CakNun.com

Nyanyian Gelandangan

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 4 menit

Sesekali lepaskan diri dari badan
Biar ngungun ia kita tinggalkan
Teronggok mampus di trotoar jalanan
Hmm! Alangkah gandem rasa hidup tatkala berada di luar

Rangka kehidupan ini sendiri
Melesat keluar dari gerbong-gerbong waktu
Meloncat keluar ruang
Menyusuri sela-sela rahasia
Yang merdeka dari ukuran
Sebab siapa bisa memandang cakrawala
Dari tengah kota?
Tetapi jiwa bening
Menjelajahinya dari bilik bening
Inti gelombangnya bergetar-getar
Menyelami api tanpa terbakar

Saudaraku bersediakah engkau
Memasuki dunia itu?
Dunia sukma para gelandangan
Warga dunia yang istimewa
Warga yang bukan warga
Sedikit saja kebagian kehidupan
Tapi bebas untuk nangkring dan tiduran
Tanpa menapaki jam demi jam
Lihat mereka yang berumah
Pada nutup jendela dan pintu-pintu
Bersembunyi dalam kerepotan yang dungu
Sedang jiwamu langsung dikeloni
Oleh semesta
Namamu duluan hinggap

Di kening para malaikat
Yang terbang mengendarai ruang hampa

Jadi di mana gerangan kita?
Di mana-mana dan tak di mana-mana
Jangan sebut dunia
Apalagi Indonesia
Biarkan mereka suntuk
Dengan dirinya
Tanpa kita usik atau kita goda.

Biarkan angin menderas
Biarkan kacau arahnya
Biarkan kafilah bingung
Gemerlap impian dibangun
Biarkan sukma nangis ngungun
Biarkan!
Mereka masih tetap punya cinta
Meskipun tak ada matahari yang lain.
Hmm! Sesekali ingin menukik ke bawah?
Melayang di atas sawah-sawah?
Segala yang mereka tunggu
Tak kunjung bangkit
Dan kota itu, lihat, yang makin kesepian
Dalam hiruk-pikuk kebisingan
Bertanya dalam hati: “Masihkah aku wingit?”

Lihat di sana Bung!
Tulisan Di atas kain yang berpendar-pendar:
“MTQ antarmahasiswa” — haha!

Dan itu di sebelahnya:
“Lomba disco! Lomba disco!
Bergaya model John Tralala!”

Yak! Kita saksikan

Pinggul-pinggul bergoyang
Lampu redup, buah-buah quldi
Dihentak-hentakkan
Saksikan nafsu dan semangat nafsu berkibar-kibar
Saksikan peradaban terbakar:
“I feel so good, Money!
Come on! Come on! Get drunk and happy!
Move! Move! Forget everything! Come on my love!
Come on my la-ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah
Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiem….”

Sayup-sayup amat jauh
Dengar juga gema suara Tuhan
Orang-orang tua kebingungan
Riuh beradu pikiran

Usaplah firman Tuhan
Usaplah pinggul bergoyang
Coba, apa salahnya kitab suci dilombakan
Bahwa ia memang sekadar untuk dilombakan

Dan apa salahnya pinggul susu digoyang
Kalau memang untuk jiwa mereka
Yang menggelegak bagai lautan
Tak ada model lain
Yang mampu memberi tawaran?
Dengar Si Pintar berkata:
Sejarah begini gamblang
Gerak kita mandeg
Gerak yang tak bergerak
Perubahan kita tak berkesinambungan
Kesinambungan kita tak berperubahan!

Dengar yang lain memekik:

Wahai bintang gemintang
Kami telah ditipu oleh arah arah arah
Utara dan selatan hanyalah arah
Yang pada lingkaran bumi
Mereka menyatu dalam satu pelukan
Wahai sampai di manakah jejak kami
Kaki kanan melangkah ke depan
Kaki kiri ke belakang
Perjalanan kami tak berketentuan
Keinginan luar dan keinginan dalam kami
Saling berbenturan!
Dan lihat! Beribu-ribu anak muda bergolak
Ayo! Ayo! Ini cahaya Tuhan
Ini pinggul yang bergoyang-goyang!
Beribu-ribu anak muda bergerak
Menjadi samudera
Berderak-derak
Bergelombang-gelombang
Menaklukkan zaman.

Jangan ganggu!

Loncat kita ke seberang

Hinggap di atas rumah itu
Seorang Ibu tangisnya mengerang: “Pakne! Pakne! Anak kita Petty kok belum juga datang tho Pakne?”
“Apa?”
“Petty, Petty!”
“Petty siapa – Fatimah!”
“Baiklah Fatimah. Tapi kenapa selarut malam begini kok belum datang juga”
“O, tentu belum. Dia kan jadi panitia MTQ
Tapi katanya seusai MTQ
Ia akan terus ke Colombo Disco”
“Jabang bayi jantan betina Pakne, ini bagaimana!”

“Fatimah itu bukan bayi, Bune
Ia sudah ganti pacar enam kali”
“Ini zaman edan!”
“Tidak. Tidak edan. Cuma luwes
Bisa pakai rok bisa pakai celana
Bisa hotpant bisa kebaya
Sore pakai kerudung
Malam tanpa BH
Kita kan juga punya tetangga pelacur
Yang sekaligus mahasiswa
Itu namanya jabatan paripurna
Bersusila sekaligus tuna susila”
“Jangan nglindur Pakne
Anak kita itu bukan tuna susila!”

“Memang bukan, tapi kalau kau tak waspada
Bisa mengarah ke sana
Sebab pelacur itu banyak macamnya
Banyak tingkat dan istilahnya
Dan dengan ukuran itu sebenarnya Laki-laki tuna susila
Tak kalah jumlahnya.
Pelacur itu bukan hanya
Orang yang menjual barangnya
Sebab sesungguhnya barang itu tak bisa
Dijual, dicopot, atau disewa
Yang dijual itu rasanya
Nilainya
Maknanya
Kodratnya
Jadi: Inti batinnya.

Zaman sekarang ini, Bune
Menyediakan sejuta peluang
Buat sejuta macam pelacuran
Pelacuran pikiran
Pelacuran ilmu

Pelacuran sikap
Pelacuran keyakinan
Pelacuran prinsip
Pelacuran hak dan wewenang
Dan lagi pembayaran atas pelacuran
Tak mesti dengan uang
Tapi bisa dengan beragam pemberian
Keistimewaan
Janji impian-impian
Iming-iming masa depan
Jaminan dan harapan.
Nama pelacur
Berlaku bagi setiap penyelewengan.
Begitulah, Bune
Tak usah gelisahkan anak kita
Ia sudah besar dibanding kita
Ia lebih pintar
Makanannya sekolah
Minumannya cairan kimia
Mainannya komputer dan teori
Dari luar negeri
Biarlah kita percaya kepadanya
Membaurkan pikiran
Bagaimana ia angon dirinya
Di tengah pergulatan zaman ini
Di tengah tampuknya nilai-nilai
Yang menyerap tenaga
Dan mendorong putus asa
Di tengah putaran engsel roda modern
Di tengah pentas barong yang langgeng
Biarlah dia berlatih merasakan
Bagaimana membeku dalam himpitan
Lingkaran-lingkaran setan
Sebab ia telah dengan dada tengadah
Menyatakan sanggup
Menjawab segala masalah

Berdoa saja semoga ada yang bernama
Lingkaran malaikat atau lingkaran para dewa
Relakan mereka berjalan sendiri dengan kakinya
Biarlah dia memilih jalan
Di tengah simpang siur lalu lintas jalanan
Di tengah mesjid dan kuil
Di tengah Diamond Nite Club
Dan penari-penari bugil
Di tengah peradaban tinggi
Di tengah korupsi sistematik
Di tengah kultur ultramodern
Semoga ia tidak berkembang
Menjadi seonggok daging
Yang dengan 3000 perak
Bisa dipesan!”

Hmm! Dari wilayah hampa
Kita semua tertawa
Karena itu semua memang enak
Untuk dikunyah-kunyah dalam tawa
Sambil pikiran meloncat-loncat
majinasi mengembara
Tanpa susunan dan skema
Ingin dolan ke sana?
Bertengger di planet
Yang penuh api cahaya?
Nonton makhluk-makhluk lucu
Tak paham arti bahasa mereka
Tapi kita tahu apa pembicaraan mereka
Dengarlah: nation & character & body building
Begitu samar beda antara waras dan sinting
Maka diselenggarakan penataran ini itu
Seminar tentang nasi timlo
Training keberanian patriotik
Statistik hangat-hangat tahi kerbau
Manusia planet yang seutuhnya

Binatang kontemporer yang sekompletnya
Ironi kenyataan yang paripurna
Ketergantungan segala bidang
Yang makin dipompa dan diciptakan

Hei, Bung apa di surga ada Indonesia
Negeri gemah ripah loh jinawi
Adil makmur aman subur
Tata tentrem kerta raharja?

Lainnya

Sajak Luka Menganga

Sajak Luka Menganga

Katakan lewat kesunyian mulutmu bahwa kebisuan
adalah ucapan yang paling nyata, bahwa
diam kata-kata yang tertinggi

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Ibunda

Ibunda

Topik