CakNun.com

Gandhie dan Orkestrasi KiaiKanjeng di Kenduri Cinta

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 4 menit

Kenduri Cinta sebagai komunitas diorkestrasi sedemikian rupa oleh Gandhie agar mampu kreatif. Sebelum pandemi Covid-19, setidaknya ada 1 kali edisi Kenduri Cinta dalam satu tahun yang di-set-up mewah dan meriah. Tentu saja utamanya menghadirkan Cak Nun dan KiaiKanjeng, sesekali Letto. Dalam rekaman saya, beberapa edisi Kenduri Cinta yang suasananya di-set-up meriah di antaranya adalah: Jazz 7 Langit tahun 2013, Allah Audienku tahun 2013, Bayang-Bayang Para Ksatria tahun 2014 bersama Komunitas 5 Gunung dari Magelang dan Teater Flamboyant Mandar pada 14 Tahun Kenduri Cinta, KiaiKanjeng Of The Unhidden Hand tahun 2015, Deformasi Informasi tahun 2016 dengan Letto, Ruwaibidhoh tahun 2017 dalam rangka 17 Tahun Kenduri Cinta, Amenangi Zaman Now tahun 2018, Waras-Atul Anbiya tahun 2018. Setelah Pandemi, ada Ikhtilaf Zaman tahun 2022, Waliraja-Rajawali tahun 2022, dan KiaiKanjeng Soul-Heart-Sacred tahun 2023.

Sebagai sebuah komunitas nonprofit, Gandhie selalu menanamkan sejak awal, pada setiap gelaran Kenduri Cinta yang akan digelar, yang perlu dipastikan adalah kesiapan penggiatnya. Itu selalu ditanyakan sejak awal. Jangan sampai ada penggiat yang tidak setuju, sehingga justru akan merusak koordinasi selama persiapan acara. Bagi Gandhie, pendanaan itu adalah sebuah hal yang bisa dipikirkan nanti, tapi komitmen penggiat harus bisa dipastikan sejak awal.

”Oke, Bismillah ya!”, begitulah statement Gandhie saat semua penggiat sudah setuju akan menjalankan event di Kenduri Cinta. Setelahnya, pressure demi pressure dari Gandhie segera berdatangan. Bagaimana kesiapan penginapan, tenda, sound system, panggung, poster hingga konsumsi. Semua mendapat perannya masing-masing. Bahkan rundown acara pun sudah harus dimatangkan jauh-jauh hari sebelum hari H.

Salah satu hal yang diajarkan oleh Gandhie adalah Service Excellence. Sebuah istilah yang sangat familiar di dunia IT. Bahwa layanan yang diberikan tidak harus mewah, tetapi harus memenuhi standar minimum yang sudah ditetapkan. Gandhie sangat ketat untuk mengawasi detail setiap service yang diberikan. Rombongan KiaiKanjeng atau Letto ketika datang ke Kenduri Cinta, selalu mendapat service terbaik. Tidak, KC tidak mampu menyajikan hotel bintang 5 atau konsumsi yang mewah, tetapi Gandhie selalu menekankan agar dengan kemampuan yang ada, tetapi service excellence harus terjaga. Bagimana orang per orang disambut hangat, ditanyakan kebutuhannya, dibantu keperluannya, mulai dari datang di Jakarta, sampai kembali meninggalkan Jakarta. Bahkan ada satu SOP dari Gandhie, saat rombongan KiaiKanjeng memasuki Jakarta, ada yang ditugasi untuk nyegat di exit Tol Rawamangun untuk kemudian diantar ke Hotel Alia, Cikini.

Dengan layanan yang terbaik, maka KiaiKanjeng dan Letto pun memberikan feedback, mereka akan taat dengan rundown yang sudah disusun oleh tim Kenduri Cinta. Dengan demikian, semua memiliki peran dan kontribusi yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Ada salah satu mimpi dari Gandhie tentang KiaiKanjeng yang sampai akhir hayatnya belum terwujud. Gandhie ingin Kenduri Cinta menggelar Konser spesial KiaiKanjeng di Jakarta lagi, seperti Konser Kenduri Cinta tahun 2003 silam. Inisiasinya sebenarnya sudah dibicarakan sejak tahun 2023 lalu, saat KiaiKanjeng hadir di Kenduri Cinta edisi Oktober 2023. Bisa dikatakan, edisi KC saat itu adalah kick off bagaimana Gandhie mencoba menghadirkan KiaiKanjeng secara kualitas bermusik. Pada edisi itu, KiaiKanjeng non stop selama 3 jam memainkan karya-karya musiknya dari album pertama: Kado Muhammad hingga terakhir: Wakafa. Lebih dari 20 nomor lagu dimainkan. Benar-benar seperti konser musik. Hanya saja, audien KiaiKanjeng tidak sama dengan konser grup musik pada umumnya. Audien duduk di depan panggung menikmati karya-karya KiaiKanjeng.

Kenduri Cinta edisi Oktober itu memang kami garap lebih berbeda dari sebelumnya. Kami di Kenduri Cinta menyusun proposal yang kami presentasikan kepada KiaiKanjeng, dan mereka menyetujui proposal itu. Maka atas komitmen bersama itu, KiaiKanjeng mempersiapkan nomor-nomor yang akan dibawakan dan kami di Jakarta mempersiapkan segala keperluan teknisnya.

Bulan lalu, menjelang KC September, saya bersama Gandhie, Tri dan Amien Subhan duduk bersama. Gandhie melempar ide mengenai Konser KiaiKanjeng ini, akan dicoba untuk dimulai lagi prosesnya dengan target maksimum di bulan sebelum Q2 2025 nanti konser ini akan digelar, secara eksklusif dan indoor.

Rencana itu masih didiskusikan secara terbatas, sehingga memang beberapa langkah strategis baru dilakukan secara sporadis saja. Seperti mencari venue yang tepat dan sesuai untuk pagelaran ini, me-review kembali beberapa deck yang sudah pernah disusun, juga susunan budget yang pernah dibuat, untuk sekadar membandingkan dengan kondisi hari ini.

Tentu saja, setiap Cak Nun dan KiaiKanjeng hadir di Jakarta, Gandhie mendampingi Cak Nun. Dan memang, karena Cak Nun juga memiliki agenda lain, Gandhie akan bersama Cak Nun sepanjang hari. Dari kejauhan, Gandhie tetap memonitor kondisi lapangan. Tidak jarang, teman-teman KC disentak Gandhie jika ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai rencana. Kenapa Hotel belum bisa check in? Kenapa Sound System belum sampai lokasi? Kenapa konsumsi belum didistribusikan? Dan banyak hal lagi yang memang terkadang menjadi kendala di lapangan.

Saya selalu menekankan kepada teman-teman di KC, pada setiap event besar, dan ketika semua sudah berkomitmen, yang saya ingatkan adalah agar mereka kuat hatinya. Kalau tenaga dan pikiran, mereka sudah siap. Tetapi mental, terkadang jika tidak diingatkan, bisa lebih fatal akibatnya. Tapi, setelah beberapa event dilangsungkan, saya pikir tidak ada teman-teman KC yang kena mental saat disentak Gandhie. Dan yang selalu Gandhie tanamkan adalah agar kami menjalaninya dengan gembira dan penuh rasa syukur.

Sore hari, biasanya Cak Nun dan Gandhie baru sampai di Alia. Tidak perlu waktu lama, Cak Nun akan memanggil beberapa personel KiaiKanjeng ke kamar beliau untuk briefing mengenai acara malam harinya. Kami, beberapa penggiat KC ikut dilibatkan, sekadar untuk menyimak, sehingga nanti saat acara berlangsung, kami akan menyesuaikan rundown yang sudah disusun sebelumnya. Karena bisa saja, apa yang sudah dirancang sore harinya, berubah drastis saat malam hari.

Begitu acara selesai, Gandhie akan bertugas sesuai porsinya. Mengantarkan Cak Nun ke Bandara atau mungkin ke Rumah Mbak Via yang ada di Cibubur jika memang Cak Nun masih harus stay di Jakarta untuk beberapa hari kedepan. Hal yang pasti dilakukan oleh Gandhie setelah acara selesai, ia akan mengirimkan WhatsApp ke seluruh personel KiaiKanjeng, sekadar mengucapkan rasa terima kasih dan mendoakan semoga perjalanan menuju Jogja diberikan kelancaran. Hal itu yang kemudian ia ajarkan kepada teman-teman KC saat ini, setiap setelah KC selesai, Gandhie selalu mengingatkan untuk menyapa para Narasumber dan pihak eketernal lainnya, mengucapkan terima kasih atas supportnya.

Hal-hal yang sebenarnya sepele, dan kami selalu lupa dan mungkin malas melakukannya. Tapi, Gandhie sangat setia dengan hal-hal kecil itu.

Bersambung….

Lainnya

Kegembiraan Dapur 17 Tahun Kenduri Cinta

Kegembiraan Dapur 17 Tahun Kenduri Cinta

Gendheng arek-arek iki!!  Saya tidak menduga betapa totalitasnya teman-teman Penggiat Kenduri Cinta dalam mempersiapkan acara 17 Tahun Kenduri Cinta Jum’at lalu (16/6).

Fahmi Agustian
Fahmi Agustian