Nikmatnya Kelaparan
Bulan Ramadhan datang dengan disambut hangat secara budaya oleh kaum muslimin. Bisa dilihat misalnya, suasana takjilan di mushalla atau masjid-masjid cukup meriah. Anak-anak bersuka cita. Bermacam kegiatan keagamaan digelar. Buka bersama, kajian-kajian, pesantren Ramadhan, kelotekan membangunkan orang untuk sahur, dan di sore hari pemandangan orang-orang berjualan minuman dan jajanan untuk persiapan berbuka terjumpai di pinggir-pinggir jalan. Masih bisa kita deret lebih banyak lagi, termasuk acara-acara di televisi.
Menurut Mbah Nun, semua aktivitas di atas adalah dimensi ekstrinsik dari puasa Ramadhan. Lebih jauh kata Mbah Nun, berbagai munculan-munculan ekstrinsik yang menyertai puasa Ramadhan di kalangan kaum muslimin baik adanya sepanjang diletakkan dalam proporsi nilai yang pas dan tepat.
Tetapi menariknya, Mbah Nun memiliki pandangan, boleh jadi aktivitas-aktivitas budaya di bulan Ramadhan itu dapat dipandang sebagai cara orang berpuasa untuk menikmati ”kelaparan” yang mereka rasakan saat berpuasa.
Bahkan bercanda semisal di sore hari puasa kita bilang ke teman “ayo rek ngopi-ngopi sik rek sambil menunggu waktu berbuka tiba” — yang pasti tidak akan dilakukan ngopi-ngopinya itu — menurut Mbah Nun adalah contoh paling mewakili dari cara kita menikmati dan mentertawakan “kelaparan” kita saat berpuasa.
Besok malam, Jumat 29 Maret 2024, pukul 20.30 Live Streaming Tafsir Nadjibiyah akan meneruskan mencari ilmu tentang puasa Ramadhan dan kali ini dari sisi ekstrinsik. Jangan lupa ceritakan pula cara kalian menikmati “kelaparan” kalian saat berpuasa.