CakNun.com

Kenduri Cinta, Meriah di Awal Tahun 2024

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 8 menit

Dok. Kenduri Cinta

Sebagai Orang Maiyah, kita memiliki kesadaran untuk mencoba ikut andil dalam menteralisir keadaan. Meskipun menjadi hal yang mustahil akan terwujud. Karena dalam kompetisi sesportif apapun, ketika pertandingan berlangsung, dinamika gesekan antar kontestan yang bertanding tidak akan terelakan.

Saat membuka sesi utama diskusi Kenduri Cinta kemarin, Hadi menyapa jamaah; “Kecelik ya?”, disambut tawa jamaah. Sudah paham kemana arah pantikannya. Memang sepertinya banyak jamaah yang datang malam itu ke Kenduri Cinta karena kecelik, berharap ada Calon Presiden yang hadir di Kenduri Cinta. Apalagi sempat ada salah satu stasiun TV yang meliput persiapan Kenduri Cinta sore harinya.

Sabrang yang baru mendarat dari Malaysia, karena malam sebelumnya bersama Letto baru menggelar konser 20 tahun perjalanan Letto di Kuala Lumpur, malam itu pun menyampaikan, tertipu itu hal yang biasa. “Tertipu ya? Kena Prank ya?”, lagi-lagi disambut tawa jamaah. Di Kenduri Cinta kita sangat terlatih untuk menertawakan kebodohan kita sendiri. Kita sangat terbiasa untuk menertawakan aib kita sendiri. Apalagi hanya soal kecelik karena ternyata Calon Presiden yang diundang tidak hadir. Menertawakan keceliknya diri kita sendiri tentu sah-sah saja bukan?

“Kenduri Cinta bulan lalu kita rilis sebuah statement, bahwa panggung KC ini terbuka untuk siapa saja. Monggo, datang ke sini, tunjukkan dirimu. Kenduri Cinta, Maiyah dari dulu itu memang forum terbuka. Kita mau mendengarkan siapa saja”, lanjut Sabrang.

“Ada beberapa kemungkinan bahwa mereka tidak datang, tentu saja kemungkinan teknis dan seterusnya. Yang lainnya adalah, kemungkinan paling buruk bahwa Anda memang tidak dianggap penting oleh mereka. Kemungkinan terburuk lho, saya nggak ngomong satu-satunya kemungkinan. Kemungkinan terburuk, Anda memang tidak dianggap penting”, lanjut Sabrang.

“Kemungkinan yang lain, jangan-jangan malah nanti akan terjadi keributan yang tidak bisa dikontrol. Nanti malah sikut-sikutan, ada pendukung A dan pendukung B. Ada banyak kemungkinan”, ungkap Sabrang.

Maiyah, sebagai sebuah forum memiliki kedaulatan. Begitu juga para pelakunya. Kita semua di Maiyah berdaulat. Mbah Nun sejak dulu menanamkan pentingnya diri kita untuk berdaulat. Dalam video sikap Komunitas Kenduri Cinta untuk 2024 terdapat kalimat mensedekahkan suara untuk salah satu kandidat. Menurut Sabrang, makna implisitnya adalah bahwa kita sebenarnya tidak memikirkan secara penting mengenai pemilu. Dasarnya adalah kita memiliki niat memberikan suara kita untuk disedekahkan saat Pemilu nanti.

Selama ini, jangan-jangan kita memlilih Calon Presiden atau Calon Legislatif itu seperti berjudi. Kita tidak mengenal siapa yang kita pilih, kita tidak mengetahui apa gagasan yang dia bawa sehingga layak untuk kita pilih. Yang kita lakukan hanya melewatkan begitu saja Pemilihan Umum. Atau bahkan mungkin yang sangat pragmatis, kita memilih kandidat yang memberi kita amplop serangan fajar.

Maka, ayo pelajari janji-janji mereka. Kita kejar apa saja visi misi mereka. Apa gagasan mereka, sehingga kemudian kita memiliki kriteria yang tepat dan pantas untuk dijadikan alasan memilih salah satu kandidat.

Kembali mengenai ketidakhadiran Calon Presiden yang sudah kita undang tadi. Kalau kita berprasangka baik, mungkin mereka juga berfikir di internal mereka; Jangan-jangan saya akan dijebak di forum itu. Jangan-jangan forum itu adalah jamaahnya mendukung kandidat X. Jangan-jangan saya akan dihakimi di forum itu. “Maiyah ini adalah sebuah panggung tanpa script, yang pertanyaan-pertanyaannya tidak diambil dari dalam fish bowl. Pertanyaan teman-teman di maiyah ini bisa sangat liar”, lanjut Sabrang.

Dok. Kenduri Cinta

“Tapi pada kesadaran tertentu, kita sadar bahwa kita sama-sama Indonesia dan ada yang kita pegang bersama kita perjuangkan bersama. Sebenarnya kalau saya boleh ngomong saya berharap tiga kandidat itu datang ke sini dan merasakan suasana di mana perbedaan itu bukanlah pertarungan untuk saling menjatuhkan, tapi sama-sama ditertawakan. Ditertawakan bukan dalam rangka merendahkan”, ungkap Sabrang.

Menurut Sabrang, menertawakan itu adalah contoh berpelukan yang berbeda. Sabrang mencontohkan ketika salah satu Bapak dari personel Letto meninggal dunia, kemudian semua personel Letto mengantarkan jenazah ke pemakaman. Sepulang dari pemakaman, ada salah satu yang berkelakar memanggil salah satu teman yang baru saja kehilangan Bapaknya; “Hei, Tim, Yatim…”. Itu hal yang biasa, itu cara berpelukan, cara bermesaraan yang berbeda.

Kembali ke tema awal, Sabrang menegaskan bahwa salah satu hal yang menurutnya paling penting untuk dijaga dalam komunikasi kita sehari-hari adalah cara berpelukan, cara bertawa kita. Kita selalu membincangkan ilmu di Maiyah dengan penuh kebahagiaan, dengan penuh kemesaraan. Perbedaan pendapat, kalau diimbangi dengan guyon kemesraan, itu nggak masalah. Kita semua pernah berbeda pendapat dengan teman kita, bukan? Dan apakah akibat perbedaan pendapat itu menyebabkan kita kemudian tidak berteman?

Lainnya

Topik