CakNun.com

Gandhie yang Ngatur

Patub Mbel
Waktu baca ± 4 menit

99% orang yang baru pertama kali kenal, pasti bilang kalau Gandhie itu gak semanak, gak friendly dan ramah. Paling tidak itu yang saya dengar, dari semua orang yang melewati saya.

Saya hanya senyum saja. Ya begitulah Gandhie. Dia tidak pernah memasukkan orang baru ke kelas² “oh ini temannya patub, temannya sabrang, temannya ini dan itu”, sampai orang tersebut terbukti kontribusinya ke kami atau KC pada khususnya. Gandhie menganggap semua orang baru adalah orang baru. That’s it. Kemampuan itu hanya Gandhie yang punya. Saya dan teman² KC ya apa kata Gandhie saja. Lha kok orang baru, wong orang yang sudah beberapa kali muncul aja bisa kok diplot gak naik panggung sama Gandhie. Dan itu tepat. Karena kalau org tersebut dipaksa naik panggung, jalan cerita acara KC mungkin tidak sebagus itu. Dengan tidak mengesampingkan peran² penting temen² KC lain; semua alur, skenario, dan rencana² KC ada di tangan Gandhie.

Simbah dan Bu Via juga meletakkan kepercayaan penuh kepada Gandhie untuk semua hal yang berkaitan dengan kegiatan Maiyah. Persinggungan acara Maiyah dan acara pribadi, semua diatur dengan smooth oleh nya. Jelas.. dengan begitu, Gandhie adalah orang yang pertama ngelu/pusing kalau terjadi hal-hal di luar skenario. Mulailah kalimat-kalimat, “..Intip-intip sik ae”, “Piye tub, wis gawe simulasi?”, “atur-atur tub!”, “Jadwale sabrang dikunci!”, dll. Sebegitu detilnya Gandhie mengatur rundown perjalanan Simbah dan Bu Via, sehingga dia sangatt kesal kalau saya melupakan hal² kecil yang saya anggap bisa saya tangani sambil jalan. “..teknis uborampene rembug² sik!”, “..jadwal nguyuh we kudu ditulis tub!”. Ya Allaah… Jadwal nguyuuhhh.

Gandhie sebagai pribadi menunjukkan kalau Maiyah dan Karir bisa berjalan bersama. Dia terlihat tidak kerepotan sama sekali menemani Simbah kemanapun, mengatur apapun, sambil koordinasi dengan teman² KC lainnya; di saat yang bersamaan karir nya di bidang IT tetap moncer. Dan itu menular. Di KC, rata² pegiatnya seperti itu. Fahmi, Gotrek, Nonk, Hadi, dll mampu berMaiyah tiap bulan, mampu reboan rutin, dan enteng² aja bangun pagi untuk bekerja menafkahi keluarga. Saya selalu membandingkan KC di depan teman² pegiat Maiyah di kota² lain seperti Gambang Syafaat, Bang-Bang Wetan, dll. Agar teman² kota lain tidak terduduk diam mendengar Simbah berpetuah saja, tapi sigrak bersiap tandang dengan membawa petuah² dan energi² Maiyah dalam bekerja setiap harinya. Itu yang dimaksud Simbah. Maka dari itu Simbah tidak memilih istilah Pengajian, tetapi Sinau Bareng.

Kalau Simbah mengenalkan istilah Berdaulat, ya Gandhie ini pengejawantahannya. Sangat berdaulat. Dia tidak ada urusan dengan Akademisi, Professor, Kiai, dll. Kalau menurut dia Ok, ya Ok naik panggung KC. Kalau tidak, ya tidak. Seperti kata Fahmi, Mas Helmy dan Sabrang, mereka sepakat bilang, “Gandhie tidak punya kompleksitas psikologis..”. Ini membuat KC sangat berdaulat dan terfilter. Ini membuat KC melesat maju, bahkan ketika simbah istirahat dari kegiatan Maiyah setahun terakhir, dan ini membuat KC seharusnya menjadi role model berMaiyah yang modern yang harus dijadikan pelajaran oleh kantong² Maiyah lain. Tentu dengan penyesuaian setempat di sana sini.

Walaupun bukan seorang Manager resmi, tapi manajer yang ideal ya Gandhie. Ini saya katakan karena saya juga seorang manajer. Gandhie netral melihat suatu keadaan. Ketidakpunyaan kompleksitas psikologis, sekali lagi adalah senjata utamanya. Saya dan kebanyakan manajer di luar masih menimbang-nimbang satu hal karena berbagai macam sebab dan akibat. Tapi Gandhie sudah merangkum itu semua di awal. Sehingga yang diputuskannya adalah resultan dari semua kepentingan yang terlibat. Thas thes. Tidak banyak pertimbangan. Kowe panduanku, Gan.

Ketika kabar perginya Gandhie, banyak dm dan WA ke saya, “mas, itu mas Gandhie yang sering ngurusin nama² bayi ke simbah?”. Iya, jawab saya. Maka mengalirlah doa² dari mereka untuk Gandhie. Mereka merasa Gandhie ada bersama anak² mereka, karena Gandhie lah yang mengatur ribuan jemaah yang meminta nama kepada Simbah. Permintaan bisa lewat siapa saja, tapi hanya Gandhie yang boleh memasukkannya kepada Simbah. Pernah satu kali saya memasukkan request nama bayi kepada Gandhie, yang ternyata ke-4 di hari tersebut. Dia menjawab: “Yaowoh ini hari 4 nama bayi ku urus, mbrebes mili gusti allah ngeceeee tenan. Hadeh wis cukup. Arep dadi wong jahat ae aku”. (15 jan 2020). Wkwkwkwk..

Beberapa hari kemudian saya WA lagi request nama bayi. Jawabnya sama: “Jenengi anakke uwong terus. Kene ra manak². Tenin iki. Wis arep jahat ae iki aku lek ora di 2020 (jahat ae kalau 2020 aku gak menikah)”. (1 feb 2020). Wkwkwk

Tapi ya mana mungkin dia jahat. 2020 berlalu tanpa pacar. Begitupun 2021, 2022, dan 2023. Akhirnya 21 Januari 2024 Gandhie bisa menikah. Itu adalah ajang balas dendam kami terhadap Gandhie yang biasa sengak dan tengik. Di pernikahan, Gandhie tak berkutik kita roasting habis. Habiss biss dia. Haha. Sangat membahagiakan bisa membalas Gandhie, dan melihat dia tidak bisa membalas 1 kata pun.

Gandhie Menikah, adalah idiom aneh yang kita bersukacita membacanya. Bagaimana mungkin orang dingin, tak bertendensi, menghabiskan hampir hari²nya untuk CN, Maiyah, dan kami semua; bisa menikah. Itu kan anomali. Anomali yang patut kami rayakan.

Akherat tulung diatur-atur lah Gan untuk kami semua. Tulung di manage. Tulung ditata. Seperti kamu memerintah aku dan kami di banyak kejadian. Ditinggal kamu, kami ambleg seamblegnya. Bahkan sampai hari ini saya masih scroll² WA mu. Misuh² aku. Kèlangan yang sangat.

Walaupun aku ngerti kamu bakal jawab gini, “ya terus gimane? Lu mau sedih terus? Maiyah gimana maiyah? KC gimana KC? Sahan gimana Sahan? Enak aja lu..” 😭😭😭

Lainnya

Altruis Di Tengah Kompleksitas Identitas

Altruis Di Tengah Kompleksitas Identitas

Salah satu pertanyaan workshop dalam Sinau Bareng di balai desa Condongcatur pada hari Jum’at malam 20 Desember 2019 menarik perhatian saya.

Muhammad Zuriat Fadil
M.Z. Fadil

Topik