Frekuensi Kegembiraan: Resonansi yang Membahagiakan
Pengalaman Mas Nano, yang bangkit dari keterpurukan dalam merintis bisnis, semakin memperkuat gagasan ini. Mas Nano mengingatkan, “Masalah boleh besar, tetapi Allah Maha Besar.” Ungkapan ini mengajarkan kita bahwa menghadapi masalah dengan keimanan dan kegembiraan akan membuat hati lebih tangguh.
Kegembiraan bukanlah sekadar perasaan sesaat, melainkan sebuah pilihan hidup. Kita dapat memilih untuk merasa gembira dalam segala kondisi, baik suka maupun duka. Salah satu kunci untuk mencapai kegembiraan adalah dengan menyederhanakan keinginan dan menyadari bahwa kegembiraan duniawi hanyalah pelengkap, bukan tujuan utama hidup kita.
Kebahagiaan sejati bukan berarti selalu merasa gembira, tetapi lebih kepada kemampuan kita untuk menerima segala kondisi dengan lapang dada. Mas Nano juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan emosi. “Memperlebar toleransi untuk bergembira tidak akan membuat hidup terasa flat. Jika keadaan baik dan kita bersyukur dengan baik, maka gelombang akan naik. Ketika sedih dan kita bersabar dengan baik, efeknya gelombang juga akan tertarik naik,” ujarnya.
Dengan bersyukur saat senang dan bersabar saat sedih, kita sebenarnya sedang menapaki maqam kekasih Allah. Dalam perspektif ini, kebahagiaan sejati bukan berarti selalu merasa gembira, tetapi mampu menerima segala kondisi dengan lapang dada dan hati ajeg. Dalam Surat Al-Hajj: 46, Allah menyebutkan tentang qulubun ya’qiluuna biha, hati yang dengannya dapat berlogika. Hati kita memiliki peran yang sangat penting dalam memahami kehidupan. Orang yang bersabar dan bersyukur, sejatinya sedang melatih hati mereka untuk menjadi lebih tajam dan bijaksana.
Dunia ini hanyalah tempat singgah sementara. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta benda atau kesenangan duniawi, melainkan pada kedekatan kita dengan Allah. Tidak ada jalan lain yang bisa kita lewati untuk dekat dengan Allah, kecuali melalui Nabi Muhammad. Kita mungkin tidak langsung bertemu dengan Nabi Muhammad, tetapi masih ada pewaris frekuensi Nabi Muhammad. Banyak yang mewarisi frekuensi Nabi Muhammad, salah satunya adalah Mbah Nun. Mas Nanda menjelaskan bahwa apa yang kita lakukan di Maiyah adalah bentuk dari tapping into the frequency of Mbah Nun dengan harapan kita juga akan sefrekuensi dengan Nabi Muhammad, dan akhirnya kita bisa sampai pada kebahagiaan sejati.
Kehidupan yang dinamis, dengan segala suka dan duka, adalah bagian alami dari perjalanan spiritual. Dengan berpegang teguh pada Islam dan semangat kebersamaan dalam Maiyah, kita selalu menemukan kekuatan untuk bangkit dan menjalani hidup dengan penuh makna. Mas Rizal mengakhiri sesi pertama dengan sebuah kesimpulan, “Kalau uripmu flat, uripmu tidak asyik.” Kehidupan yang dinamis menjadikan perjalanan spiritual semakin bermakna.
Tuma’ninah menuju Kebahagiaan
Hendri Satrio memulai sesi kedua dengan menjelaskan apa yang dimaksud dengan visi. Visi digambarkan sebagai sebuah peta jalan yang mengarahkan kita menuju masa depan yang lebih baik. Sebuah visi yang baik memiliki beberapa karakteristik, seperti adanya gambaran masa depan yang jelas, nilai-nilai yang dianut, serta tantangan yang memotivasi.
Dalam konteks Kenduri Cinta, visi salah satnya juga bisa diartikan sebagai frekuensi kegembiraan yang ingin kita raih bersama. Frekuensi kegembiraan menjadi nadi yang menggerakkan komunitas Kenduri Cinta selama 24 tahun, menciptakan ruang untuk berbagi makna dan kebahagiaan. Apa lagi yang bisa membuat kita berkumpul di Kenduri Cinta setiap bulan kalau bukan atas dasar kegembiraan dan kasih sayang? Kegembiraan yang dirasakan dalam Kenduri Cinta bukan hanya milik pribadi, tetapi juga bisa dibagi dan ditularkan kepada orang lain.
Kegembiraan yang hadir dalam Kenduri Cinta bukan sekadar euforia sesaat, melainkan sebuah pengalaman menyentuh jiwa dan memperkaya makna hidup kita. Hendri Satrio sendiri merasakan hal ini secara langsung, merasakan bagaimana interaksi dan proses belajar bersama telah memperkaya khazanah yang Hendri Satrio miliki. Kegembiraan yang kita rasakan di sini adalah sebuah investasi untuk masa depan yang lebih baik, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.
Pandji Pragiwaksono, yang malam itu pertama kali hadir di Kenduri Cinta, menyoroti perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan, menurutnya, adalah sesuatu yang lebih mudah dicapai, seperti saat kita tertawa lepas saat menonton stand-up comedy. Namun, kebahagiaan adalah sesuatu yang lebih dalam dan membutuhkan upaya yang lebih besar. Meskipun komedi bertujuan untuk menghibur, Pandji Pragiwaksono berharap bisa memberikan nilai yang lebih bermakna kepada penontonnya—sebuah wawasan hidup yang tidak hanya memunculkan kegembiraan, tetapi juga menumbuhkan kebahagiaan.
Berbeda dengan kegembiraan, kebahagiaan tidak bisa dicapai sendirian. Memerlukan kesadaran kolektif dan pemahaman yang mendalam. Kenduri Cinta menjadi salah satu ruang untuk memperjuangkan kebahagiaan bersama melalui kesadaran dan pemahaman yang selaras. Harapannya, setiap individu yang hadir dapat membawa pulang pemahaman baru yang bermanfaat dalam perjuangan mencapai kebahagiaan.