CakNun.com

IMPERSONATION, Meneguhkan Kembali Nasionalisme di Kenduri Cinta

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 19 menit

Ian L. Betts, Kenduri Cinta Agustus 2024.
Ian L. Betts (Dok. Kenduri Cinta)

Jika kita melihat betapa besarnya narasi yang dibawa oleh Mahabarata, sebenarnya Indonesia juga memilikinya. Bagus Muljadi menyebut La Galigo milik masyarakat Bugis adalah sebuah epos yang justru jauh lebih panjang alurnya dari Mahabarata dan juga memiliki narasi yang kuat. Naskah aslinya ada di Leiden, Belanda. Bagus Muljadi beberapa waktu lalu pergi ke Pulau Satonde di NTB, di sana ia menemukan bahwa ada kumpulan mikroorganisme yang sepadan dan setara dengan mikroorganisme yang sudah punah 6 juta tahun yang lalu. Dan dari penelitian dari tempat itu menghasilkan banyak obat-obatan penyembuhan kanker.

Bagus Muljadi mencoba menceritakan betapa Indonesia memiliki kekuatan narasi yang sangat hebat, namun tidak dikelola dengan baik, sehingga tidak nampak bahwa Indonesia memiliki narasi yang kuat. Di Yogyakarta, menurut Bagus Muljadi, saat abad ke-8, masyarakatnya sudah memahami bahwa ada hubungan keterikatan yang kuat antara penguasa pantai selatan dengan gunung merapi. Sekian tahun kemudian ilmuwan Amerika meneliti bahwa ada celah jalur yang membelah dari gunung merapi ke pantai selatan yang bisa dilewati oleh magma saat gunung merapi erupsi. Pada sekian abad kemudian Mbah Marijan memiliki keyakinan bahwa ia mampu bertahan hidup dalam ketidakpastian, sementara sebagian dari kita menganggap bahwa Mbah Marijan hanya menyebarkan takhayul.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang hebat. Lalu mau diapakan? Imagine community itu membuat orang rela mati untuk negaranya. Narasi yang kuat yang dibawa apakah mampu membuat orang rela mati atau tidak. Negara kita bangsa yang besar. Lalu apa makna dan tujuannya untuk kita? Bangsa yang besar adalah bangsa yang bertanggungjawab. Bangsa yang besar memiliki makna hadir bagi rakyatnya. Dan saya ingin menyampaikan bahwa Indonesia adalah laboratorium dunia. Indonesia adalah tempat dimana orang mencari dan dapat jawabannya”, pungkas Bagus Muljadi.

Konsistensi Dalam Hidup Itu Penting

“Di setiap kepala manusia ada dunianya sendiri. Ada pengalamannya, ada kesimpulannya, dan memang berkumpulnya manusia akan seperti itu, masing-masing punya dunianya sendiri-sendiri dan kita saling ngintip satu sama lain”, Sabrang mengawali paparannya.

Forum Kenduri Cinta malam itu memang dihadiri narasumber yang beragam latar belakangnya, Sabrang melambari di awal paparannya karena mungkin saja ada jamaah yang baru sekali datang ke Kenduri Cinta, kemudian menyimak narasumber-narasumber malam itu yang memang sangat frontal dan saling berkebalikan antara satu dengan yang lainnya. “Kita hidup bareng-bareng kayak gini ini punya dunianya masing-masing yang semuanya benar dengan pengalamannya. Ada yang terekspos dengan banyaknya pengalaman kerja, ada yang terekspos karena banyaknya buku-buku yang dibaca, ada yang gampang cari informasi ada yang susah membaca tapi pengalaman hidupnya banyak, dan seterusnya, ini membuat hidup di dunia ini menjadi unik dan masing-masing benar pada konteksnya”, tambah Sabrang.

“Apa sih yang berbeda dari dunia ini? Kenapa manusia selalu mencoba membuat narasi? Mencoba ingin memperbaiki, ingin mencari yang benar. Saya merasa bahwa dalam dunia yang kita jalani ini kita mengalami sesuatu yang namanya konsistensi”, Sabrang melanjutkan.

“Dari seluruh pengalaman hidupmu ada yang namanya konsistensi alam semesta ini. Dari konsistensi, kemudian kita punya prediksi. Dari prediksi kemudian kita merasa aman, sedikit. Karena kita bisa mengetahui sedikit dari prediksi itu”, lanjut Sabrang. Maksudnya adalah bahwa karena kita sudah mengalami konsistensi, sehingga kita bisa memprediksi akan sesuatu hal yang menjadi dampak dari konsistensi itu, sehingga kita menjadi mengetahui sesuatu hal, meskipun hanya sedikit, namun bagian dari prediksi itu kemudian menjadi sesuatu yang terjadi secara faktual.

Kita pasti akan tidak nyaman jika tiba-tiba di jalan raya kita melihat Kucing terbang, burung melata, ular meloncat. Karena sesuatu yang tidak konsisten akan mengagetkan kita. “Saya mencoba menggali bahwa ternyata konsistensi itu penting. Konsistensi dalam menarasikan diri itu penting, sehingga kita hidup bisa lebih ‘nyaman’. Kemudian pada realita intrapersonal, pada realita kumpul sebagai Negara, kita kemudian membangun entitas yang bersedia mati untuk Negara”, lanjut Sabrang.

Membincangkan Indonesia, Sabrang suatu kali di Maiyahan pernah ditanya: “Emang masalah Indonesia itu apa? Kok kita belum pernah bisa mencapai apa yang seperti kita impikan?”. Ketika kita menuntut Negara belum berhasil mencapai cita-cita luhurnya, yang juga perlu kita pertanyakan adalah konsistensi dalam diri kita masing-masing. Ketika kita menuntut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, apakah kita sendiri sudah berlaku adil? Pemerintah pun demikian, dijelaskan oleh Sabrang bahwa Pemerintah juga merupakan imagine community, sesuatu yang sebelumnya tidak ada kemudian kita adakan.

“Maiyah sendiri, tidak ngomong kemudian bahwa kita akan membereskan semuanya. Tapi Maiyah adalah tempat bagi kita untuk berefleksi, sebagai tempat untuk membagi dunia-dunia yang berbeda. Maiyah tidak mempunyai kewajiban pada setiap pertemuannya menghasilkan sebuah konklusi untuk menjadi kesepakatan bersama”, lanjut Sabrang. Karena sebagai forum terbuka, Kenduri Cinta dan juga Maiyahan di berbagai daerah memang menjadi arena untuk menguji konsistensi cara berfikirnya manusia. Setiap kita memiliki dunia kita masing-masing, ketika kita mendengar informasi di Maiyah yang bertabrakan dengan dunia kita, seharusnya pada saat itu juga kita memanfaatkan forum Maiyah untuk menguji konsistensi berfikir kita. Karena kebenaran yang kita yakini dan juga yang orang lain yakini juga bisa saja berkembang. “Sebuah konsistensi kebenaran tidak harus kita terima sebagai kebenaran dunia kita, tetapi kita bisa melihatnya sebagai sebuah konsistensi kebenaran yang berdiri sendiri. Tanda dari manusia yang dewasa adalah yang mampu menerima ide tanpa ada beban harus menerima atau menolaknya, tetapi memahami kebenaran sebagai kebenaran itu sendiri. Karena ketika kita sudah cukup dewasa untuk melihat itu semua kita menjadi cukup siap untuk melihat kebenaran yang lebih besar”, Sabrang menambahkan.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik