CakNun.com

Estafet Syukur: Merayakan Syukur dengan Kesungguhan dan Kasih Sayang

Kenduri Cinta edisi Februari 2025
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 15 menit

Dok. Kenduri Cinta

Syukur dalam Perspektif Islam

Malam semakin syahdu ketika Ustadz Noorsofa mengambil alih panggung. Ia mengawali dengan bacaan doa, kemudian menyampaikan refleksi mendalam tentang makna syukur dalam Islam. Ia mengutip kisah Nabi Daud yang bertanya kepada Allah, “Bagaimana aku bisa bersyukur kepada-Mu, sedangkan dapat bersyukur saja sudah merupakan nikmat dari-Mu?”

Beliau juga menyoroti bagaimana syukur seharusnya menjadi warisan turun-temurun, sebagaimana Nabi Sulaiman yang meminta kepada Allah agar diajarkan bagaimana bisa bersyukur seperti orang tuanya. “Estafet syukur tidak boleh terputus. Kita bersyukur punya orang tua yang bersyukur, sehingga kita pun harus meneruskan tradisi itu”.

Selain itu, Ustadz Noorsofa membagikan kisah seorang jamaahnya yang menjalani hidup penuh syukur meski dalam kesederhanaan. “Ustadz, saya mah sudah tua begini, tidak mau ngapa-ngapain, sudah bersyukur saja kepada Allah. Habis Subuh baca Quran, ngopi, rezeki ada saja yang datang dari yang sewa kontrakan” ceritanya, menegaskan bahwa bersyukur bukan hanya tentang menerima nikmat, tetapi juga mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah.

Kenduri Cinta edisi Februari 2025 ini tidak hanya diisi dengan refleksi mendalam, tetapi juga bumbu humor yang khas. Ustadz Noorsofa menghibur hadirin dengan cerita tentang pantun yang diberikan ibunya saat ia melamar istrinya. “Cincau gula laksa dijual di tukang kain, dia nggak mau lu nggak paksa, masih banyak orang lain.” Kisah ini memancing gelak tawa dan mencairkan suasana.

Ia juga menambahkan anekdot tentang seseorang yang mencoba menunda ajal dengan cara kreatif. Kisah ini membawa tawa, tetapi juga menyimpan pesan moral bahwa kehidupan ini memiliki batasnya, sehingga bersyukur dan memanfaatkan waktu dengan baik adalah hal yang penting. Anekdot ini pernah dituangkan dalam sebuah esai oleh Cak Nun pada tahun 2017 dengan judul: Kenduri Cinta si Udin.

Menjalin Rasa Syukur di Tengah Tantangan

Hadi melanjutkan moderasi dan memberikan pelantang kepada Hendri Satrio. Suasana semakin hidup ketika Hendri Satrio mendapat giliran berbicara. Dengan gaya khasnya yang santai dan penuh humor, ia mengawali dengan sapaan ringan kepada jamaah.

Hendri mengangkat tema syukur sebagai inti pembicaraannya. Ia menyoroti bagaimana situasi ekonomi saat ini mengajarkan kita untuk lebih memahami perbedaan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Dengan gaya menggelitik, ia menyentil kebijakan pemotongan anggaran yang terjadi di berbagai sektor. “Biasanya naik ke lantai 20 pakai lift, sekarang pakai tangga. Tapi kita harus bersyukur,” candanya yang disambut tawa Jamaah.

Ia juga menyoroti program-program pemerintah yang menuntut pengelolaan keuangan negara dengan bijak. “Sekarang negara lagi diajari mana yang harus (needs) dan mana yang ingin (wants). Misalnya, Ibu Kota Negara (IKN) itu perlu atau ingin? Itu pertanyaan besar. Kalau kita lihat sekarang, semak belukar sudah mulai tumbuh lagi di sana,” ujarnya sambil tersenyum.

Tak hanya berbicara soal ekonomi, Hensa juga menyinggung kebersamaan yang unik antara Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto. “Ini pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, mantan presiden dan presiden terpilih punya komunikasi yang baik. Biasanya kan saling menjauh, ini malah makin dekat. Seperti lagunya Inka Christie, ‘Jangan Pisahkan Aku’,” tambahnya, mengundang gelak tawa Jamaah berikutnya.

Dok. Kenduri Cinta

Dalam refleksi mendalamnya, Hensa menegaskan bahwa rasa syukur adalah kunci menghadapi segala ujian. Ia bahkan mengangkat pertanyaan reflektif yang menarik, “Kenapa ada orang yang ibadahnya biasa saja, tapi rezekinya melimpah? Jangan-jangan karena mereka bersyukur terus?” Sebuah pertanyaan yang menantang pemikiran Jamaah.

***

Malam makin larut, Jamaah masih bertahan duduk bersila. Diskusi dijeda sejenak oleh penampilan dari Bedur yang membawakan total tiga lagu andalannya. Semilir angin dan musik Bedur berhasil menghibur Jamaah. Setelah itu, Hadi pun melanjutkan forum dan mulai memoderasi kembali. Hadi meminta Hensa untuk menyampaikan poin-poin tambahan yang ingin ia sampaikan kepada jamaah.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik