Maiyahan sebagai Ikhtiar Untuk Mengharukan Allah
Kenduri Cinta adalah Legend!
”Terima kasih, saya sangat senang sekali diundang ke forum ini, Mbak Via makasih atas kesempatannya, kawan-kawan semuanya. Kenapa saya seneng, karena ini (Kenduri Cinta) memang legend. Jadi, walaupun saya baru pertama kali datang, tapi yang menulis soal (Kenduri Cinta) ini sudah banyak, yang bercerita soal ini sudah banyak, dan saya belum tau persis kapan lahirnya ternyata sudah 24 tahun, jadi hebat banget temen-temen, saya kagum,” Mbak Bivitri menyapa jamaah Kenduri Cinta malam itu.
Bagi Mbak Bibip, seperti halnya ”Dirty Vote” yang dibuat dalam waktu yang singkat, kemudian karena membawa isu yang sensitif lalu dituduh produksi film tersebut dibiayai oleh pihak-pihak tertentu. Bagi Mbak Bibip, memang sebuah perjuangan yang tidak menggunakan rasio materi orang modern, tidak akan bisa diterima dengan mudah, akan selalu dituduh ada kepentingan dibelakangnya. Diceritakan oleh Mbak Bibip, produksi ”Dirty Vote” itu benar-benar swadaya, tidak ada yang dibayar, bahkan kru yang terlibat pun tidak dibayar. Bahkan diakui oleh Mbak Bibip, masih nombok untuk biaya sewa layar LED.
Proses swadaya itu yang kemudian mengundang pihak lain untuk turut membantu. Ada yang membuat close captioning untuk teman-teman difabilitas, kemudian ada yang menyumbang translasi bahasa inggris. Bahkan di channel Dirty Vote sendiri tidak di-monetize dengan Adsense. Begitu juga pada tujuan elektoral, film ini diakui oleh Mbak Bibip dibuat tanpa tujuan elektoral. “Kami membuat film itu dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa kekuasaan bisa disalahgunakan,” lanjut Mbak Bibip.
Mbak Bibip menceritakan kenapa mengiyakan undangan dari Kenduri Cinta karena niatnya ingin menghadirkan narasumber perempuan. “Itu saya langsung kontan, oke!” ungkap Mbak Bibip. “Karena kita harus mendorong untuk lebih banyak ruang-ruang publik yang diisi oleh perempuan,” lanjutnya.
Mbak Bibip mengakui, bahwa dunia politik di Indonesia saat ini lebih cenderung menjadi Boys Club. Sebuah ruang yang sangat dikuasai oleh Laki-laki. Padahal, setiap kebijakan politik yang akan diputuskan sudah semestinya mengkomodir semua kalangan. Hukum sudah sepantasnya menghadirkan kesetaraan.
“Makanya saya bahagia sekali bisa hadir disini. Ini serius bahagianya. Karena saya menyaksikan sendiri semua berkumpul, tanpa ada pemisahan, sopan-sopan, tidak ada yang melecehkan satu sama lain, dan sebenarnya ini adalah dunia yang kita impikan. Temen-temen, ini sebenarnya adalah komunitas yang kita impikan dan kita bisa wujudkan itu,” lanjut Mbak Bibip.
”Kemarin melihat hasil 14 Februari saya pesimis, tapi malam ini saya bertemu temen-temen disini saya jadi optimis lagi. Karena saya jadi punya harapan bahwa ada kok orang-orang yang kompas moralnya masih bagus kayak temen-temen. Ada kok orang-orang yang akal sehatnya masih luar biasa kayak temen-temen untuk ngobrol dan berdiskusi malam-malam disini, itu menumbuhkan harapan dalam diri saya, walupun kemarin sempat kecewa. Dan kecewa itu wajar, karena yang kita kecewakan bukan karena kalah dan menang, tetapi memikirkan masa depan demokrasi di Indonesia,” lanjut Mbak Bibip.
Pengalaman Mbak Bibip setelah Dirty Vote dirilis, ia diserang oleh buzzer di media sosial. Baginya, serangan di media sosial itu tidak perlu dihiraukan. Karena semakin kita takut, maka semakin membuat mereka berani. Kita yang berada di pihak yang benar jika kemudian merasa takut menyampaikan kebenaran, maka akan semakin membuat mereka yang berada di pihak yang salah justru semakin berani untuk menekan kita. Mbak Bibip menegaskan bahwa jangan sampai kita hidup dalam dunia yang terbalik, bahwa jangan sampai mereka yang salah justru semakin berani untuk menyerang pihak yang benar. ”Mari kita berani karena benar, jangan sampai kita benar tapi merasa takut,” ungkapnya.