Litaskunu Fii Maiyah, Menemukan Ketentraman di Maiyah
Kenduri Cinta edisi Mei 2024 mengangkat tema “LITASKUNU FII MAIYAH”, tujuannya bukan sekadar mempertanyakan kenapa kita selalu kangen dengan Maiyahan. Bagi sebagian orang, Kenduri Cinta dianggap sebagai Oase. Menjalani kehidupan yang penuh persaingan di Jakarta, Kenduri Cinta menjadi tempat singgah sejenak untuk melupakan kepenatan rutinitas sehari-hari, termasuk melupakan sejenak utang, mungkin. Tapi bagi para pelaku Maiyah, apakah Maiyah termasuk juga didalamnya Kenduri Cinta itu adalah Oase? Pada titik ini seharusnya kita sebagai Jamaah Maiyah semakin menyadari bahwa Maiyah bukan sekadar Oase. Kita sudah rutin mendatangi forum Maiyahan sebulan sekali, mengikuti perkembangannya, bahkan pada fundamentalnya sendiri, kita meyakini bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh Mbah Nun di Maiyah, juga oleh marja’ Maiyah lainnya adalah sebuah nilai yang memang layak untuk kita jadikan pedoman hidup.
Mungkin impact dari Maiyahan, entah di Kenduri Cinta atau di simpul Maiyah yang lain belum terlihat dalam skala makro. Tapi dalam skala individu tiap Jamaah Maiyah itu sendiri sudah muncul cukup banyak. Meskipun lagi-lagi, sebagai sebuah nilai, Maiyah tetap juga akan bergantung pada manusianya itu sendiri. Tidak semua yang datang ke Maiyah membawa niat baik juga. Ada juga yang datang ke Maiyah awalnya ingin mencari kebaikan, namun di tengah jalan tersesat dari jalur yang seharusnya. Dan tentu saja lebih banyak lagi Jamaah Maiyah yang benar-benar setia dengan nilai-nilai Maiyah yang ia pegang teguh, sehingga mereka juga menjalani kehidupan yang lebih tenang, lebih tentram, lebih bahagia.
Ian L. Betts sendiri mengambil satu value dalam Maiyah adalah bagaimana kita menjaga keluarga. Ini bukan saja tentang keluarga dalam sebuah pernikahan, tetapi di Maiyah kita menemukan bahwa semua Jamaah Maiyah terjalin silaturahminya dalam suasana kekeluargaan. Ian L. Betts menegaskan bahwa Padhangmbulan sendiri sejak awal diniatkan untuk pengajian keluarga. Dengan landasan itu maka nilai-nilai kekeluargaan terus dibawa. Tidak mengherankan jika kita saat ini mengalami bagaimana Maiyahan, termasuk Kenduri Cinta ini kita merasakan nuansa keluarga. Ada banyak anak kecil yang diajak serta oleh Bapak dan Ibunya untuk Maiyahan. Dan pemandangan ini juga kita jumpai pada Maiyahan di tempat lain.
Loyalitas. Nilai kedua yang dicatat oleh Ian L. Betts di Maiyah. Loyalitas bukan hanya sekadar setia. Tetapi juga peduli. Bagaimana Mbah Nun sangat peduli dengan orang-orang kecil, rakyat di bawah, Mbah Nun mampu merangkul dan menampung keluh kesah mereka. Ada banyak contoh perjalanan Mbah Nun dan Maiyah, termasuk juga dengan KiaiKanjeng yang membuktikan kepedulian Mbah Nun terhadap masyarakat kecil.
Mbah Nun menyediakan dirinya untuk menjadi tempat berkeluh kesah. Sabrang malam itu menyampaikan bahwa Mbah Nun adalah tempat bersandar bagi hati hati yang resah. Dan ini sudah dibuktikan dalam perjalanan Maiyah selama 3 dekade, bagaimana Mbah Nun menerima semua orang, tanpa melihat latar belakangnya, siapapun saja yang datang akan diterima oleh Mbah Nun. Reformasi 1998 menjadi satu peristiwa yang juga dicatat oleh Ian L. Betts, bagaimana situasi chaos politik Indonesia saat itu, Mbah Nun memasuki semua lini. Menemui mahasiswa, aktivis, rakyat kecil, politisi hingga Presiden Soeharto ditemui.
Generosity, kemurahan hati Mbah Nun yang begitu luas, sehingga banyak orang yang menyandarkan keluh kesahnya kepada Mbah Nun. Mbah Nun pun hanya meyakini bahwa orang yang datang adalah orang yang diberi hidayah oleh Allah untuk datang kepadanya. Sehingga Mbah Nun pun meyakini bahwa Allah akan memberi petunjuk untuk bagaimana dan langkah apa yang akan diambil untuk memberikan bantuan kepada mereka.
Nilai-nilai ini yang sudah seharusnya kita lanjutkan dari Mbah Nun. Kepedulian kita terhadap sesame manusia, kita mulai dari yang terdekat di sekitar kita. Apa yang disampaikan oleh Ian L. Betts sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Ali Hasbullah malam itu pada sesi sebelumnya. Bahwa kepedulian Mbah Nun terhadap orang kecil adalah satu nilai di Maiyah yang harus kita teladani.
Seperti biasanya, di Kenduri Cinta selama forum berjalan tidak melulu diisi dengan diskusi. Namun juga ada sesi seniman-seniman di Jakarta untuk turut mengisi jeda. Malam itu ada Grup hadroh Al Ghifari dan juga Yuyun Arfah and friends yang mengisi jeda di Kenduri Cinta. Suguhan nomor-nomor sholawat di awal oleh Hadroh Al Ghifari menyejukkan hati. Dan saat diskusi sesi 1 dan 2, Yuyun Arfah membawakan beberapa nomor lagu karya-karyanya, dan dipuncaki dengan duet bersama Dik Doank dengan nomor ”Janda Jainab”.