Puasa Itu Untuk Allah
Kita disindir Mbah Nun kali ini. Tentang perilaku kita yang golek bathi, mencari keuntungan terus sepanjang waktu. Tidak hanya berdagang, berhubungan dengan Tuhan pun kita selalu modus dan mencari keuntungan.
Kita naik Haji, demi gengsi sosial dan dagangan laris. Kita Jumatan berangkat lebih awal demi mendapat pahala berbentuk kerbau. Kita tahajud setiap malam demi mendapat surga. Kita berbaik-baik sama si X supaya kelak suatu saat si X mau ngasih uang cash. Kita hormat dan menyanjung si Pejabat supaya anak kita bisa diangkat jadi pegawainya. Kita berbaik-baik sama tetangga yang kaya — demi bansos dadakan tiba. Mestinya Tuhan geleng-geleng kepala dengan perilaku modus modus kita ini. Hamba-Ku hanya mencari keuntungan dunia lalu berharap surga, mereka tidak mencari-Ku, batin Tuhan.
Ibadah Puasa berbeda, kata Mbah Nun. Puasa kita ini hanya untuk Allah. Hanya untuk Allah. Saya ulang lagi Hanya Untuk Allah. Kita tidak bisa bermodus-modus demi apa-apa lagi. Semua terserah Allah. Ini upaya nyata kita kepada Allah. Ketika engkau lapar di terik siang, lalu ada sekelebat manusia menghampirimu lalu berkata, “golek surga ya…” anggap itu adalah wali Allah yang sedang diturunkan Malaikat untuk khusus menggodamu. Kejar Wali itu. Cium tangannya dan kelak berkah akan menghampiri mu.
Selamat menyaksikan dan menikmati Tafsir Nadjibiyah 9 ini, Selasa, 2 April 2024 pukul 20.30 WIB.
Tafsir Nadjibiyah adalah penafsiran kita terhadap apa yang dikemukakan oleh Mbah Nun. Ini Tafsir sederhana, tidak full benar dan tepat. Kita harus terus obah untuk ngunyah ilmu-ilmu Mbah Nun. (ASM)