CakNun.com

Gan, Alhamdulillah, MasyaAllah

Munzir Madjid
Waktu baca ± 3 menit

Gan

Hari Rabu di minggu pertama bulan ini, saya mengunjungi kantormu. Ada urusan sendiri. Kantor perusahaan multinasional itu terletak di bilangan Kota Tangerang Selatan. Saya mengirim pesan melalui WhatsApp, ingin menyapa dan memberi kabar, berharap, di sela-sela jeda bisa melipir ke Lot-9 atau warung kopi pinggir jalan. Sekedar ngobrol atau ada oleh-oleh dari perjalanan umrohmu yang baru selesai seminggu lalu.

“Tapi saya tidak ngantor,” jawabmu. Kemudian disambung, “Ini saya meluncur ke Cikini.” “Loh, mau Reboan tah? Kan masih siang…”

Hening, tidak ada jawaban.

“Oke, habis maghrib ketemu di Reboan ya,” janjiku. Padahal sebenarnya saya sempat berpikir untuk absen.

Reboan adalah ajang kumpul-kumpul para penggiat Kenduri Cinta setiap hari Rabu, untuk membahas persiapan acara yang berlangsung setiap Jumat minggu kedua setiap bulan. Di sini, kami mendiskusikan tema yang akan diangkat, usulan judul, dan siapa saja para penampil, baik narasumber maupun untuk sesi kesenian. Tak lupa, hal-hal teknis lainnya, seperti penempatan panggung, kontak dengan pihak sound system, pemasangan karpet, dan penyiapan konsumsi.

Reboan kali ini, dua minggu sebelum pelaksanaan Kenduri Cinta pada Jumat, 11 Oktober 2024. Saat itu, kamu menanyakan satu per satu penggiat yang bertanggung jawab terkait izin lokasi, posisi penempatan panggung, dan pemasangan backdrop.

Namun, di hari H, lokasi yang biasa kami gunakan, Plaza Teater Besar, telah di-booking oleh pihak lain. Harus mencari tempat baru. Tim penggiat segera menghubungi takmir Masjid Amir Hamzah, dan syukurlah, mereka mempersilakan. Kabar baik ini langsung di-update di grup WhatsApp: “Alhamdulillah, lokasi sudah oke.”

“Alhamdulillah, bagaimana?” tanyamu.

Belum selesai. Lanjutnya: “Alhamdulillah itu, semua sudah beres. Izin lokasi didapat, penempatan panggung tidak bermasalah, dan ukuran luas lokasi sudah dicatat. Namun, sudahkah dipikirkan keamanan para jamaah di area yang tidak terlalu luas ini?”

Hening.

Tim penggiat sebenarnya belum melakukan survei secara detail. Di mana panggung akan ditempatkan, apakah backdrop yang dipasang akan menutupi keindahan bangunan masjid, dan bagaimana dengan keamanan jamaah yang mungkin berdesakan di area yang sempit?

Sangat perfect. Iya, itulah ciri khasmu.

Ucapan “alhamdulillah” bagimu bukan sekadar ungkapan syukur, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab yang mendalam.

“Besok siapa yang akan ke lokasi? Pastikan semua beres!”

Gan

Pada hari Kamis, 10 Oktober, sore hari saya dikontak salah satu tim penggiat, hanya ingin memastikan “Besok jam berapa kamu akan hadir di Kenduri Cinta?” Saya yakin hal yang sama juga kamu terima, kan? Apa jawabanmu? Jinguk tenan.

Sebenarnya, itu sudah menjadi standar yang kamu terapkan kepada teman-teman penggiat: belajar berorganisasi, sinau kedisiplinan. “Berbuat baik, ya berbuat baik saja, tanpa embel-embel,” sering kamu ingatkan.

Akhirnya, pada Jumat, 11 Oktober 2024, Kenduri Cinta digelar di Plaza Teater Kecil, bukan di Masjid Amir Hamzah seperti rencana semula. Ah, tidak perlu diurai di sini mengapa tempatnya pindah. Hal itu sudah biasa bagi Kenduri Cinta; di detik-detik terakhir, lokasi bahkan tanggal bisa berubah.

Seperti biasa, di pojok sebelah panggung, kamu mengamati jalannya acara. Kamu mengambil foto dari berbagai sudut. Aktivitas apa pun, siapa pun, semua dijepret. Tak pernah sekalipun kamu meminta untuk difoto.

Gan

Saya perhatikan dari jauh, dari teras Teater Kecil. Sengaja saya belum menyapamu. Namun, hari itu kamu lebih banyak duduk, tidak banyak bergerak. Di belakang backdrop yang remang-remang, dengan cahaya yang minim, ponselmu menyala di pangkuan. Kamu mengambil segelas es teh dan menyedotnya perlahan. Entah siapa yang meracik minuman kesukaanmu: es. Di mana pun, kapan pun, es selalu jadi pilihanmu.

Seperti biasa, jamaah memenuhi pelataran plaza, dan acara berlangsung sesuai rundown. Meskipun ada sedikit meleset-melest, itu hal yang wajar. Misalnya, penampilan dua grup musik tidak maksimal dan di luar ekspektasi, tidak sesuai arahan tim penggiat. Namun, secara keseluruhan, acara berjalan sangat baik.

Kemudian saya mendekat, berdiri persis di belakangmu. Saya senggol kakimu. Bersijingkat dan bersalaman. Berebutan saling ingin mencium tangan. “Masya Allah,” katamu. Kami memang selalu begitu saat bersalaman, menundukkan kepala, seolah ingin mencium tangan.

Hari itu, saya pulang lebih awal, tidak ikut membantu kawan-kawan penggiat membereskan panggung. Saya juga tidak bergabung dengan mereka yang beristirahat sambil ngobrol di tempat transit, hotel seberang Taman Ismail Marzuki.

Gan

Seperti biasa, kamu mengawal acara dari awal hingga selesai, tidak serta-merta pulang ke Bogor. Kamu selalu memastikan semuanya aman dan terkendali. Pagi dini hari, masih ikut bercengkerama di kamar hotel. Ngobrol ngalor-ngidul, saling bercanda, hingga menjelang pagi. Baru setelah yakin semuanya beres, kamu pamit pulang bersama satu kawan penggiat, Amien Subhan.

Dan begitulah, setiap acara berakhir, kamu selalu memastikan segalanya berjalan baik. Kamu menanamkan contoh tentang tanggung jawab.

Sabtu dan Minggu waktunya beristirahat usai helatan Kenduri Cinta. Sisa-sisa lelah belum lagi tuntas. Dini hari, kamu buat prank. Waktu seolah berhenti. Jagat Maiyah terhenyak. Dikabarkan kamu pulang. Siapa yang percaya?

Ya Allah, kok bener sih? Terus arek-arek piye?

Di sela-sela Reboan tempo hari, kamu mengingatkan: “Coba, kawan-kawan bergilir untuk cuti ya…”

Maksudmu apa?

Gan

Saya tidak berjanji. Banyak yang ingin saya tuliskan.

Jakarta, 16-17 Oktober 2024

Lainnya

Bertahalli dalam Mulat Saliro

Bertahalli dalam Mulat Saliro

Allah, Allah. Allah, Allah.
Maalanaa maulan siwallah.
Kullama naadaita yaa Huu,
Qolayaa ‘abdi anallah.

Maneges Qudroh
Maneges Qudroh