CakNun.com

Frekuensi Kegembiraan

Mukadimah Kenduri Cinta edisi Desember 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 3 menit

Hanya jika sefrekuensi, gelombang radio yang dipancarkan dapat ditangkap oleh penerima dengan baik. Geser sedikit saja, akan berpotensi noise, bahkan bisa jadi tidak sambung. Getaran gelombang yang sefrekuensi akan saling menguatkan dalam proses transmisinya dan akan terus meluas jika terus-menerus penghantaran gelombang itu terpelihara.

Menggunakan analogi yang semoga mendekati, Maiyah juga merupakan getaran dan gelombang yang frekuensinya ditransmisikan oleh Cak Nun. Entah bagaimana dahulu beliau bisa menangkap gelombang itu, yang pasti hingga saat ini, getaran Maiyah masih teresonansi pada orang-orang yang bergembira turut meresonansikan kegembiraan yang Cak Nun getarkan. Dengan beragam ekspresi individu dalam aktivitas keseharian, maupun dengan cara berkelompok seperti forum mingguan Reboan, maupun forum Kenduri Cinta pada setiap bulan.

Frekuensi, dalam ilmu fisika, adalah jumlah gelombang yang melewati titik tertentu dalam satuan waktu. Istilah ini sering digunakan untuk membahas berbagai jenis gelombang, baik yang bersifat elektromagnetik maupun yang bersifat mekanik. Hal serupa dengan bagaimana orang-orang Maiyah kemudian turut menjadi delegasi di dalam meneruskan komitmen, kebersamaan dan bersungguh-sungguh dalam menjalani proses hidupnya. Sesekali berkumpul, bahkan ada yang kemudian menjadikannya sebagai rutinitas mingguan, bulanan atau menggunakan satuan waktu lainnya. Jika sefrekuensi dan komitmen itu dirasa bermanfaat bagi individu-individu yang ada di dalamnya, maka akan teruslah berlangsung forum itu. Bahkan bagaimanapun cara diusahakan untuk terus berlangsung. Untuk itu, khusus di Kenduri Cinta, ada semacam kesepakatan yang tidak tertulis, bahwa berkumpul di sini dalam rangka berbagi kegembiraan, bukan sekadar cangkruk, ngopi-ngopi, haha-hihi, apalagi bersaing adu penderitaan.

Di penghujung tahun ini, Kenduri Cinta akan belajar mengeksplorasi mengenai dua tema besar, yaitu frekuensi dan kegembiraan. Kenapa tema ini menjadi penting bagi Kenduri Cinta, karena berkaca pada zaman Rasulullah, bahwa tahun-tahun duka itu pasti akan berlalu. Dan juga menjawab atas nikmat Allah pada Surat Al Insyirah  ayat 5: “Fa inna ma’al-‘Usri Yusrâ”, bersama dengan kesulitan, selalu ada kemudahan.

Pada edisi akhir tahun 2024, Kenduri Cinta akan melakukan eksplorasi dan belajar dari frekuensi. Bedanya dengan kelas fisika biasa, bahasan ilmiah mengenai frekuensi tentu sangat mungkin ada, tapi tak terbatas itu saja. Karena Maiyah adalah tentang tadabbur. Metodologinya unik. Tadabbur bukan belajar tentang, namun belajar dari.

Konsep frekuensi dalam jagad tadabbur sangat related dengan dinamika kehidupan manusia. Dalam kehidupan, emosi dan pengalaman bergerak seperti gelombang longitudinal, kadang di atas dan terkadang di bawah. Naik, turun dan berubah dengan ritme yang unik, bagaikan aliran. Kegembiraan dan kesedihan adalah dua amplitudo polaritas perasaan yang terus bergerak naik turun dalam kehidupan insani. Emosi ini seperti gelombang yang saling bertautan, berkejaran, menggelora dan membuncah, mengalir tanpa henti, membentuk pola yang di saat yang sama tidak dapat diprediksi.

Frekuensi juga tentang rasa. Ketika sekumpulan orang mengalami perasaan yang sefrekuensi, baik itu kebahagiaan atau kesedihan, gelombang emosi mereka akan saling memperkuat. Inilah yang disebut resonansi emosi, yang menciptakan energi kolektif dalam kelompok manusia. Resonansi ini dapat kita lihat dalam berbagai situasi, misal ketika sekelompok orang merayakan kemenangan bersama, mereka merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda. Sebaliknya, dalam momen duka, empati dan kesedihan bersama, seringkali mempererat hubungan emosional antar individu.

Kegembiraan dan frekuensi mempunyai satu persamaan dasar, yaitu mengisi ruang-ruang terbuka. Maka dalam hal ini, ruang terbuka yang bernama Kenduri Cinta itu harus dapat memberi kegembiraan. Dalam berbagai kesempatan, Kenduri Cinta memberikan pengetahuan tentang pondasi dasar: menjalani, belajar dan bergembira. Oleh karenanya, “aliran” itu kita senantiasa manfaatkan menjadi energi kegembiraan yang lebih luas. Dan itu adalah salah satu value Maiyah.

Apa jadinya jika di tengah luapan kegembiraan pesta pernikahan, lantas ada satu individu di tengah situasi itu yang mendapat musibah? Resultannya bisa macam-macam, tergantung magnitudo (baca: besarnya pengaruh) dari si sosok yang menjadi pengecualian itu. Jika ia memiliki bobot yang signifikan bagi situasi itu, maka gelombang dan frekuensi akan terdampak. Jika tidak, bisa jadi pesta hanya akan terhenti sejenak, lalu lanjut kembali seolah tak terjadi apa-apa.

Begitu juga dengan hiruk-pikuk politik nasional hari ini. Begitu riuh dan semarak, pesta demokrasi masih terus berlangsung, kekuasaan oligarki memanfaatkan panggungnya, sejenak ada pengalihan isu remeh, namun bisa menjadi perbincangan banyak orang dan viral, namun itu juga hanya sesaat saja. Karena fitrahnya manusia Indonesia memang bergembira. Hanya sebentar saja meluapkan kemarahan, sesaat kemudian mampu menemukan kembali kegembiraannya yang lain.

Frekuensi, amplitudo, magnitudo, adalah triangulasi dari realita kehidupan itu sendiri. Nilai seorang hamba seringkali ditentukan pada frekuensi dimana ia tune in, seberapa besar rentang amplitudonya (baca: syukur dan sabar-nya) dan seberapa besar magnitudonya dalam medan energi yang mengitarinya.

Frekuensi adalah “gema” peristiwa kolosal penciptaan semesta oleh-Nya. Jadi frekuensi itu sendiri adalah selebrasi penciptaan. Selebrasi kehidupan. Dan yang terpenting, selebrasi kegembiraan dalam perjalanan kembali pada-Nya. Frekuensi adalah tentang gembira kita, gembiraku, gembiramu, dan gembira-Nya. Dalam haflah Kenduri Cinta dari rutinan setiap bulan hingga setiap aktivitas keseharian.

Kenduri Cinta akan menutup tahun 2024 ini dengan tema yang bernuansakan kegembiraan. Mari berkumpul bersama di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Exit mobile version