CakNun.com

Kekasih Tak Bisa Menanti Lagi

Tafsir Nadjibiyah #23
Redaksi
Waktu baca ± 2 menit
Tafsir Nadjibiyah #23
Tafsir Nadjibiyah #23

Partai X masih istiqamah menghadirkan Tafsir Nadjibiyah sebagai komitmennya dalam menghadirkan edukasi politik. Pada edisi ke-23 yang akan digelar Selasa malam 3 September 2024 pukul 20.00 WIB di channel Youtube caknun.com dan Partai X, teman-teman akan diajak menyimak suara liris Mbah Nun menyenandungkan sebuah lagu berjudul “Kekasih Tak Bisa Menanti”.

Lirik lagu ini aslinya adalah sebuah puisi yang beliau tulis di rubrik kolom esai beliau di Tabloid ADIL pada 1997, tepatnya pada edisi no. 11/66, 10-16 Desember 1997. Lho puisi kok di kolom esai? Iya, memang di kolom bernama KEMADIL yang dibuat khusus untuk Mbah Nun itu, Mbah Nun selalu menulis esai-esai politik setiap pekan. Seluruh esai-esai politik — 46 esai — itu kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Iblis Nusantara Dajjal Dunia: Asal-usul krisis kita semua (Zaituna, 1998).

Tahun 1996 hingga 1998 adalah masa-masa politik Indonesia sedang berada di akhir puncak rezim otoritarian, di mana masa kekuasaan Presiden Soeharto kala itu sudah menginjak tiga puluh tahun lebih. Politik sangat tersentralisasi. Suksesi atau pergantian kekuasaan adalah isu yang sensitif. Demokrasi hanya seakan-akan saja. Suara-suara kritis dari masyarakat akan berhadapan dengan kekuasaan. Pembangunan harus jalan terus meskipun rakyat mesti ditekan dan dipinggirkan. Tetapi, pandangan-pandangan kritis harus disuarakan. Kolom KEMADIL adalah salah satu tempat di mana suara itu dihadirkan, dan Mbah Nun adalah pemilik suara itu.

Pada satu momen ketika keadaan telah memuncak, barangkali dirasa sebuah esai tidak mencukupi, tetapi puisi yang lebih singkat dari esai, dan padat, justru lebih terang menyampaikan pesan, rasa, dan suasana batin rakyat Indonesia. Maka, hari itu, Mbah Nun menulis puisi “Kekasih Tak Bisa Menanti.”

Siapakah yang dimaksud dengan kekasih di situ? Apa yang dapat kita pelajari dari puisi Mbah Nun yang ditulis menjelang Indonesia memasuki situasi genting Reformasi 1998? Apakah rasa yang sama juga sedang berlangsung saat ini dengan perkembangan politik Indonesia yang ada saat ini? Bersama Partai X dan Pakde-Pakde KiaiKanjeng, Tafsir Nadjibiyah #23 akan menghadirkan sinau dan ngeling-ngeling lagi “Kekasih Tak Bisa Menanti”.

Lainnya

Exit mobile version