CakNun.com

Estafet Syukur: Merayakan Syukur dengan Kesungguhan dan Kasih Sayang

Kenduri Cinta edisi Februari 2025
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 15 menit

Dok. Kenduri Cinta

Syukur dalam Perspektif Budaya dan Ilmu

Pada awal forum, Karim bertanya kepada Jamaah, adakah forum lain seperti Kenduri Cinta yang secara konsisten menyelenggarakan pengajian dan pengkajian di tempat yang syarat dengan aktivitas kebudayaan seperti TIM? Siapakah yang lebih layak bersyukur: TIM atau Kenduri Cinta? Jawabannya, tentu saja, keduanya. Diterimanya Kenduri Cinta sebagai bagian dari elemen dan aktivitas kebudayaan adalah sesuatu yang patut disyukuri.

Syukur dalam kajian malam itu tidak hanya dipandang sebagai ungkapan verbal, tetapi juga sebagai tindakan nyata. Ada aktivitas yang hanya manusia lakukan tetapi Tuhan tidak, yakni memaknai. Manusia diberi tugas untuk memaknai, sementara Tuhan tidak memiliki sifat lupa seperti manusia. Dalam Al-Quran, syukur tidak disandingkan dengan sabar, melainkan dengan kufur. Syukur berarti membuka, sedangkan kufur berarti menutupi. Dalam dinamika kehidupan kolektif dan individu, apakah kita lebih layak untuk bersyukur atau bersabar? Pertanyaan ini menjadi renungan yang menggugah yang dilempar oleh Karim.

Moderator kemudian meminta Ansa, salah seorang penggiat Kenduri Cinta untuk menyampaikan pendapatnya. Ansa berbagi pengalaman pribadinya. Pertama kali mengenal Kenduri Cinta sepuluh tahun yang lalu, ia menemukan banyak wawasan baru yang tidak ia dapatkan di bangku kuliah. Di Forum Reboan, ia belajar bahwa memahami ilmu tidak hanya dari ontologi, epistemologi, aksiologi, sebagaimana pada filsafat ilmu, tetapi juga dengan pendekatan yang lebih luas. Pendidikan saat ini semakin mahal, namun Kenduri Cinta menyediakan ruang ilmu secara cuma-cuma, sebuah anugerah yang patut disyukuri.

Syukur juga dapat dipahami dalam ranah ilmiah. Berpikir ilmiah berarti berpikir secara rasional, empiris, dan logis. Namun, di Kenduri Cinta, pendekatan ilmu lebih luas dan tidak terbatas pada dimensi duniawi seperti universitas–yang harusnya bermuatan universal– tetapi juga multiversal. Di sini, kebenaran tidak diperdebatkan secara biner sebagai benar atau salah, tetapi lebih kepada baik dan buruk, dengan luaran, tujuan, dan niat yang baik. Ansa menyampaikan bahwa ada dua terminologi yang dapat digunakan agar lebih mudah memahami syukur, yakni syukur kultural dan syukur natural.

Dok. Kenduri Cinta

Ansa menambahkan, syukur kultural sangat bergantung pada dinamika dan dialektika kehidupan sehari-hari. Apa pun yang kita peroleh dalam hidup patut kita syukuri, meskipun tidak semuanya bisa kita pertahankan dalam jangka panjang. Selain itu, ada juga syukur natural—kesadaran bahwa kita dapat menanam, tetapi tidak bisa menumbuhkan. Dalam hakikatnya, manusia tidak bisa tidak bersyukur. Dalam perspektif biologis pun, syukur memiliki dasar. Ansa mencontohkan bahwa kita patut bersyukur karena alis kita berhenti tumbuh, sebuah mekanisme biologis yang Allah tetapkan untuk kemudahan manusia. Setiap nikmat yang kita peroleh adalah pemberian Allah yang cuma-cuma. Namun, apakah kita benar-benar menyadarinya? Bersyukur bukan sekadar menerima, tetapi juga mendayagunakan nikmat tersebut untuk kebaikan. Ansa pun menutup dan meminta kepada moderator untuk melanjutkan diskusi.

Karim melanjutkan bahwa syukur juga memiliki elemen khasanah leluhur, yakni sabar, menerima dan ngalah. Dalam ruang publik seperti Kenduri Cinta, berbagai jenis manusia dan gagasan bertemu, membentuk harmoni dalam keberagaman. Kenduri Cinta bahkan berkontribusi pada diversitas pengunjung Taman Ismail Marzuki (TIM). Di era modern ini, banyak podcast yang membahas peradaban lampau untuk mengambil nilai-nilai darinya. Namun, budaya yang diwariskan sejatinya adalah budaya berkumpul dan bertatap muka, yang menjadi ciri khas Kenduri Cinta.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik