Kenduri Cinta adalah Forum Dengan Pola Komunikasi Yang Baik dan Benar
Di Kenduri Cinta edisi Januari lalu, dan seperti halnya forum-forum Maiyahan biasanya, saat sesi tanya jawab dibuka, selalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang spontan, yang narasumber belum tentu menyiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Seperti yang bisa disaksikan dalam salah satu tayangan video di Youtube caknun.com ini, setelah para narasumber menyampaikan paparan tema diskusinya, mereka dihadapkan pertanyaan-pertanyaan yang diluar prediksi. Salah satu pertanyaan yang muncul saat itu adalah mengenai sebuah protes dari jamaah mengenai format Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden yang dianggapnya tidak menampilkan substansi dari debat itu sendiri sehingga ia meminta agar format debat itu diubah. Sebuah pertanyaan yang tentu saja salah alamat, karena seharusnya pertanyaan atau protes itu ia tujukan kepada KPU selaku penyelenggara debat tersebut.
Namun bukan kemudian pertanyaan itu tidak direspon. Ismail Fahmi merespons bahwa sesungguhnya debat itu sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia ini bahkan lahir dari perdebatan-perdebatan anak muda yang sangat sehat. Menurut Ismail Fahmi, Bangsa ini memang harus dibenturkan pemikirannnya dan gagasannya. Namun, apa yang terjadi di debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden memang masih jauh dari kata ideal. Yang kemudian menjadi perdebatan publik pasca debat resmi itu justru celetukan-celetukan yang tidak perlu, kemudian dibahas berhari-hari, yang pada akhirnya juga menghilangkan substansi dari gelaran pesta demokrasi 5 tahunan ini.
Pilpres atau Pemilu, seharusnya menjadi ajang perdebatan untuk adu ide dan gagasan dari masing-masing kandidat. Bukan hanya Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden saja, tetapi juga dari Calon Anggota Legislatif yang juga akan bertarung memeprebutkan suara rakyat Indonesia pada Pemilihan Umum nanti. Namun, yang dipertontonkan ke publik ternyata bukan tentang perdebatan adu ide dan gagasan itu. Yang terjadi akhir-akhir ini justru perdebatan yang jauh dari substansi visi misi masing-masing Calon Presiden dan Wakil Presiden. Memang tetap ada, tetapi porsinya sangat sedikit. Publik hanya disajikan perdebatan-perdebatan yang sifatnya bertujuan untuk menunjukkan siapa yang menang siapa yang kalah, siapa yang akan dihina dan siapa yang akan menghina. Hanya berkutat di situ saja.
Dan jika kita melihat, bagaimana para politisi yang mewakili masing-masing Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden saat diundang dalam sebuah forum pun tidak kemudian mencoba menetralisir keresahan publik itu mengenai kurangnya visi misi mereka yang dibedah dengan detail. Yang terjadi justru seperti menyiram minyak ke dalam bara yang sedang menyala.
Sabrang turut merespons pertanyaan mengenai debat itu tadi. ”Kita bisa melihat respon para pemimpin kepada ’musuh debatnya’. Anda akan bisa membayangkan, kalau dia memimpin, kamu tidak setuju dengan dia, bakal aiapain”, ungkap Sabrang. Sejatinya, forum Debat itu dapat digunakan untuk mengasah kemampuan seseorang untuk merespon sebuah situasi yang rumit dalam waktu yang singkat. Dan kemampuan seperti itu sangat dibutuhkan dalam diri seorang Pemimpin. Pada edisi Kenduri Cinta bulan Desember 2023 lalu, Prof. Bagus Muljadi pun memaparkan pentingnya sebuah perdebatan dalam sebuah bangsa.