks memang tidak akan pernah hilang, tetapi kita bisa berharap bahwa melalui pemahaman dan kesadaran yang lebih dalam, kita bisa menghadapi dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Exit mobile version