CakNun.com
Tafsir Nadjibiyah #18

Mencari Jiwa Demokrasi

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Besok malam (Sabtu, 13 Juli 2024) pukul 20.00 Partai X kembali hadir mempersembahkan acara Live Streaming Tafsir Nadjibiyah edisi ke-18. Judul yang diangkat adalah Titik Nadir Demokrasi. Ini adalah salah satu judul tulisan Mbah Nun pada 1995 yang disiapkan sebagai Naskah Pidato Kebudayaan pada sebuah acara di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada 21 April 1995 dengan judul lengkap: Titik Nadir Demokrasi: Kesunyian Manusia Dalam Negara.

Dengan maksud sinau bareng kepada pemikiran-pemikiran Mbah Nun, Partai X mengajak kita untuk membaca lagi Titik Nadir Demokrasi. Kita rasakan dan kita pahami tulisan tersebut, lalu kita-kita angen-angen untuk mendapatkan butiran pemahaman. Pemahaman itu bisa soal sejarah atau keadaan Indonesia kala tulisan itu dibuat, atau tentang aspek-aspek demokrasi yang mungkin belum diperhatikan sebagai suatu konsep politik ketika diterapkan dalam tataran riil (struktur) politik di Indonesia.

Kalau kita bolak-balik literatur dan wacana demokrasi, kita tahu bahwa demokrasi sebagai gagasan politik yang hendak menata kepolitikan suatu bangsa dengan menempatkan rakyat pada posisi sentral, ternyata ia adalah konsep dengan cakupan sisi yang luas dan beragam. Belum lagi jika demokrasi dihadapkan pada budaya suatu masyarakat, sejarah masa lalu, filsafat politik yang telah ada atau dikembangkan di sebuah bangsa itu sendiri, dan luasnya wilayah—maka akan merupakan hal yang kompleks. Ini menyebabkan tidak mudah kita mengambil satu kesimpulan general tentang demokrasi.

Mbah Nun sendiri seperti bisa kita baca pada Titik Nadir Demokrasi, mengingatkan tentang pentingnya jiwa atau mental manusia itu sendiri berkenaan dengan demokrasi. Apakah jiwanya siap berdemokrasi? Ataukah sebaliknya jiwanya mengajaknya memanipulasi demokrasi? Siapkah berbeda pendapat dan mengelola perbedaan itu dalam suatu kebijaksanaan? Siapkah mendengarkan suara dan perspektif yang berbeda? Dan seterusnya.

Dari situ banyak pertanyaan bisa dimunculkan. Misal, seperti apakah edukasi politik untuk memupuk mental demokrasi telah dilakukan di negeri ini? Siapa melakukannya? Besok sambil teman-teman nyruput kopi di kamar masing-masing dan ngadep di channel YouTube caknun.com kita menyimak obrolan santai Pakde-Pakde KiaiKanjeng tentang Titik Nadir Demokrasi. Okay?

Yogyakarta, 12 Juli 2024

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik