CakNun.com

Lagu Religi atau Tidak Religi, Tergantung Pada Interpretasi

Muhammadona Setiawan
Waktu baca ± 3 menit

Ramadhan sebentar lagi. Dan biasanya di momen Ramadhan, lagu-lagu bergenre religi akan sering diputar. Menghiasi hari-hari kita. Baik di layar televisi, pesawat radio, ruang sosial media, hingga platform digital lainnya. Lagu-lagu religi tersebut agaknya mampu menyulap kita menjadi manusia yang mendadak religius.

Lagu religi yang dimaksud di atas ialah lagu-lagu yang isi liriknya mengulas seputar ritual atau pernak-pernik yang berkaitan dengan Ramadhan. Ya misalnya tentang puasa, hikmah puasa, tarawih, tadarus, malam lailatul qadr, dan lain-lain. Atau lagu yang berisikan tentang puja-puji kepada Allah dan Rasulullah. Atau gampangnya, lagu yang ada kata-kata bernuansa Islam (seperti Allah, Rasulullah, Muhammad, shalat, puasa, zakat, sedekah, dll) maka lagu tersebut dapat dikategorikan lagu religi. Begitu kira-kira pemahaman umum society kita. Dan itu lazim. Tidak salah. Masyarakat pun menerima dengan baik.

Lagu adalah bahasa universal. Setiap orang punya cara masing-masing untuk menikmati seraya memaknai sebuah lagu. Dan entah kenapa, semakin dewasa usia, sikap idealis terhadap lagu itu semakin luntur. Menipis. Atau menisbikan. Untuk tidak menyebutnya hilang. Sisi idealis masih ada, tapi sangat bisa diajak kompromi. Itulah yang saya rasakan. Apakah teman-teman juga mengalami hal serupa?

Semakin ke sini, saya kian enggan untuk mengkotak-kotakkan genre lagu. Semua jenis lagu saya lahap. Kalau enak ya didengar, dan turut dinyanyikan. Kalau nggak suka lagunya ya skip aja. Sesederhana itu. Seperti halnya makanan. Ada menu favorit, ada juga yang tidak kita suka. Yang tidak kita suka belum tentu tidak disukai oleh orang lain. Musik juga begitu. Bersifat relatif, dan sesuai selera.

Begitu pun dalam memaknai isi lagu. Karena bahasa universal itu tadi, kita bisa menilai sebuah lagu dari angle mana pun. Kita boleh memakai “kacamata” sastra, agama, sosial politik, dan sebagainya. Bebas. Makna lagu bisa beragam (bermacam-macam) tergantung pada interpretasi masing-masing orang. Semakin banyak pemaknaan, semakin sarat khasanah lagu tersebut.

***

Kembali menyoal lagu genre religi. Apakah lagu-lagu yang tidak menggunakan lirik atau kata-kata bernuansa Islam (seperti Allah, Rasulullah, shalat, puasa, sedekah, bismillah, alhamdulillah, dll) tidak dikategorikan lagu religi? Bagaimana kalau para penulis lagu menggunakan lirik metafor (kiasan) untuk menggambarkan tentang Tuhan, tentang Nabi, tentang puasa, tentang syukur, tentang sedekah, tentang persaudaraan, tolong menolong, kasih sayang, dan tentang nilai-nilai keislaman yang begitu luasnya?

Bagaimana??

Itulah kekayaan bahasa. Dan kita sangat bersyukur menjadi bangsa yang kaya akan bahasa. Dalam bahasa terdapat kata, frasa, kalimat, istilah, diksi, rima, majas, metafor, peribahasa, yang kemudian dikreatifi para song writer, untuk dituliskan menjadi bait lirik dalam karya lagu. Dan yang paling mengerti maksud (inspirasi, makna, tujuan, harapan) dari sebuah lagu ya tentu penciptanya itu sendiri. Orang lain atau pendengar bebas dan dibebaskan untuk mengurai — menelaah — menemukan maksud serta makna lagu sesuai versinya sendiri. Lagi-lagi ini kembali pada interpretasi.

Dengan demikian, sejatinya tidak ada patokan baku atau syarat khusus di mana sebuah lagu dikategorikan lagu religi atau non religi. Belum tentu lagu yang tidak menggunakan frasa/ istilah keagamaan (dalam konteks ini agama Islam) disebut bukan lagu religi. Mungkin lagu tersebut sangat religius tetapi dibungkus dengan kalimat metafor yang sangat halus. Bisa jadi.

Bingung nggak teman-teman? Hehehe. Semoga tidak.

Saya jadi teringat, suatu ketika ada rekan jamaah yang bertanya kepada Mas Sabrang.

“Mas, ada rencana nggak, Letto bikin lagu atau album religi?”

“Tidak ada yang tidak religi lagu-lagunya Letto.” Jawab Mas Sabrang singkat.

***

Oh ya, hari kemarin (18/1) setelah sekian purnama, akhirnya band kesayangan kita Letto merilis single baru berjudul “Sebening Senja”. Saya spill sedikit bagian reff-nya.

Karena cinta yang aku terima, serpihan surga
Rasa itu dan senyumanmu sebening senja

Gaes, kira-kira lagu “Sebening Senja” ini termasuk lagu religi atau bukan? Tapi tolong jangan tanya itu ke Mas Sabrang ya, apalagi ke Mas Patub, bisa-bisa dikepruk gitar nanti. Hehehe. Maka lebih baik dengarkan, rasakan, dan temukan sendiri keindahan maknanya.

Salam

Gemolong, 19 Januari 2025

Lainnya

Topik