Para Pewaris
Perjalanan ini adalah tentang sebuah keyakinan akan nilai-nilai yang baik yang harus terus dilanjutkan. Nilai-nilai luhur yang sebenarnya sudah ada sejak dulu kala. Nilai-nilai kebaikan yang secara default ada dalam diri manusia. Yang manusia itu sendiri pada prosesnya melupakannya. Nilai-nilai yang perlu diaktivasi kembali. Dan Cak Nun melakukan aktivasi itu, salah satunya melalui Kenduri Cinta.
Sebenarnya, tidak ada yang baru dari apa yang diajarkan oleh Cak Nun kepada kita di komunitas Kenduri Cinta ini. Jika kita merujuk pada forum rutin bulanan satu kali dalam sebulan. Apa yang disampaikan oleh Cak Nun hanya aktivasi kembali terhadap sesuatu hal yang sudah ada dalam diri manusia. Dan ketika Cak Nun menyadarkan kita akan sebuah nilai itu, kita hanya bergumam, mengiyakan, mengamini, karena memang Cak Nun menyadarkan kita tentang itu. Suasana guyub dan gayeng dalam forum Kenduri Cinta ini misalnya. Itu bukan sesuatu hal yang baru. Karena fitrahnya manusia memang bersaudara, saling tersambung, saling bersilaturahmi, saling bertatap muka satu sama lain. Adanya forum Kenduri Cinta ini adalah dalam rangka untuk mempertahankan tradisi itu, bukan menciptakan sesuatu yang baru.
Begitu juga dengan tulisan-tulisan Cak Nun yang berserak pada puluhan buku, kliping surat kabar serta majalah. Jika kita telaah dengan seksama, itu semua adalah tentang bagaimana Cak Nun mengaktivasi nilai-nilai luhur manusia pada kesejatiannya. Cak Nun berupaya melalui tulisan-tulisan itu untuk menyadarkan kita kembali pada kesejatian diri kita sebagai manusia. Manusia yang sejati tidak membutuhkan undang-undang atau hukum untuk menghindarkan dirinya dari berbuat jahat. Dan sebaliknya, untuk berbuat baik, manusia tidak memerlukan ayat-ayat suci dari Tuhan. Karena secara default begitulah fitrahnya manusia sebagai khalifah. Melakukan kebaikan terhadap sesama makhluk.
Kita baru saja merayakan #71TahunCakNun. Kenduri Cinta sebagai salah satu laboratorium ilmu di Maiyah sudah menegaskan diri untuk terus melanjutkan apa yang sudah ditanam oleh Cak Nun. Kita tidak menemukan alasan untuk tidak melanjutkannya. Semua value yang baik, yang sudah diajarkan oleh Cak Nun adalah sebuah legacy yang baik, layak untuk dipertahankan dan juga diteruskan untuk disebarluaskan.
Bukan perjuangan yang mudah memang. Tantangan zaman semakin kompleks dan beragam. Kemajuan teknologi hari ini membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai bidang. Begitu pesat teknologi berkembang hari ini. Namun tentu saja, berkembangnya teknologi tidak hanya memudahkan, namun juga mengancam. Media sosial misalnya. Sebuah inovasi yang lahir atas kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain. Dan pada akhirnya pun kita mendapati hari ini bahwa media sosial diamanfaatkan oleh manusia bukan untuk bersosialisasi antara satu manusia dengan manusia lainnya. Kita lebih sering melihat pertikaian, perdebatan, hingga adu kesombongan satu sama lain. Dan pada akhirnya, kita menyadari bahwa media sosial yang sebenarnya adalah bertatap muka antara kita dengan kerabat kita secara langsung.
Sementara itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat terus menghadapi dinamika kehidupan sosial. Perubahan nilia-nilai, norma, serta meningkatnya kesenjangan sosial dan ekonomi sangat berdampak pada kehidupan mereka. Globalisasi, katanya. Sebuah tagline yang dikenalkan kepada masyarakat luas dalam kurun 3 dekade terakhir ini memang membuka peluang baru. Namun yang luput disadari, tantangan dalam melestarikan budaya lokal juga menghadapi problematikanya.
Isu lingkungan seperti perubahan iklim, polusi udara, kerusakan ekosistem keanekaragaman hayati, hingga krisis air bersih membutuhkan peran generasi muda hari ini. Bonus demografi di Indonesia akan berlangsung selama 15-20 tahun kedepan. Jumlah penduduk dengan usia produktif lebih banyak dari mereka yang tidak produktif. Peluang emas ini tidak boleh disia-siakan oleh Indonesia. Untuk menggalakkan potensi bonus demografi ini tidak hanya memerlukan peran dari para pejabat pemerintah yang memegang kendali kekuasaan dan kebijakan Negara saat ini. Mereka membutuhkan support system dari anak-anak muda yang begitu banyak jumlahnya saat ini di Indonesia.
Para orang tua dan leluhur kita adalah generasi yang menanamkan fondasi hari ini. Mereka adalah yang menanam benih di masa lalu, untuk keberlangsungan apa yang kita alami hari ini. Maka, salah satu perjuangan kita hari ini adalah melahirkan inovasi-inovasi yang baru, untuk keberlangsungan generasi di masa yang akan datang. Pada setiap sumber daya yang kita kelola hari ini, ada hak bagi mereka yang merupakan generasi di masa mendatang. Generasi hari ini adalah generasi yang berada diantara generasi pendobrak dan generasi penerus. Sebagian dari generasi hari ini memiliki karakter berani mengambil risiko, memiliki visi masa depan, dan memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Sementara sebagian yang lain mungkin sudah masuk dalam circle generasi penerus. Biasanya, generasi penerus memiliki karakter yang pragmatis, berfikir efisien dan berorientasi pada hasil.
Dan tantangan dari generasi hari ini adalah jangan sampai melahirkan generasi perusak di masa yang akan datang. Generasi hari ini sedang dinantikan gerakan dan gebrakannya. Anak-anak muda bonus demografi hari ini menghadapi tantangan zaman yang tidak mudah. Namun, masa depan Bangsa Indonesia ada di tangan anak-anak muda hari ini, yang dalam kurun waktu 15-20 tahun kedepan keputusannya akan sangat berpengaruh pada masa depan Indonesia. Kembali ke pesan awal, sesuatu yang baik harus diteruskan. Namun, tidak mustahil ada juga hal-hal yang harus didobrak. Silakan pilih: menjadi generasi pendobrak atau generasi penerus. Yang pasti, jangan sampai kita menjadi generasi perusak.
Ini bukan tentang siapa mewariskan apa. Tetapi justru lebih mendasar dari itu. Ini tentang apa yang diwariskan dan siapa yang akan melanjutkan, serta bagaimana untuk melanjutkannya. Sustainability itu bukan hanya tentang isu lingkungan saja. Tetapi memang sesuatu yang baik sangat layak untuk kita lanjutkan. Seperti halnya nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, hingga hari ini nilai-nilai itu tetap ada dan dilanjutkan oleh ummatnya. Lebih dari 14 Abad ajaran-ajaran itu diajarkan, dan sampai hari ini masih terjaga. Dan kembali lagi, itu tentang siapa yang melanjutkan, bukan tentang siapa yang mewariskan. Apalagi sesuatu yang diwariskan bukanlah berupa materi, melainkan sebuah value yang intangible.
24 tahun Kenduri Cinta berlangsung. Sebuah komunitas yang lahir atas kesepakatan terhadap kebaikan dari nilai yang dibawa oleh Cak Nun. Perjalanan ini akan terus dilanjutkan, karena memang kita meyakini bahwa ini bukan tentang siapa yang mewariskan, tetapi lebih dari itu, ini tentang apa yang diwariskan dan bagaimana melanjutkan warisan ini. Pun begitu juga, Para Pewaris juga bukan tentang siapa yang melanjutkan perjalanan ini, tetapi tentang apa yang disepakati dan diyakini bersama, bahwa melanjutkan perjuangan untuk menjaga nilai-nilai yang baik ini adalah sebuah keniscayaan yang memang seharusnya dilakukan oleh manusia secara hakikatnya.