CakNun.com

Estafet Syukur: Merayakan Syukur dengan Kesungguhan dan Kasih Sayang

Kenduri Cinta edisi Februari 2025
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 15 menit

Dok. Kenduri Cinta

Budaya Betawi dan Sikap Bersyukur

Setelah Boim, Fahmi memberikan kesempatan kepada David Nurbianto untuk berbicara. Ini adalah kali pertama David hadir di Kenduri Cinta. David sudah lama dikenal sebagai Standup Comedian, persona ini yang membuat Jamaah menunggu punchline komedinya mala itu. David menyampaikan pandangannya tentang kehidupan, budaya Betawi, dan berbagai fenomena sosial yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya.

Setelah diberikan kesempatan berbicara oleh moderator, David membuka pembicaraannya dengan gaya khasnya. Ia melontarkan candaan yang langsung mengundang gelak tawa Jamaah. “Saya tanya nih ke Mas Fahmi, saya sedang diizinkan atau dijerumuskan? Biar jelas dulu nih,” ujarnya yang langsung mencairkan suasana. David pun tidak lupa membuka dengan pantun.

Dalam diskusinya, David membahas berbagai aspek budaya Betawi dan fenomena sosial di Jakarta. Ia menekankan bahwa orang Betawi adalah orang yang paling bersyukur, bahkan hingga kelewatan. “Kita sering tuh sehari makan, dua hari bengong. Sering! Kebangetan bersyukur itu enggak mau kerja,” ujarnya dengan nada bercanda dan disambut tawa jamaah.

David juga menggambarkan bagaimana orang Betawi hidup dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka. Rumah-rumah tradisional Betawi, menurutnya, selalu memiliki kebun dengan pagar hidup, seperti pohon rambutan dan sirih, yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, modernisasi membuat kebiasaan itu mulai menghilang. “Sekarang mesti ke Century, sama Guardian. Ampun dah,” katanya yang kembali disambut tawa pecah Jamaah.

Selain budaya Betawi, David juga menyoroti berbagai ironi di Jakarta, salah satunya mengenai maskot kota, Elang Bondol dan Salak Pondoh. “Sementara kalau lu googling populasi Elang Bondol di Jakarta, sangat kecil. Padahal maskot loh ini. Di Jakarta sekarang lebih banyak cewek bondol,” ujarnya, mengundang tawa meriah.

Ia juga menyampaikan kegelisahannya tentang prediksi Jakarta yang akan tenggelam pada tahun 2050. Namun, menurutnya, berita ini kurang mendapatkan perhatian. “Padahal harusnya rame bang, apalagi buat orang yang enggak bisa berenang,” ujarnya dengan nada satir.

Dok. Kenduri Cinta

Dalam diskusinya, David menekankan bahwa budaya Betawi tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dijaga. Ia mencontohkan bagaimana kepercayaan leluhur digunakan sebagai cara untuk menjaga alam, agar masyarakat lebih menghargai lingkungan dan tidak sembarangan menggusur lahan hijau.

Menutup pembicaraannya, David berharap agar forum Kenduri Cinta tidak hanya menjadi ajang refleksi bagi para peserta, tetapi juga bisa menular kepada orang-orang terdekat. “Tidak harus diajak ke sini, tapi paling tidak apa yang kita dapat di sini kita ceritain di pos ronda,” pesannya. Ia pun menutup sesinya dengan salam, yang disambut tepuk tangan meriah dari seluruh Jamaah.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik