CakNun.com

Inverted Indonesia, Yang Terbalik Tidak Selalu Tidak Baik

Catatan Kenduri Cinta edisi Maret 2024 — Bagian Pertama
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 16 menit

Dok. Kenduri Cinta

”Maka kalau kita sudah merasa, oh di kaca ini saya yang paling hebat, istighfar banyak-banyak. Astaghfirullah…, kehebatan diri kita, kemampuan diri kita itu nggak lepas daripada pertolongan Allah. Kita nggak punya daya, nggak punya upaya. Jadi ketika kita merasa ujub, itu akan timbul sombong. Nabi Sulaiman sama, merasakan hal itu. Ketika dia merasa lebih dari yang lainnya, timbul kesombongannya. Ternyata Nabi Sulaiman nggak bisa mengendalikan diri ketika diberikan kesenangan oleh Allah. Begitu juga dengan Nabi Ayub. Diberikan kemiskinan ketika dia senang, dia bisa melewati tadi. Tapi ketika dia diberikan penyakit, kemudian dimiskinkan oleh Allah, diberikan segala macam penderitaan, tapi dia bisa melewati itu semuanya”, lanjut Ustadz Noorshofa.

”Maka orang lebih tidak kuat ketika diberikan kenikmatan dengan kesenangan dibandingkan dengan kesusahan dan kesulitan. Maka ini yang nanti akan membuat kita menjadi inverted. Ketika kita tidak bisa mengendalikan diri kita dalam keadaan senang. Orang-orang yang di sana itu melihat keberhasilan, itu dalam sudut pandang mereka, mereka dalam kesenangan yang luar biasa. Tapi ingat, wakullu dzun ni’matin ma’sudun kata nabi, setiap kenikmatan yang kau dapatkan pasti ada orang yang hasut kepadamu. Maka jangan bikin orang hasut disebabkan kamu tidak bisa menahan diri. Jadi orang kaya jangan kelihatan senangnya. Jadi orang miskin jangan kelihatan susahnya. Kalau miskin maka kelihatan orang miskin. Jangan kelihatan susahnya”, lanjut Ustadz Noorshofa.

Ustadz Noorshofa kemudian melanjutkan penjelasan Hadits Rasulullah SAW tadi, jangan pula sampai kita tidak mampu mengendalikan diri saat kita merasa takut. ”Semua orang diberikan oleh Allah rasa takut, tapi bisa enggak kita kendalikan diri kita pada saat kita takut? Minal khaufi wal juu’i dari rasa takut dan rasa lapar, wa naqsim minal amwal takut kehilangan harta, was samarot gagalnya panen. Tapi kuncinya adalah wa basyiris shobirin. Berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar melewati rasa takut tadi. Kita takut apakah sampai kepada bulan Ramadlan akhir nanti. Apakah sampai nanti pada ujung daripada Ramadlan ini. Banyak orang-orang yang dulu bersama kita yang hari ini nggak ada bersama dengan kita”, lanjut Ustadz Noorshofa menyampaikan bahwa takut akan kematian pun jangan sampai membuat kita tidak mampu mengendalikan diri.

Yang ketiga adalah, mengendalikan diri saat kita memiliki cita-cita. ”Istikharah. Allahumma inni astaghiruka biilmika wa astaghdiruka bikudratika. Karena Allah yang menentukan mana yang terbaik buat kita. Asa an takrahu shay’an fahuwa khairul lakum, wa asa an tuhibbu shay’an fahuwa syarul lakum. Apa yang kau anggap baik di depanmu ternyata buruk di mata Allah, apa yang kau anggap buruk bisa jadi baik di mata Allah. Disitulah rasa takut dan kesabaran Allah berikan kepada diri kita”, lanjut Ustadz Noorshofa.

Dan yang keempat adalah, mampu mengendalikan diri saat marah. Ustadz Noorshofa bercerita, suatu hari ia diundang ceramah di sebuah Masjid, namun karena satpam di Masjid itu tidak mengenali beliau, satpam meminta Ustadz Noorshofa untuk memarkir mobilnya di luar Masjid. Saat itu Ustadz Noorshofa merasa marah, karena merasa direndahkan. Hingga akhirnya setelah Taklim saat berjalan menuju keluar Masjid, Ustadz Noorshofa tersadar, dirinya sedang sombong dan marah saat tidak menerima teguran dari satpam tadi. Ustadz Noorshofa merasa dengan sorban dan peci yang dikenakan kemudian membuat beliau merasa lebih tinggi derajatnya dari satpam tadi.

”Rasulullah dari 124.000 nabi terpilih menjadi 313 Rasul. Dari 313 Rasul terpilih menjadi 25. Dari 25 terpilih lagi menjadi 5 Ulul Azmi. Dari 5 terpilih lagi menjadi 2 Ibrahim dan Muhammad dari 2 terpilih lagi menjadi 1 yaitu Muhammad Rasulullah SAW. Tapi nabi tidak menganggap itu adalah kemuliaan yang tinggi buat dirinya. Pada saat dia berda’wah, di taif, dilemparin batu, Nabi nggak marah. Padahal Khadijah baru saja wafat, meninggal dunia. Abu Thalib baru saja wafat, meninggal dunia. Semua yang mem-back up nabi sudah tidak ada dan Nabi menghibur dirinya untuk berdakwah. Tapi apa yang Nabi dapatkan, dilemparin batu. Tangan Nabi sebelah menutup muka, tangan sebelah mengangkat tangan mendoakan orang yang menyakiti beliau; Allahummahdi qaumi, fa’innahum la ya’alama. Ya Allah maafkanlah orang-orang yang menyakiti saya. Dia tidak tahu saya nabi. Kalau dia tahu saya nabi, tidak mungkin dia akan menyakiti saya”, Ustadz Noorshofa kembali mengisahkan salah satu kisah Rasulullah SAW dalam berdakwah.

”Itu sampai malaikat jabal, malaikat gunung yang mengapit taif minta izin kepada Nabi Muhammad. Ya Muhammad, ista’dzin sa’arfa hadzal jabalain. Izinkan aku Yaa Muhammad, aku akan angkat dua gunung ini. Aku akan binasakan semua yang menyakiti kamu. Apa kata Nabi? ’Jangan, kalau kalian binasakan mereka, siapa yang akan menyembah Allah?’. Sampai di depan pintu syurga pun yang disandang oleh Nabi, kenabian yang paling mulia dia lepaskan. Aati baaba-ljannah yauma-lqiyamah, aku datangi pintu syurga pada hari kiamat. Nabi yang cerita, fayaqulu-lkhadin penjaga pintu syurga bertanya, Man inta siapa kamu berani-beraninya menyuruh saya membuka pintu syurga? Nabi sebut apa? Ana Muhammad, nggak disebut ana Rasulullah atau Ana Nabiullah, enggak. Ana Muhammad, disebut namanya. Hal ata’alal insani hinu minaddari lam yakun shay’an madhura.”, lanjut Ustadz Noorshofa.

Ketika Anda dilahirkan, belum ada yang nempel di pundak Anda. Profesor, dokter ini. Hanya sebuah nama. Maka ketika sudah di depan pintu syurga, Nabi hanya menyebutkan Ana Muhammad, saya adalah Muhammad. Tidak dia sebut: Ana nabiAllah. Penjaga pintu syurga itu menjawab: Muhammad aku diperintahkan oleh Tuhan ku untuk tidak membuka pintu ini sebelum kau yang pertama kali membuka. Masuklah Nabi membuka pintu syurga, dan Nabi tidak langsung masuk, didoakan umatnya semuanya supaya bisa masuk ke dalam syurga. Ini sikap kerendahan hati.

Bersambung….

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik