CakNun.com

Mas Gandhie Itu Volunteer Berkelas

Rizky D. Rahmawan
Waktu baca ± 3 menit

Sejak dulu, kepada teman-teman saya sering sampaikan bahwa Mas Gandhie itu mentor saya. Yakni mentor dalam hal produktivitas individu dan kecakapan dalam kegiatan kolektif. Mas Gandhie sering bilang, bahwa meskipun kita sedang melakukan pekerjaan sosial atau aksi volunterisme, tetapi service dari pekerjaan kita harusnya tetap profesional.

Ini benar, saya sepakat, sebab justru di kegiatan-kegiatan probono, kualitas dan kapabilitas seseorang terlihat aslinya. Sebab kelas seseorang diukur dari kadar dedikasinya terhadap apa yang menjadi nilai yang merupakan pegangan dan prioritas dalam hidupnya.

Berikut ini rangkuman pelajaran dari keteladanan Mas Gandhie, bagaimana hingga husnul hayatnya, ia menjadi volunteer yang amat profesional di dalam bagian menjadi masyarakat Maiyah.

  1. Berpikir seratus kali dulu sebelum membuat excuse atau alasan
    “Ijin sepertinya tidak bisa hadir, Mas Gan, di sini hujan deras”, chat seorang penggiat di sebuah grup whatsapp koordinasi. “Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah, ya gimana caranya mengkhalifahi hujan, ada teknologi bernama jas hujan”.
  2. Dalam menulis dan mengelola data, memaksimalkan keterbacaan dan teliti
    Aktivitas yang padat dan banyak bisa hanya menjadi bahan omong-omong saja di warung kopi kalau tidak kita kuantifikasi. Mas Gandhie bagian penting dalam pendataan simpul dan lingkar Maiyah se-Indonesia dan luar negeri. Bukan hanya membawa paradigma pendataan, tetapi ia getol memandu tim koordinator untuk memaksimalkan ketelitian penginputan, penyajian dan juga bagaimana semudah mungkin dibaca dan dipahami baik kalangan internal maupun eksternal.
  3. Memuliakan appointment dan berakhlak luhur terhadap deadline
    Note dan kalender di gadgetnya mungkin penuh oleh janji dan komitmen orang-orang yang sudah menyatakan menyanggupi sesuatu. Tepat tanggal, jam dan menitnya siap-siaplah ditagih. Pastikan lebih well prepared ketika komitmen menyanggupi mengerjakan sesuatu. Bagi orang yang lebih well prepared deadline itu bukan ujung dari tepi jurang yang mengerikan, tetapi adalah sinar mentari apresiasi.
  4. Peka, senang dan selalu tak pernah repot meng-capture momen langka meski sederhana
    Mainstream hari ini, orang upgrade gadget untuk dapat spek kamera terbaik. Tetapi Mas Gandhie adalah sedikit orang yang meng-upgrade sensitivitasnya atas setiap momen. Galery-nya mungkin berlimpah foto-foto teman-temannya, acara-acara yang ia ikuti pada timing dan ekspresi emosional yang langka dan mungkin tidak terulang. Kemudian ia share sebagai sebuah hadiah surprise yang menggembirakan hati.
  5. Mementingkan sekali ngramut team, agar jangan sampai ada yang merasa terabaikan atau merasa tidak penting
    Setiap orang di sekeliling kita, sesederhana apapun skillset dasarnya, ia punya potensi untuk berperan. Mas Gandhie adalah orkestrator yang baik dalam hal itu, sehingga ia dikenal piawai di dalam mendinamisasi kegiatan.
  6. Bersama dengan tim tak hanya berhenti pada relasi job desk & report, tetapi one on one silaturahmi
    Tim yang bekerja di bawah Mas Gandhie tidak diperlakukan seperti obeng dan kunci inggris. Tetapi ia amat sungguh-sungguh dalam memuliakan teman-temannya, terhadap kondisi emosi yang sedang dialami, ia adalah teman curhat yang setia. Terhadap peristiwa kelahiran, dukacita ia selalu hadir dengan empatik yang tinggi dalam mengapresiasi dan memberikan dukungan.
  7. Berpikir meluas, mendeteksi yang tercecer dan mengerjakan pemetaan
    Mas Gandhie adalah pemberi ide sekaligus memfasilitasi rembug toolkit pemetaan simpul-simpul Maiyah Nusantara. Dari pemetaan dan juga pendataan, skripsi, tesis dan disertasi tentang Maiyah dari lintas disiplin ilmu menjadi lebih produktif lahir.
  8. Berpikir jauh ke depan, mengerjakan kerja-kerja pengarsipan
    Seribu langkah pencapaian selalu diawali dari langkah pertama. Mulai dari edaran Maiyah, surat-menyurat, pointer pesan-pesan Mbah Nun yang berhubungan dengan panduan berkomunitas, semaksimalnya disimpan dan dikategorisasi. Berasal dari kesadaran ini pula, forum nyangkruk informal penggiat sekalipun hendaknya dicatat, disimpan.
  9. Berpikir sustainibility, setiap satu kegiatan harus punya outcome untuk mendukung langkah berikutnya
    Harus ada konsistensi atas apa yang kita putuskan, apa yang kita agendakan untuk mengimplementasikan keputusan itu dan outcome apa saja yang harus dicapai. Framework Keputusan (Decission) > Tindakan (Agenda) > Hasil (Outcome) akan membantu kita mengukur apakah effort yang kita keluarkan make sense dengan outcome yang mungkin dicapai. Serta apakah outcome yang sedang kita kejar, akan menjadi pijakan yang merupakan kontinuasi dari langkah ke depan berikutnya.
  10. Luasnya wawasan adalah resep ketangkasan dalam beradaptasi
    Kegiatan yang dinamis selain lahir dari pengenalan yang baik atas komposisi sumber daya manusia yang ada di dalamnya juga sepaket dengan keberanian mendombrak dan membuat inovasi serta improvisasi. Darimana datangnya ilham inovasi kalau bukan dari keluasan wawasan dan sensitivitas yang tajam terhadap kebutuhan untuk senantiasa terus beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi.

Lainnya