CakNun.com

Litaskunu Fii Maiyah, Menemukan Ketentraman di Maiyah

Kenduri Cinta edisi Mei 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 12 menit

Dok. Kenduri Cinta

Salah satu hal yang ditekankan oleh Sabrang adalah bahwa pendidikan kita tidak pernah melatih anak-anak untuk terbiasa dengan kegagalan. Padahal, it’s ok jika kita mengalami kegagalan. Karena tidak ada seorangpun di dunia menjadi ahli tanpa bersedia untuk menjadi bodoh. Tidak ada seorang pun di dunia yang berhasil tanpa mengalami kegagalan. Gagal selalu dilihat sebagai end point, tidak pernah dilihat sebagai jembatan menuju keberhasilan. Karena untuk sampai pada keberhasilan, anda harus melewati kegagalan-kegagalan. Seorang master samurai lebih banyak gagalnya daripada seorang pemula samurai pernah mencoba.

Artinya, kalau kita gagalnya masih sedikit, jangan berhenti. Karena hidup itu lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Maka kita harus terlatih untuk gagal, terlatih untuk menghadapi kegagalan, sehingga fokus pada proses menjadi hal yang penting, bukan kita tidak ingin sampai pada keberhasilan dari sebuah usaha, tetapi dengan kita waspada pada sebuah proses mendekatkan kita satu langkah pada tujuan akhir yaitu keberhasilan.

Dalam sains tidak ada yang namanya eksperimen gagal. Yang ada adalah eksperimen yang tidak sesuai tujuan adalah keberhasilan untuk mengetahui sesuatu hal yang gagal. Eksperimen yang tidak sesuai pada satu tujuannya itu mengajari kita sukses menemukan sebuah kegagalan yang tidak bisa digunakan. Artinya setiap proses kehidupan itu tidak ada yang gagal, asalkan kita bisa mengambil hikmah dan ilmunya.

Sabrang kembali mentadabburi konsep emmergence pada semut. Kesadaran setiap individu semut muncul karena sebuah sistem emergence yang baik. Secara individu kecerdasan semut itu bukalah individu yang cerdas, tetapi sebagai sebuah koloni semut memiliki ekosistem yang cerdas. Maka setiap semut bertemu semut lainnya ia akan mengenali bahwa semut yang ia temui apakah semut pekerja, semut prajurit, semut pencari makanan, dan seterusnya. Ketika salah satu semut menemukan kesadaran bahwa ada posisi yang kosong, secara otomatis ia akan menjadi posisi tersebut.

Sabrang menjelaskan bahwa kesadaran untuk berani menjadi itu bisa muncul dalam sebuah koloni yang menjalankan ekosistem akhlak dengan baik. Maka, semua Nabi dan Rasul titik berat ajarannya saat berdakwah adalah mengenai perbaikan akhlak ummat manusia. Karena ketika manusia akhlaknya sudah bener semua, akan muncul sebuah sistem yang baik tanpa disadari.

Mbah Nun Yang Berani Mengkritik Penguasa

Dr. Hendri Satrio, malam itu juga hadir. Sudah datang untuk ketiga kalinya ke Kenduri Cinta, dan sepertinya memang sudah merasakan atmosfera yang selalu dikangeni, sehingga ingin datang lagi. Malam itu, ia mengungkapkan bahwa rindu dengan Mbah Nun, dan kemudian menyampaikan bahwa jangan-jangan para penguasa saat ini berani berlaku serampangan karena mereka tahu Mbah Nun sedang istirahat di rumah. Tidak ada sosok yang berani melontarkan kritik tajam ke penguasa.

Bagi Dr. Hendri Satrio, Cak Nun sejak dulu selalu berada di koridor yang mengingatkan penguasa. Selalu mengingatkan negeri dan bangsa ini agar tetap berada di jalur yang seharusnya. Ketidakhadiran Mbah Nun belakangan ini menurut Dr. Hendri Satrio membuat kekosongan kritik yang tajam dan berwibawa kepada pemerintah.

Merefleksikan tema “LITASKUNU FII MAIYAH”, Dr. Hendri Satrio menyampaikan bahwa Kenduri Cinta ini mengajak kita untuk merefleksikan agar kita mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Fungsi kepengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh Mbah Nun sebagai salah satu tokoh bangsa, saat ini diakui oleh Dr. Hendri Satrio sedang tidak ada yang melakukannya. Padahal, fungsi kepengawasan terhadap penguasa dan pemerintah itu penting. Karena berangkat dari LITASKUNU FII MAIYAH, semoga kita akan sampai pada LITSAKUNU FII INDONESIA.

Dok. Kenduri Cinta

Dan di Maiyah ini, menurut Dr. Hendri Satrio, kita dapat melatih diri kita untuk terus berfikir jernih. Sehingga, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita dapat turut andil dalam melakukan perubahan. Setidaknya, dari Maiyah kita dapat memberikan dampak positif melalui nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh guru-guru kita di Maiyah, dan dapat kita tularkan ke orang-orang di sekitar kita.

Habib Já’far pun mengamini apa yang disampaikan oleh Dr. Hendri Satrio. Bahwa Mbah Nun dengan Maiyahan ini melakukan peran kepengawasan itu, untuk menyadarkan kita bahkan, bukan hanya penguasa. Mbah Nun dengan telaten menemani kita melalui Maiyahan.

Kata “Litaskunu”, dijelaskan kembali oleh Habib Ja’far merupakan akar kata yang salah satu ujungnya adalah sakinah. Maka, seperti yang sudah pernah disampaikan oleh Mbah Nun bahwa untuk menuju sakinah kita memiliki bekal mawaddah wa rohmah. Di Maiyah kita sudah mempelajari bahwa doa untuk orang yang menikah bukan: Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah. Tetapi doa yang dipanjatkan adalah: Semoga dengan bekal mawaddah wa rohmah, menjadi keluarga yang sakinah. Karena sakinah adalah sebuah laku yang terus diperjuangkan secara berkelanjutan, bukan hanya sementara. Seperti yang dibahas oleh Ian L. Betts di awal, bahwa salah satu fondasi Maiyah adalah keluarga. Dan keluarga yang baik adalah keluarga yang sakinah.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik