CakNun.com

2024 yang Mendewasakan Kami di Kenduri Cinta

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 5 menit
Dok. Kenduri Cinta

2024, Alhamdulillah.

Benar. 2024 adalah tahun yang semakin mendewasakan kami, para penggiat di Kenduri Cinta. Tahun 2024 ini diawali dengan kebahagiaan kami karena akhirnya KC ngunduh mantu. Gandhie menikah! Sebuah peristiwa yang membahagiakan, melambungkan rasa optimis kami melewati tahun 2024. Gandhie adalah Nahkoda-nya KC, tentu kami merasa bahagia saat leader kami akhirnya melepas masa lajangnya di awal tahun 2024 ini. Tapi, kebahagiaan itu ternyata hanya bertahan sebentar. Di bulan Oktober lalu, tepatnya 14 Oktober 2024, Gandhie berpulang. Padahal, selama satu tahun terakhir, ada banyak ide dan gagasan yang kami rancang bersama.

Di tahun 2024 ini, kami kehilangan 2 penggiat. Sebelumnya, di pertengahan tahun, tepat menjelang Hari Raya Idul Adha, Riska Rosmala Sari, istri dari Yudi Handoko juga berpulang. Kami juga kehilangan salah satu narasumber kami; Bang Faisal Basri, pada tanggal 5 September 2024. Salah satu narasumber yang sudah direncanakan akan kami ajak kembali ke Kenduri Cinta. Terakhir, pasca KC Desember lalu, kami juga merasa kehilangan atas berpulangnya Cak Mif, sesepuh Padhangmbulan, Marja’ Maiyah yang mengasuh dan mengampu Padhangmbulan.

Bisa dikatakan, 2024 adalah tahun duka bagi kami di Kenduri Cinta. Tapi, tentu kami tidak ingin terjebak dalam suasana duka itu. Seperti pesan Cak Nun, hidup itu harus di-kreatifi. Begitu juga di Kenduri Cinta, dengan segala dinamika yang kami lewati tahun ini, kreatifitas tidak boleh mandek begitu saja. Sejak tahun lalu, ketika Cak Nun harus rehat dan menjalani recovery, kami di Kenduri Cinta pun bersegera untuk merapatkan barisan dan mencoba berbagai kemungkinan. KiaiKanjeng sempat kami hadirkan di Kenduri Cinta edisi Oktober 2023, begitu juga Letto hadir di Kenduri Cinta pada bulan Agustus 2023 dan April 2024. Pada Kenduri Cinta edisi November 2023 secara khusus Kenduri Cinta menghadirkan Sastra Emha bersama Pak Sutardji Calzoum Bachri, Marcella Zaliyanti, Pak Nevi Budianto dan Pak Joko Kamto.

Teman-teman di Reboan pun selalu berembug, pada setiap tema yang diangkat, mengusulkan untuk menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten dan sesuai dengan tema Kenduri Cinta. Maka, kita menyaksikan ada beragam narasumber yang hadir di Kenduri Cinta dalam satu tahun terakhir dari berbagai latas belakang. Ada dari akademisi, ada dari praktisi teknologi, ada pakar hukum tata negara, ada dari kalangan pendakwah, ada dari pengamat politik, hingga komika.

Tentu ada pro dan kontra yang mewarnai dinamika perjalanan Kenduri Cinta di tahun 2024 ini. Setidaknya yang bisa kita potret dari komentar-komentar di channel youtube baik di caknun.com maupun di Kenduri Cinta pada setiap video yang diunggah. Mereka yang pro mengatakan bahwa Kenduri Cinta semakin berwarna dengan kehadiran narasumber-narasumber tersebut. Sementara mereka yang kontra, menyampaikan keresahannya, kegelisahannya, bahkan ada yang mengatakan Kenduri Cinta sedang pansos saat menghadirkan narasumber-narasumber yang secara nasional sudah memiliki nama besar.

Tidak bisa dipungkiri memang, sosok Cak Nun menjadi magnet tersendiri bagi forum Maiyah termasuk Kenduri Cinta sendiri. Tentu kita semua sepakat bahwa tidak ada yang mampu menggantikan posisi Cak Nun sebagai sosok sentral di Maiyah. Kepiawaian beliau dalam meramu sebuah forum, memantik diskusi, menyampaikan gagasan-gagasan, serta memberi pencerahan atas berbagai persoalan yang muncul di sekitar kita, bahkan membongkar cara berfikir kita, adalah salah satu kelebihan Cak Nun yang tidak mudah untuk diduplikasi atau ditiru.

Namun demikian, atas kondisi yang sedang tidak memungkinkan Cak Nun untuk hadir di forum Maiyahan ini, lantas apakah kemudian kita harus berhenti untuk berkreasi? Tentu saja tidak. Dan saya sendiri pun meyakini justru Cak Nun ingin kita sebagai penggiat Maiyah untuk terus berkreasi di forum-forum kita sendiri.

Maiyahan sejak awal hadir sebagai forum terbuka bagi masyarakat. Itulah kenapa kita menyebut sebagai Forum Masyarakat Maiyah. Secara konsep tata letak panggung dan jamaah yang tidak berjauhan, dan juga tinggi panggung yang tidak terlalu tinggi, tidak pernah lebih dari 70 cm, karena panggung hanya sebagai tempat bagi narasumber agar jamaah yang di belakang dapat melihat. Dulu, jauh sebelum pandemi, panggung Kenduri Cinta hanya setinggi 20 cm, menggunakan level yang biasa kami pinjam dari pengelola Taman Ismail Marzuki. Atas saran dari Cak Zakki agar panggung ditinggikan sedikit, maka panggung kami tambah ketinggiannya, itu pun hanya sekitar 40 cm saja saat ini tingginya.

Dengan format panggung yang rendah, dan tidak berjarak dengan audien, menjadi ciri khas Maiyahan yang sampai hari ini kita pertahankan. Format konsep ruang yang sangat sederhana ini memungkinkan kita membangun atmosfer keakraban dan kegembiraan pada forum Maiyahan.

Pasca Pandemi Covid, cukup mempengaruhi kehadiran audiens di Maiyahan. Setidaknya ini yang kami potret di Kenduri Cinta. Sebelum pandemi, saat Kenduri Cinta masih digelar di halaman depan Taman Ismail Marzuki, massa yang hadir selalu membludak. Sering kita melihat jamaah yang menyimak Maiyahan di Kenduri Cinta dengan cara duduk di pagar TIM, atau di atas kios ATM dekat pintu gerbang TIM. Ada juga yang bahkan duduk di atas blambir,  truk Pemadam Kebakaran saat itu. Pandemi covid memang mengubah banyak hal, termasuk bagaimana orang mulai terbiasa menyimak Maiyahan melalui Youtube live streaming. 

Pasca pandemi pun, kehadiran jamaah di Kenduri Cinta memang tidak sebanyak sebelumnya. Namun ada view lain yang juga kami potret. Banyak jamaah yang baru mengenal Kenduri Cinta pasca Pandemi, bahkan mungkin banyak dari mereka yang datang secara langsung tanpa mengenal siapa Cak Nun. Mereka merasa ingin hadir di Kenduri Cinta karena melihat beberapa konten-konten di media sosial yang diproduksi oleh teman-teman penggiat Kenduri Cinta dan disebarluaskan. Jika dibandingkan dengan medio 2014-2016 misalnya, banyak dari jamaah yang hadir di Kenduri Cinta karena mengenal forum Maiyahan setelah membaca tulisan Cak Nun, menyaksikan video Maiyahan di tempat lain, atau ada yang awalnya hanya iseng, setelah pulang kerja, melihat orang berkerumun di halaman parkir Taman Ismail Marzuki, yang kemudian akhirnya merasa betah dan kerasan, lalu bulan depannya datang lagi.

Sementara, audien pasca pandemi adalah audien yang sebagian besar berbeda. Mungkin jamaah lama masih ada yang hadir, jika diprosentase masih ada sekitar 30-40 persen. Sisanya adalah jamaah baru, yang mungkin baru terpapar konten-konten di media sosial, sehingga mereka ingin hadir secara langsung di Kenduri Cinta. Tentu fenomena ini yang kemudian kami potret dan kami bahas di forum Reboan, sehingga dengan situasi dan kondisi yang ada, Kenduri Cinta terus kami coba untuk dikreatifi agar tetap menjadi sebuah forum diskusi yang tidak hanya menarik untuk dihadiri namun juga untuk tetap memberi manfaat kepada masyarakat luas.

Sejauh ini, dari setiap narasumber yang kami ajak untuk hadir di Kenduri Cinta merasa tersanjung dan terhormat. Secara brand, mereka menyadari bahwa nama Kenduri Cinta adalah nama yang legendaris di Jakarta. Tentu ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, namun kami pun sebagai penggiat menyadari bahwa pencapaian ini adalah hasil dari kerja keras bersama. Mereka yang dulu menginisiasi forum ini memiliki jasa yang juga tidak pernah kami lupakan, dan kami yang saat ini mendapat giliran untuk merawat keberlangsungan forum ini, juga memposisikan diri pada peran yang semestinya. Dan tentu saja, peran sentral Cak Nun di Kenduri Cinta yang memiliki pengaruh yang kuat yang pada akhirnya memiliki faktor yang utama mengapa Kenduri Cinta menjadi nama yang dikenal luas di Jakarta adalah satu hal yang tidak bisa dipungkiri.

Begitulah kami di Kenduri Cinta berproses. Modal utama penggiat di Kenduri Cinta adalah kesetiaan. Kesetiaan atas nilai-nilai yang dibawa oleh Cak Nun yang kemudian kami sepakati bersama bahwa nilai-nilai itu akan terus kami lanjutkan. Pada setiap kreatifitas yang dilahirkan, akan selalu muncul gesekan. Jangankan nyinyiran dan cibiran dari pihak luar, bahkan di forum Reboan pun kami sangat terbiasa untuk berdebat atas banyaknya ide dan gagasan yang muncul.

2024 menjadi tahun yang mendewasakan kami di Kenduri Cinta. Pasca berpulangnya Gandhie, kami harus kembali bangkit dan berdiri tegak kembali untuk melanjutkan langkah ke depan. Sedikit gontai di awal, namun kini kami sudah semakin bersiap untuk menyambut kejutan-kejutan yang akan hadir di tahun 2025.

Bismillah, 2025.

Lainnya

Exit mobile version