CakNun.com

Tombo Ati Menggema dari Desa Kajongan

Liputan Singkat Sinau Bareng Ngaji Tombo Ati Bersama KiaiKanjeng dan Sabrang MDP, Purbalingga, 30 Juni 2024
Agus Ginanjar
Waktu baca ± 5 menit
Foto: Adin (Dok. Progress)

Kalau suatu saat kita sakit hati maka kita harus mencari obatnya. Para Wali dahulu telah menyusun lima hal yang menjadi lima poin penting yang perlu diperhatikan dalam usaha nomboni ati.

SyiirTombo Ati ialah: 1) Moco Qur’an sak maknane, artinya adalah berkomunikasi dengan Tuhan, memahami firman atau kalimat apa yang disampaikan kepada kita sebagai manusia.

2) Sholat wengi lakonono, artinya berkomunikasi dengan Tuhan secara privat dan mendalam dimalam hari saat orang lain sedang tidur. 3) Wong kang sholeh kumpulono, artinya ngobrol/berkumpul dengan orang lain yang mendukung atau satu visi dengan kita.

4) Wetengiro ingkang luwih, artinya berpuasa atau perut yang lapar, karena perut yang lapar akan menciptakan hati yang sabar dan syukur. 5.) Dzikir wengi ingkang suwe, artinya mengelola dan mengendalikan otak/pikiran kita agar bisa tenang dengan cara mengingat dan mensyukuri hidup yg sedang dijalani saat ini.

Beranjak kemudian, lantunan syi’ir Tombo Ati dibawakan dengan apik dan syahdu. Lagu “Tombo Ati” dari album “Kado Muhammad” (1998) oleh KiaiKanjeng memiliki makna penting dalam musik keagamaan Indonesia. Lagu ini berhasil menyampaikan pesan spiritual, mempopulerkan musik keagamaan, mengangkat musik tradisional, dan menginspirasi pendengar lewat lirik yang bermakna dan perpaduan musik yang unik.

Turut membuat hangat suasana yakni persembahan lagu-lagu dari Pak Titut. Salah satu lagi hits yang dibawakan malam hari itu yakni, “Lele Dumbo Nyokot Tempe”. Di sini Pak Titut sangat bersemangat dan jamaah pun terlihat terhibur dengan tingkah lakunya yang cablaka atau ceplas-ceplos apa adanya tanpa basi basi.

Lagu tersebut terinspirasi dari sebuah kehidupan manusia yg tidak sedikit memiliki sifat serakah dan ingin menang sendiri yang digambarkan seperti Lele Dumbo. Pak Titut juga menyampaikan bahwa bahwa obat hati itu pasrah kepada Gusti Allah. Senada dengan itu, Mas Sabrang mengurai manfaat dari dzikir wengi ingkang suwe sebagai salah satu dari lima jenis tombo ati adalah agar hidup itu saat ini. Jangan terjebak pada pikiran masa lalu maupun masa depan sehingga kita bisa fokus untuk melakukan yang terbaik saat ini.

Mas Sabrang juga berbagi tips atau rumus untuk mengidentifikasi masalah yg dibagi menjadi 3 langkah pertanyaan. 1) Masalah itu bisa dipecahkan atau tidak? Kalau bisa, pecahkan. Kalau tidak, ikhlaskan. 2) Apakah kamu mau melakukan sesuatu untuk memecahkannya? Kalau mau pecahkan, Kalau tidak, ikhlaskan. 3) Apakah kamu mampu untuk memecahkannya? Kalau mampu pecahkan, kalau tidak, ikhlaskan.

Bisa, mau, dan mampu adalah ikhtiar ketika menghadapi masalah. Karena hendaknya masalah tidak boleh didiamkan begitu saja. Setelah mengetahui peta pertanyaan tersebut dan bisa menjawabnya maka lakukanlah sekarang dimulai dari niat dan tekad yang kuat.

Foto: Adin (Dok. Progress)

Acara terus berlanjut, sesi tanya jawab pun berlangsung dengan gayeng, jamaah warga desa Kajongan urun bertanya. Pertanyaan yang diajukan pun sangat berhubungan erat dengan kehidupan yang dialami sehari-hari oleh sebagian besar jamaah, seperti bagaimana cara menghadapi orang yang nyinyir ke diri kita, lalu kiat mengkurasi calon pasangan pria yang bertanggung jawab, dan sejumlah pertanyaan lainnya. Semuanya lalu direspons oleh Pak Titut dan Mas Sabrang.

Pemilihan tema Ngaji Tombo Ati dan pemilihan cara olah forum malam hari itu sangat tepat dan mengena bagi jamaah yang hadir. Antusiasme terlibat dalam forum lebih luas adalah pada para penyimak streaming yang bertahan lebih dari seribuan penyimak sepanjang lebih dari tiga jam acara berlangsung.

Selain Tombo Ati, dan rangkaian dzikir dan shalawat di awal, KiaiKanjeng juga mengajak jamaah melantunkan nomor Lir-Ilir serta nomor-nomor lain. Menjelang tengah malam, KiaiKanjeng mengajak semua jamaah berdiri dan bermunajat bersama. Sinau Bareng pun kemudian dipungkasi tepat menjelang pukul 00.00 WIB.

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta