CakNun.com

IMPERSONATION, Meneguhkan Kembali Nasionalisme di Kenduri Cinta

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 19 menit

dr. Ryu Hasan, Kenduri Cinta Agustus 2024
dr. Ryu Hasan (Dok. Kenduri Cinta)

Kembali membahas otak, dr. Ryu menegaskan bahwa otak manusia tidak pernah dilatih untuk menerima konsekuensi. Sehingga angan-angan tentang kehidupan tertib tidak akan pernah tercapai. Sesederhana melatih diri untuk patuh terhadap lampu lalu lintas, itu saja kita masih belum banyak yang lulus. Terkadang kita melihat masyarakat di Jepang misalnya, kita anggap sebagai masyarakat yang tertib. Karena di Jepang, sejak kecil anak-anak sudah dilatih dan dibiasakan dengan hal-hal yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan berdampingan dengan orang lain. Terhadap barang yang bukan miliknya, anak-anak di Jepang sudah dilatih sejak dini untuk tidak menyentuh barang yang bukan miliknya. Sementara di Indonesia, ada barang ketinggalan, handphone misalnya, kemudian ditemukan orang yang bukan pemiliknya, dengan mudahnya akan sesumbar: rejeki anak sholeh.

Menurut dr. Ryu, Jepang, bahkan Finlandia itu tidak lebih baik dari Indonesia. Hanya saja, mereka berbeda. Tertibnya Jepang, bahagianya Finlandia belum tentu lebih baik dari Indonesia. Pada setiap kumpulan masyarakat, ada atmosfer yang dibangun secara berbeda dan memang mungkin cocok dengan iklimnya. Misalnya di Indonesia, mungkin memang yang cocok adalah atmosfer kompetisi, sehingga anak-anak sejak kecil pun sudah dilatih untuk berkompetisi di Indonesia. Tidak jarang ibunya atau bapaknya membanding-bandingkan pencapaian anak orang lain, tujuannya mungkin baik agar anaknya juga terpacu bisa mencapai apa yang sudah dicapai oleh anak tetangganya. Tetapi hal itu justru menihilkan sesuatu yang sebenarnya disukai oleh anaknya. Bisa jadi saat ia dibandingkan dengan anak tetangganya yang pandai menghafal Al Qur`an memang bukan disitu keahliannya, bisa jadi anaknya justru bisa berprestasi di bidang olahraga atau kesenian.

Malam itu dr. Ryu memang melontarkan statemen-statemen yang lebih banyak membongkar logika kita sebagai manusia pada umumnya. Yang mungkin tidak mudah diterima oleh sebagian dari kita. Salah satu yang disindir oleh dr. Ryu adalah mengenai campaign isu perubahan iklim, save the earth. Menurut dr. Ryu, tanpa adanya manusia bumi pun mampu menyelamatkan dirinya, bahkan dulu sebelum ada manusia bumi juga dalam keadaan yang baik-baik saja.

Dalam kerangka berfikir medis, dr. Ryu menegaskan bahwa memang sebenarnya apa yang kita lakukan sehari-hari sebagai manusia adalah dalam rangka menunda kematian. Ini dalam tinjauan ilmu biologi tentu benar adanya. Setiap hari kita bekerja, mencari uang, untuk makan dan minum, mencari kesenangan dengan menonton film, membeli jajan, ngopi di kafe kekinian, adalah dalam rangka menunda kematian. Seperti halnya dokter menangani orang yang sakit, diupayakan agar kematiannya bisa ditunda. Hingga pada saatnya, jika semua usaha sudah dicoba dan memang sudah tidak bisa diupayakan lagi untuk bertahan hidup, maka kematian akan datang. Sekali lagi, ini tinjauan ilmu biologi.

Intersection between rationality, faith, science and its manifestation as nationalism

Bagus Muljadi malam itu hadir lagi di Kenduri Cinta setelah sebelumnya ia hadir pada Kenduri Cinta edisi Desember 2023 lalu. Sebelum ia memaparkan materi yang disampaikan, ia menyimak puisi Cak nun yang dibacakan oleh Munawir. “Cak Nun mengawali dengan keresahan tentang definisi, arti dan makna. Orang Indonesia kurang canggih dalam bermakna”, Bagus mengawali. “Waktu Vreddiq, Rizky dan Gregoria meraih medali di Olimpiade, saya menangis. Padahal saya tidak mengenal dekat dengan mereka”, lanjut Bagus.

“Apa yang membuat rasa itu muncul, walaupun nggak kenal, walaupun berada di lintas geografis yang berbeda? Imaji, jawabannya. Imajinasi akan teritori yang sama, akan rasa susah yang sama”, lanjut Bagus Muljadi. Edward Said, seorang orientalist di Eropa menulis sebuah thesis dengan judul Imagine Geography, dimana dalam thesis tersebut Edward menganalisa bagaimana menjadi orang Eropa dan orang non Eropa serta kaitannya dengan kecintaan terhadap teritorial yang sama. Argumennya adalah bukan hanya mental dan kebudayaan, tetapi juga teritori. Ben Anderson memiliki pemahaman: Nation is imagine community. Bahwa setiap orang yang tergabung dalam sebuah kelompok memiliki imajinasi yang sama.

Kenduri Cinta Agustus 2024.
Kenduri Cinta Agustus 2024 (Dok. Kenduri Cinta)

Filsuf terbesar di dinasti Abbasiyah, Al Farabi menyatakan bahwa imajinasi yang didukung oleh narasi dan cerita adalah domainnya agama. Filosofi yang didukung oleh logika abstraksi dan eksperimen adalah domainnya sains atau ilmu. “Saya khawatir saat kalian mendengar kata imajinasi itu disamakan dengan takhayul, hal yang untuk disingkirkan dan tidak mungkin dibawa ke masa depan. Kita harus berbangga atau malu dengan imajinasi kita?”, lanjut Bagus Muljadi.

“Al Farabi bukan orang yang tidak faham tentang filosofi, ia juga bukan orang yang tidak faham matematika. Demikian juga Abu Hamid Al Ghazali, ia bukan sekadar sufi, dia juga ahli kalam”, Bagus melanjutkan. Ia menceritakan bahwa beberapa waktu terakhir ia membaca buku Tahafut Falasifah karya Imam Al Ghazali. Dari buku itu ia kemudian mencari banyak informasi pada era keemasan Islam di abad ke-12, bahwa selain terjadi penaklukan-penaklukan militer, dunia sains saat itu pun berkembang, karena para ilmuwan-ilmuwan juga saling beradu wacana, sehingga khasanah keilmuwan saat itu juga berkembang pesat.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik