Kesulitan dan Kemudahan Mengapa Dipertengkarkan?


Hidup adalah perjuangan tanpa henti. Tidak mau berjuang jangan hidup. Perjuangan selalu diidentikkan dengan kesulitan. Sedangkan naluri kita cenderung menghindari kesulitan sembari menginginkan kemudahan. Kesulitan sering dipandang sebagai hambatan yang melemahkan semangat.
Namun, jika direnungkan lebih dalam, kesulitan bukanlah sekadar penghalang, melainkan bagian dari proses transformasi menuju kemudahan. Kesulitan dapat mengasah daya juang, mempertajam pemikiran, dan meningkatkan ketahanan diri. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6). Ayat ini bukan janji, tetapi prinsip bahwa di balik setiap tantangan terdapat peluang untuk berkembang.
Kesulitan adalah bagian dari proses pembelajaran yang mempersiapkan seseorang untuk meraih kemudahan dengan cara yang lebih matang dan bijaksana. Kesulitan bisa menjadi ruang lahirnya kemudahan, dan kemudahan bisa menyimpan potensi kesulitan.
Pemahaman umum yang berkembang di masyarakat adalah kemudahan akan datang setelah kesulitan. Namun, jika dicermati lebih dalam, kemudahan tidak harus menunggu kesulitan berakhir, tetapi dapat ditemukan bersama datangnya kesulitan. Dalam perjalanan menghadapi ujian kita belajar untuk beradaptasi, menemukan cara-cara kreatif dalam menyelesaikan masalah, serta mengembangkan sikap mental yang lebih tangguh. Kesulitan itu sendiri adalah bagian dari proses transformasi menuju kemudahan.
Kemudahan yang sesungguhnya bukan hanya dalam bentuk berakhirnya kesulitan, melainkan dalam kemampuan untuk menghadapi kesulitan itu sendiri dengan ketenangan, kebijaksanaan, dan kepercayaan diri. Kesulitan tidak hanya membawa kemudahan di hari esok, tetapi juga menyimpan hikmah dan potensi yang bisa dimanfaatkan saat ini juga. Kesulitan bukanlah lawan dari kemudahan, tetapi jalan menuju terciptanya makna baru, pengalaman baru, kesadaran baru.
Meskipun ayat tentang kesulitan dan kemudahan sering dikutip sebagai bentuk penghiburan, pemaknaan yang fatalistik perlu dikritisi. Jika ayat ini dipahami sebagai jaminan bahwa kemudahan akan datang tanpa usaha, maka akan muncul sikap pasrah yang justru menghambat perkembangan kita. Padahal, ayat tersebut merupakan ajakan untuk aktif mencari solusi dalam setiap tantangan. Kesulitan bukanlah alasan untuk menyerah, tetapi dorongan untuk berusaha lebih giat, berpikir lebih cerdas, dan bertindak lebih bijak.
Dengan memahami bahwa kesulitan adalah “bahan bakar” dari transformasi, bahwa kemudahan bisa ditemukan di dalamnya, dan bahwa Islam mengajarkan usaha aktif dalam menghadapi tantangan—kita akan memiliki perspektif yang lebih positif terhadap kehidupan. Kesulitan tidak lagi dianggap sebagai beban yang melemahkan, melainkan sebagai potensi yang memperkaya pengalaman dan mendewasakan jiwa. Setiap tantangan menjadi kesempatan untuk bertumbuh dan setiap kesulitan menjadi jalan menuju kemudahan yang lebih bermakna.
Majelis Masyarakat Maiyah Padhangmbulan kembali hadir pada Kamis, 13 Februari 2025, pukul 20.00 WIB, di Mentoro Kec. Sumobito Kab. Jombang. Kita akan mentadabburi surat Al-Insyirah dan menyelami makna kesulitan (al-‘usr) dan kemudahan (al-yusr). Mengapa kata al-‘usr disandingkan dengan al-yusr dan diulang dua kali? Bagaimana memahami al-‘usr dan al-yusr melalu perspektif yang dapat menggerakkan kesadaran kita menuju proses transformasi untuk meningkatkan kualitas pribadi kita?
Jombang, 12 Februari 2025