CakNun.com

Gandhie: Ayoooo Jreeenggggg!!!

Alay Wahyu Nugroho
Waktu baca ± 2 menit

Senin jam 03.19 WIB atau menjelang subuh, HP saya berbunyi. Pagi itu kebetulan saya sedang tidur di Kandang Domba saya di Prambanan. Saya ambil HP saya, dengan agak kaget, kenapa Cak Zakki telepon saya sepagi ini.

Lalu saya angkat telepon dan terdengar suara Cak Zakki.

“Ley wes tangi?”

Saya langsung menjawab, “Sampun, Cak. “Ley…ojo kaget ya,” kata Cak Zakki kemudian.

Enten nopo Cak?

“Gandhie Ley… Gandhie meninggal Ley, Gandhie meninggal,” sambil terdengar bergetar suara Cak Zakki.

Sontak mulut saya kaku, lidah rasane kecepit, tangan ngewel seperti parkinson.

“Ya Allah Cak… Ya Allah…” Setelah itu kalimat saya belepotan tidak jelas. Beberapa saat saya ngobrol dengan Cak Zakki, dan usai itu beliau menutup teleponnya. Ndilalah pas dengan Adzan Subuh.

Sambil plonga-plongo dan langkah gontai saya ambil wudhu. Pagi itu saya subuhan sambil masih berharap berita itu tidak benar. Usai subuhan saya kirim Al-Fatihah buat Mas Ghandie. Barulah setelah itu saya lihat HP lagi, saya lihat wa lagi, saya lihat chat dari Mas Gandhie lagi yang sorenya kami sempat ngobrol di GWA.

Beberapa saat mulailah bermunculan info tentang berpulangnya Mas Gandhie. Dalam hati saya, “Temenan iki ya Kak? Temenan awakmu lungo ninggal kabeh? Ya Allah Ghan.”

Ingatan saya lalu bergerak mundur ke belakang merentang kenangan bersama Mas Gandhie ketika melayani Mbah Nun. Mulai dari tragedi Pecel-pecelan, Kopi anget alias ora panas, teh panas pakai sedotan, ngewangi penjual sate menyiapkan nasi putih, bagaimana menyiasati masuk bandara dan stasiun, dan masih banyak lagi, dan bahkan sangat banyak.

Mas Gandhie itu orang yang sangat pekerja keras, perfeksionis, tegas, kadang galak, tapi murah hati terhadap banyak orang.

Teman-teman jamaah pasti sudah pernah merasakan bagaimana tegasnya Mas Gandhie dalam mempertahankan prinsip yang berkaitan dengan Mbah Nun. Yen ora ya mesti ora, tapi kalo iya sesulit atau semepet apapun waktunya pasti dicarikan sempatnya.

Sering saya ngobrol berdua di kamar ketika kami sedang luar kota bersama Simbah, dan pasti kami eyel eyelan, tapi itu hal biasa bagi kami, karena kami sama-sama mencari hal yang terbaik, tapi yang pasti Mas Gandhie itu orang yang tidak pernah capek melayani. Dia total mengabdi kepada Simbah, dan Mbah Nun sangat menyayangi Mas Gandhie, sampai kami punya istilah bagi Mas Ghandie adalah anak Mbarep, saya pun sering memanggil beliau dengan Mas Mbarep sebagai bentuk rasa hormat kepada totalitas beliau.

Sekarang Mas Gandhie sudah meninggalkan kita semua, dan kita semua bersaksi bahwa Mas Gandhie adalah orang sangat sangat baik.

Selamat Jalan Mas Mbarep (Gandhie)… Padang dalane, padang kubure, jembar kubure. Titip salam untuk Kanjeng Nabi, untuk Ayahmu, Mbah Fuad, Pakde Nuri, Pak Rahmat, Pakde Heru Yuwana, Mas Beben, Pak Ismarwanto, Zainul Arifin, Andi Priok.

Selama perjalananmu ojo lali Srup srupppp Ghan, dan aku kangen karo kalimatmu: Ayooooo Jreeeengggg!!!

Bantul, 15 Oktober 2024

Lainnya

Bunker Armagedon (1)

Bunker Armagedon (1)

Sekitar 2016 lalu ketika Sinau Bareng di Padhangmbulan, (Sumber ilmu Sepuh Maiyah) setelah ngaji bareng selesai, malam itu melalui Cak Yus, salah satu keluarga Ndalem PB.

Achmad Luthfi
Achmad Luthfi