CakNun.com

IMPERSONATION, Meneguhkan Kembali Nasionalisme di Kenduri Cinta

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 19 menit

Bintang Emon, Kenduri Cinta Agustus 2024.
Bintang Emon (Dok. Kenduri Cinta)

Menyambung paparan Sabrang dan Bagus Muljadi sebelumnya tentang kesadaran dalam bernegara, Bintang Emon mengungkapkan keresahan bahwa kita memang sudah tidak bisa menolak fakta kita lahir di Indonesia kemudian kita diminta untuk bersaudara dari Sabang sampai Merauke. “Namun, sampai di titik mana kita harus bersaudara satu sama lain?”, Bintang melontarkan keresahannya. Kita yang hidup di Jawa menikmati banyak hal yang mungkin tidak dinikmati oleh saudara-saudara kita yang tinggal di pulau lain, bahkan mereka yang hidup di pulau 3T: tertinggal, terdepan, terluar. Kita di Jakarta menikmati akses internet yang cepat dan mudah, mereka yang di pulau lain belum tentu. Lantas, atas dasar apa mereka juga harus bertahan untuk tetap mencintai Negara ini?

Bintang Emon menarik refleksinya lebih personal, bahwa dalam kehidupan berkeluarga di keluarga kita masing-masing itu sudah sangat indah. Ia berharap bagaimana jika hubungan keluarga secara berbangsa dan bernegara juga dibalut dalam kasih sayang yang sama. Namun faktanya, yang berkeluarga sangat akrab dan penuh kasih sayang itu justru kita melihatnya dari hubungan para politisi lintas partai politik. Saat Pilpres kemarin bersebrangan, hari ini tampak begitu akrab satu sama lain.

“Saya pun sedang dalam proses mencari tentang apa yang harus diperbaiki dari keluarga besar Indonesia ini”, lanjut Bintang. Pada refleksi kehidupan sehari-hari, dari hal yang sederhana Bintang mencontohkan ada keresahan tentang kesalahan berfikir yang sudah berulang-ulang, tetapi sebagai rakyat kita juga tidak berani mengungkapkan. Ia mencontohkan ujian pembuatan SIM C untuk pengendara sepeda motor. Jika melihat langsung bagaimana proses ujian SIM C, tidak banyak orang yang mampu untuk lulus dari ujian mengendarai sepeda motor pada track yang sudah disiapkan oleh Korlantas POLRI. “Valentino Rossi aja mungkin tidak akan lulus”, kelakar Bintang.

Cak Nun pernah bercerita bagaimana Pak AR Fachrudin, salah satu tokoh besar Muhammadiyah, saat melewati track ujian SIM C itu justru beliau turun dari sepeda motor, kemudian menuntunnya. Lalu Polisi yang mengawasi bertanya: “Kok turun, Pak?”. Dijawab santai oleh Pak AR Fachrudin: “Lha saya ujian SIM ini karena ingin selamat, kalau saya ketemu jalan seperti ini ya saya mending turun dari sepeda motor dan saya tuntun sepeda motor saya”. Sebuah realita bahwa ketika aturan dibuat, seringkali pembuat aturan atau kebijakan itu tidak merasakan sendiri dampak dari aturan yang ditetapkan itu.

Begitu juga saat Pilpres kemarin, Bintang Emon sendiri dikirimi oleh banyak followersnya tentang kecurangan-kecurangan Pemilu bagaimana politik uang secara terang-terangan dilakukan oleh banyak politisi. Ada banyak bukti bertebaran, tetapi pada akhirnya tidak ada yang berani melaporkan ke Bawaslu. Aturannya ada, tempat aduannya ada, tetapi tidak ada yang berani melaporkan. “Sehingga ketika kita mempertanyakan apakah Negara ini sudah ideal, yaa tergantung posisi lu ada dimana”, ungkap Bintang disambut tawa jamaah.

Bintang Emon sendiri menganggap bahwa keberanian Cak Nun dalam memberikan kritik kepada penguasa adalah sesuatu yang memang lazim dibutuhkan dalam kehidupan demokrasi. Pada faktanya, kemampuan untuk mengkritik penguasa itu tidak dimiliki oleh banyak orang. Mereka yang ada di lingkaran kekuasaan tentu tidak memiliki keberanian untuk mengkritik penguasa, meskipun dalam hati mereka ada banyak hal yang berbenturan. Bintang Emon mengibaratkan bahwa orang-orang yang berani menyampaikan kritik, termasuk forum seperti Kenduri Cinta ini, jika Indonesia diibaratkan sebagai sebuah tubuh manusia maka orang-orang yang berani mengungkapkan kritik adalah bagian dari otak yang diesbut Amigdala.

Kenduri Cinta Agustus 2024.
Kenduri Cinta Agustus 2024 (Dok. Kenduri Cinta)

“Menurut saya forum-forum seperti Kenduri Cintai ini yang ditokohi oleh Cak Nun dan juga berbagai médium lainnya yang gerakannya sama untuk kritik terhadap sesuatu yang dianggap salah, kalau saya mengibaratkan bahwa Indonesia sebagai satu tubuh, dan bagian yang protes dan kritik terhadap kebijakan, aturan dan lain sebagainya, kalau saya memposisikan bagian itu seperti bagian otak yang disebut Amigdala”, ungkap Bintang Emon, yang lagi-lagi disambut tawa jamaah, meskipun pada titik ini ia sangat serius menyampaikan.

Karena sesuai fungsinya, Amigdala adalah sensor dalam otak yang memberikan sinyal kepada tubuh manusia untuk memberi peringatan akan suatu hal yang seharusnya tidak dilakukan. Jangan berharap orang-orang yang berposisi sebagai Amigdala akan menyampaikan hal-hal yang baik dan menyenangkan.

Kenduri Cinta malam itu sangat meriah, penuh warna, penuh wacana dari banyak sudut pandang keilmuwan. Kehadiran narasumber yang beragam latar belakang memberikan atmosfer kegembiraan dan kebahagiaan dalam berbagi. Kita yang hadir di Kenduri Cinta maupun yang hanya menyimak vídeo di Youtube mungkin tidak mampu memberikan dampak apa-apa terhadap perbaikan keadaan Negara hari ini, namun setidaknya, seperti yang berulangkali disampaikan oleh Cak Nun, bahwa kita di Maiyah ini adalah generasi nandur, generasi yang menanam pohon, yang semoga suatu saat ada buah yang bisa dipetik dari pohon itu.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik